RAGAM
BAHASA SOSIOLINGUISTIK DALAM PENGAJARAN KEMAHIRAN BAHASA ARAB DENGAN PENDEKATAN
KOMUNIKATIF
By: Evi Muzaiyidah Bukhori (Mahasiswa Pascasarjana UIN Maliki Malang)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sosiolinguistik dibandingkan dengan ilmu-ilmu sosial lain,
seperti ilmu ekonomi, sosiologi, atau dengan linguistik sendiri, merupakan ilmu
relatif baru. Ditinjau dari nama, sosiolinguistik menyangkut
sosiologi dan linguistik, karena itu sosiolinguistik
mempunyai kaitan erat dengan kedua kajian tersebut. Sosio adalah masyarakat dan linguistik
adalah kajian bahasa. Jadi sosiolinguistik adalah kajian
tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi kemasyarakatan (dipelajari oleh
ilmu-ilmu sosial khususnya sosiologi). Kadang-kadang sosiolinguistik
disebut juga linguistik institusional (Halliday,
1970) atau sosiologi bahasa (Fishman,
1972). Namun hakikat keduanya sama dengan sosiolinguistik.[1]
Konferensi sosiolinguistik pertama yang berlangsung di University of
California, Los Angeles, tahun 1964, telah merumuskan adanya tujuh dimensi
dalam penelitian sosiolinguistik. Ketujuh dimensi
yang merupakan masalah dalam sosiolinguistik itu adalah (1)
identitas sosial dari penutur, (2) identitas sosial dari pendengar yang
terlibat dalam proses komunikasi, (3) lingkungan sosial tempat peristiwa tutur
terjadi, (4) analisis sinkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial, (5)
penilaian sosial yang berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk-betuk
ujaran (6) tingaktan variasi dan ragam linguistik dan (7) penerapan praktis
dari penelitian sosiolingusitik (Dittmar 1976 : 128).[2]
Identitas sosial dari penutur adalah antara lain dapat diketahui dari
pertanyaan apa dan siapa penutur tersebut, dan bagaimana hubungannya dengan
lawan tuturnya. Maka, identitas penutur dapat berupa anggota keluarga (ayah,
ibu, kakak, adik, paman dan sebagainya) dapat berupa teman karib, atasan atau
bawahan (di tempat kerja), guru, murid, tetangga, pejabat, orang yang dituakan,
dan sebagainya. Identitas penutur itu dapat mempengaruhi pilihan kode dalam
bertutur.
Dalam
kehidupan sosial masyarakat yang kompleks, wajar jika kemudian muncul berbagai
macam ragam bahasa. Ragam bahasa tersebut memberikan informasi mengenai
bagaimana bahasa itu bekerja, bagaimana hubungan sosial antara pembicara dan
lawan bicara dalam sebuah komunitas, dan cara mereka saling memberi isyarat
mengenai identitas sosial mereka melalui bahasa yang mereka gunakan.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat
dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa
pengertian ragam bahasa?
2. Apa
sajakah macam-macam ragam bahasa?
3. Bagaimana Sosiolingistik Dalam Kemahiran Bahasa Arab Dengan
Pendekatan Komunikatif ?
C.
Tujuan
Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, makalah ini
disusun dengan tujuan:
1. Untuk
mengetahui pengertian ragam bahasa.
2. Untuk
mengetahui macam-macam ragam bahasa.
3. Untuk mengetahui Sosiolingistik Dalam Kemahiran Bahasa Arab
Dengan Pendekatan Komunikatif ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ragam Bahasa
Ragam bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi
sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan
dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen. Dalam hal ragam bahasa ini
ada dua pandangan. Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat adanya
keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi, ragam
bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman
fungsi bahasa. Kedua, ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi
fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam.
Dalam pandangan sosiolinguistik, bahasa tidak saja dipandang
sebagai gejala individual, tetapi merupakan gejala sosial. Sebagai gejala
sosial, bahasa dan pemakaiannya tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor
linguistik, tetapi juga oleh faktor-faktor nonlinguistik. Faktor-faktor
nonlinguistik yang mempengaruhi pemakaian bahasa seperti di bawah ini.
- Faktor-faktor sosial: status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dan sebagainya.
- Faktor-faktor situasional: siapa berbicara dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai masalah apa.
Ragam bahasa adalah keragaman bahasa yang disebabkan oleh
adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok
yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen.[3]
Menurut Allan Bell, ragam bahasa adalah salah satu aspek
yang paling menarik dalam sosiolinguistik. Prinsip dasar dari ragam bahasa ini
adalah penutur tidak selalu berbicara dalam cara yang sama untuk semua
peristiwa atau kejadian. Ini berarti penutur memiliki alternatif atau piilihan
berbicara dengan cara yang berbeda dalam situasi yang berbeda. Cara berbicara
yang berbeda ini dapat menimbulkan maksa sosial yang berbeda pula.[4]
Jadi, berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ragam
bahasa adalah sejenis ragam bahasa yang pemakaiannya disesuaikan dengan
fungsi dan situasinya, tanpa mengabaikan kaidah-kaidah pokok yang berlaku dalam
bahasa yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan, ragam bahasa itu terjadi sebagai
akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa.
B.
Macam-Macam Ragam bahasa
Sebagai sebuah langue sebuah bahasa mempunyai sistem
dan subsistem yang dipahami sama oleh semua penutur bahasa itu. Namun, karena
penutur bahasa merupakan kumpulan manusia yang tidak homogen, bahasa tersebut
menjadi bervariasi.[5]
Terjadinya keberagaman bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya
yang tidak homogen, tetapi juga karena interaksi sosial yang beragam. Setiap
kegiatan memerlukan atau menyebabkan terjadinya keragaman bahasa iu. Keragaman
ini akan semakin bertambah kalau bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang
sangat banyak, dan dalam wilayah yang sangat luas. Misalnya bahasa Inggris yang
digunakan hampir di seluruh dunia tentu ragamnya juga bervariasi.
a) Variasi dari Segi Penutur
Dari segi penutur, ragam bahasa dapat dibagi menjadi empat
macam yaitu idiolek, dialek, kronolek dan
sosiolek.[6]
Pertama,
idiolek, merupakan ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Setiap orang
mempunyai idiolek masing-masing. Dengan kata lain,
setiap individu mempunyai sifat-sifat khas yang tidak dimiliki oleh individu
lain. Perbedaan sifat-sifat khas antar individu
disebabkan oleh factor fisik dan psikis. Perbedaan fisik misalnya karna
perbedaan bentuk alat-alat bicaranya. Sedangkan faktor psikis biasanya
disebabkan oleh Perbedaan temperamen,
watak, intelektual dan lainnya. Variasi idiolek ini berkenaan dengan
"warna" suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan
sebagainya. Namun yang paling dominan adalah "warna"' suara, sehingga
jika kita akrab dengan seseorang hanya
dengan suara bicaranya tanpa melihat orangnya kita dapat mengenalinya.[7]
Kedua, dialek,
yaitu ragam bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada
di suatu tempat atau area tertentu. Karena dialek ini didasarkan pada wilayah atau
area tempat tinggal penutur, maka dialek ini lazim disebut dialek areal, dialek
regional, dialek geografi. Para penutur dalam satu dialek meskipun mereka mempunyai idioleknya masing-masing, mereka rnemiliki kesamaan ciri yang menandai bahwa
mereka berada pada satu dialek
yang berbeda dengan kelompok penutur lain yang berada dalam dialeknya
sendiri dengan ciri lain yang menandai dialeknya juga.[8] Karena
paham dialek disini adalah "'bagian
"' dari suatu bahasa, timbul paham lanjutan yang mengatakan bahwa permakai suatu dialek bisa
mengerti dialek yang lain. Dengan
kata lain, ciri penting suatu dialek adalah adanya kesalingmengertian (mutual intelligible). Misalnya, sebuah bahasa A mempunyai dialek
Al dan A2. Untuk dapat dikatakan dialek,
pemakai Al harus mengerti jika pemakai A2 menggunakan A2, begitu pula
sebaliknya.[9]
Bidang studi yang mempelajari
tentang ragam bahasa ini adalah dialektologi.[10]
Ketiga, kronolek
atau dialek temporal, yaitu ragam bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial
pada masa tertentu. Sebagai contoh, ragam bahasa Indonesia pada masa tahun tiga
puluhan, lima puluhan, ataupun saat ini. Variasi bahasa yang digunakan pada
ketiga zaman itu tentunya berbeda, baik dari segi lafal, ejaan, morfologi,
maupun sintaksis.[11]
Keempat, Sosiolek
atau dialek sosial, yakni variasi bahasa
yang berkenaan dengan status, golongan, dan
kelas sosial para penuturnya. Dalam
sosiolinguistik biasanya variasi inilah yang paling banyak dibicarakan dan paling banyak menyita waktu untuk membicarakannya,
karena variasi ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat
kebangsawanan, keadaan sosial ekonorni dan sebagainya. Ada beberapa
variasi bahasa yang berkaitan dengan dialek sosial yaitu: Akrolek,
basilek, vulgar, slang, kolokial ,jargon, argot dan ken. Ada juga yang menambahkan dengan yang disebut bahasa prokem.[12]
Akrolek adalah variasi bahasa yang dianggap lebih
tinggi dan lebih bergensi dari pada variasi sosial lainnya. Contohnya adalah bahasa
bagongan, yaitu bahasa Jawa yang khusus digunakan oleh bangsawan kraton
Jawa.
Basilek adalah variasi bahasa yang dianggap kurang
bergengsi atau bahkan dianggap lebih
rendah. Bahasa Inggris yang digunakan oleh para cowboy dan kuli tambang
dapat dikatakan sebagai basilek. Begitu juga bahasa Jawa “krama ndesa”.
Vulgar adalah variasi
bahasa yang cirri- cirinya tampak pada tingkat intelektual penuturnya.
Maksudnya, variasi bahasa vulgar biasanya digunakan penutur yang kurang berpendidikan dan tidak terpelajar. Contohnya
variasi bahasa yang digunakan oleh penutur atau sekelompok penutur di tengah pasar.
Slang adalah variasi bahasa yang bersifat khusus dan rahasia. Artinya variasi ini
digunakan oleh kalangan-kalangan
tertentu yang sangat terbatas, dan tidak boleh
diketahui oleh kalangan diluar kelompok itu. Faktor kerahasiaan ini menyebabkan kosa kata yang digunakan sering berubah.
Slang bersifat temporal dan lebih umum digunakan oleh para kawula muda, meski kalangan orang tua pun ada yang menggunakannya.
Dalam hal ini yang disebut bahasa Prokem dapat dikategorikan sebagai slang.
Kolokial adalah variasi bahasa yang
digunakan dalam percakapan sehari-hari. jadi, kolokial berarti bahasa
percakapan, bukan bahasa tulis. Kolokial juga tidak
tepat disebut "kampungan" atau bahasa kelas golongan bawah, sebab yang penting adalah konteks dalam
pemakaiannya. Dalarn bahasa
Indonesia, dalam percakapan banyak digunakan bentuk-bentuk kolokial
seperti dok (dokter), prof (professor),
let (letnan) dan sebagainya. Dalam perkembangan selanjutnya, ungkapan-ungkapan kolokial ini sering
digunakan dalam bahasa tulis. Jargon
adalah variasi bahasa yang digunakan secara terbatas oleh kelompok-kelompok
sosial tertentu. Ungkapan-ungkapan yang digunakan seringkali tidak dapat dipahami
oleh masyarakat umum atau masyarakat
diluar kelompoknya. Namun, ungkapan-ungkapan tersebut tidak bersifat rahasia.
Misalnya dalam kelompok montir dan perbengkelan ada ungkapan-ungkapan
seperti roda gila, didongkrak, dipoles dan sebagainya.
Argot adalah variasi bahasa
yang digunakan secara terbatas pada profesi-profesi
tertentu dan bersifat rahasia. Letak kekhususan
argot adalah terletak pada kosakata. Misalnya, dalam dunia kejahatan
pernah digunakan ungkapan seperti barang dalam
arti mangsa, kacamata dalam arti polisi, daun dalam
arti uang dan sebagainya. Ken adalah variasi bahasa tertentu yang bernada memelas, dibuat merengek-rengek,
penuh dengan kepura-puraan. Biasanya
digunakan oleh kalangan sosial rendah, contohnya bahasa yang digunakan
oleh pengemis.[13]
b) Variasi dari Segi Pemakaian
Variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang
penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan, dan sarana penggunaan. Variasi
bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunalan
untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya, bidang sastra jurnalistik, militer,
pertanian, pelayaran, perekonomian, perdagangan,pendidikan, dan kegiatan keilmuan.[14]
Variasai bahasa dalam bidang kegiatan ini yang paling tampak cirinya adalah
dalam bidang kosakata. Setiap bidang kegiatan ini biasanya mempunyai sejumlah
kosakata khusus atau tertentu yang tidak digunakan dalam bidang lain. Variasi
bahasa atau ragam bahasa sastra biasanya menekankan penggunaan bahasa dari degi
estetis, sehingga dipilihlah dan digunakanlah kosakata yang secara estetis
memiliki ciri eufoni sastra dan daya ungkap paling tepat.
Ragam bahasa
militer dikenal dengan cirinya yang ringkas dan bersifat tegas, sesuai dengan
tugas dan kehidupan kemiliteran yang penuh dengan disiplin dan instruksi. Ragam
bahasa ilmiah yang juga dekenal dengan cirinya yang lugas, jelas, dan bebas
dari keambiguan, serta segala macam metafora dan idiom. Variasi bahasa
berdasarkan fungsi ini lazim disebut register.
Dalam pembicaraan tentang register ini biasanya dikaitkan dengan masalah
dialek. Kalau dialek berkenaan dengan bahasa itu digunakan oleh siapa, di mana,
dan kapan, maka register berkenaan dengan masalah behasa itu digunakan untuk
kegiatan apa.
c)
Variasi dari Segi Keformalan
Secara lebih detail variasi ragam bahasa tersebut dibahas di bawah ini.
Secara lebih detail variasi ragam bahasa tersebut dibahas di bawah ini.
a)
Ragam Beku (Frozen)
Ragam ini merupakan variasi bahasa yang paling formal dan
digunakan dalam situasi-situasi khidmat dan upacara-upacara resmi seperti
upacara kenegaraan, khutbah di masjid, tata cara pengambilan sumpah, kitab,
undang-undang, akta notaris, dan surat keputusan. Variasi ini disebut ragam
beku karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan secara mantap dan tidak boleh
diubah. Dalam bentuk tertulis ragam ini dapat kita temui pada dokumen-dokumen
sejarah, undang-undang dasar, akta notaris, naskah perjanjian jual beli dan
surat sewa menyewa.
Ragam beku (frozen) ialah ragam bahasa yang paling
formal dan digunakan dalam situasi-situasi dan upacara-upacara khidmat atau
resmi, misalnya dalam upacara kenegaraan, tata cara pengambilan sumpah, dan
sebagainya. Contoh dalam bentuk tertulisnya seperti akta notaris, surat-surat
keputusan, dokumen-dokumen bersejarah atau berharga seperti undang-undang
dasar, ijazah, naskah-naskah perjanjian jual beli, dan sebagainya. Disebut
ragam beku karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan secara mantap, dan tidak
boleh diubah. Bahkan, tekanan pelafalannya pun tidak boleh berubah sama sekali.
Bahasa yang digunakan dalam ragam ini berciri super formal. Oleh karena itu,
seseorang tidak boleh begitu saja mengubah, karena memang sudah ditetapkan
sesuai ketentuan yang berlaku. Selain itu, bahasa beku sudah lazim digunakan
dan sudah terpatri lama sehingga sulit sekali diubah.
Bentuk
ragam beku ini memiliki ciri kalimatnya panjang-panjang, tidak mudah dipotong
atau dipenggal, dan sulit sekali dikenai ketentuan tata tulis dan ejaan
standar. Bentuk ragam beku yang seperti ini menuntut penutur dan pendengar
untuk serius dan memperhatikan apa yang ditulis atau dibicarakan.
b)
Ragam Resmi (Formal)
Variasi ini biasanya digunakan dalam pidato-pidato
kenegaraan, rapat-rapat dinas, surat-menyurat dinas, ceramah keagamaan,
buku-buku pelajaran, makalah, karya ilmiah, dan sebagainya. Pola dan kaidah
bahasa resmi sudah ditetapkan secara standar dan mantap. Contoh variasi resmi
dalam pembicaraan misalnya dalam acara peminangan, kuliah, pembicaraan
seseorang dengan dekan di kantornya. Pembicaraan ketika seorang mahasiswa
menghadap dosen atau pejabat struktural tertentu di kampus juga merupakan
contoh ragam ini. Karakteristik kalimat dalam ragam ini yaitu lebih lengkap dan
kompleks, menggunakan pola tata bahasa yang tepat dan juga kosa kata standar
atau baku.
c)
Ragam Usaha (Konsultatif)
Variasi ini lazim digunakan dalam pembicaraan biasa di
sekolah, rapat-rapat, atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau
produksi. Jadi, dapat dikatakan bahwa ragam ini merupakan ragam yang paling
operasional. Ragam ini tingkatannya berada antara ragam formal dan ragam
santai.
d)
Ragam Santai (Kasual)
Ragam ini merupakan variasi yang biasa digunakan dalam
situasi yang tidak resmi seperti berbincang-bincang dengan keluarga ketika
berlibur, berolah raga, berekreasi, dan sebagainya. Pada ragam ini banyak
digunakan bentuk alegro atau ujaran yang dipendekkan. Unsur kata-kata
pembentuknya baik secara morfologis maupun sintaksis banyak diwarnai bahasa
daerah.
e)
Ragam Akrab (Intim)
Variasi bahasa ini digunakan oleh penutur dan petutur yang
memiliki hubungan sangat akrab dan dekat seperti dengan anggota keluarga atau
sahabat karib. Ragam ini ditandai dengan penggunaann bahasa yang tidak lengkap,
pendek-pendek, dan artikulasi tidak jelas. Pembicaraan ini terjadi
antarpartisipan yang sudah saling mengerti dan memiliki pengetahuan yang sama.
d)
Variasi dari Segi Sarana
Ragam bahasa
dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan dalam hal ini
dapat disebut adanya ragam lisan dan tulis atau juga ragam dalam berbahasa
dengan menggunakan sarana atau alat tertentu, misalnya bertelepon atau
bertelegraf.
C. Sosiolingistik
Dalam Kemahiran Bahasa Arab Dengan Pendekatan Komunikatif
Adapun faham
sosiolinguistik mempunyai implikasi terhadap pengajaran bahasa, antara lain :
Pengajaran
bahasa harus diarahkan kepada penggunaan kompetensi komunikatif oleh peserta
didik, adapun cara menganalisis komunikasi melalui bahasa ialah, memeriksa fungsi
– fungsi bahasa yang bersangkutan dengan komunikasi atau pemakaian bahasa
tersebut. Analisis linguistic atas kegiatan komunikasi ialah menemukan bentuk
bentuk linguistic yang diperlukan dalam kegiatan komunikasi. Analisis bahasa
yang berkembang dalam masyarakat perlu dipetakan. Artinya, pengajaran bahasa
perlu di arahkan pada kajian kajian bahasa yang hidup dalam masyarakat untuk
melihat dinamika bahasa tersebut.
Salah
satunya adalah factor non linguistic yang dapat mempengaruhi pengajaran bahasa
arab dari segi konteks social adalah fenamena social. Apalagi mayoritas
penduduk Indonesia beragama islam, maka pemahaman bahasa arab penting untuk
dipelajari sebagai bahasa agama. Hal ini
bisa kita lihat dari kontak social, dimana sekelompok manusia akan terbiasa
menggunakan suatu bahasa karena mereka membutuhkan komunikasi secara terus-menerus
untuk menyampaikan maksud dan tujuan yang ada di dalam hari. Sedangkan kontak
social itu sendiri terbagi menjadi beberapa hal, yaitu:
Rumah (tempat tinggal), Masyarakat
(lingkungan sekitar), sekolah, pertemuan dan kelompok social, kelompok masjid,
kelompok bermain, dan media massa. [15]
BAB III
KESIMPULAN
A. Pengertian
Ragam Bahasa
Ragam bahasa adalah keragaman bahasa
yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para
penuturnya yang tidak homogen.
B.
Macam-Macam Ragam bahasa
a)
Variasi dari Segi Penutur
Dari segi penutur, ragam bahasa dapat dibagi menjadi
empat macam yaitu idiolek, dialek, kronolek dan
sosiolek.[16]
idiolek, merupakan ragam bahasa yang
bersifat perseorangan. Setiap orang mempunyai idiolek masing-masing. Dengan kata lain, setiap individu mempunyai sifat-sifat
khas yang tidak dimiliki oleh individu lain.
dialek, yaitu ragam bahasa dari
sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada di suatu tempat atau
area tertentu. Karena
dialek ini didasarkan pada wilayah atau area tempat tinggal penutur, maka
dialek ini lazim disebut dialek areal, dialek regional, dialek geografi
kronolek atau dialek temporal,
yaitu ragam bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu.
Sebagai contoh, ragam bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, lima
puluhan, ataupun saat ini. Variasi bahasa yang digunakan pada ketiga zaman itu
tentunya berbeda, baik dari segi lafal, ejaan, morfologi, maupun sintaksis.[17]
Sosiolek atau dialek
sosial, yakni variasi bahasa yang berkenaan
dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Dalam sosiolinguistik biasanya variasi inilah
yang paling banyak dibicarakan dan
paling banyak menyita waktu untuk membicarakannya, karena variasi ini
menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat
kebangsawanan, keadaan sosial ekonorni dan sebagainya. Ada beberapa
variasi bahasa yang berkaitan dengan dialek sosial yaitu: Akrolek,
basilek, vulgar, slang, kolokial ,jargon, argot dan ken. Ada juga yang menambahkan dengan yang disebut bahasa prokem.[18]
b)
Variasi dari Segi Pemakaian
Variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang
penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan, dan sarana penggunaan. Variasi
bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunalan
untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya, bidang sastra jurnalistik, militer,
pertanian, pelayaran, perekonomian, perdagangan,pendidikan, dan kegiatan
keilmuan.
c)
Variasi dari Segi Keformalan
Secara lebih detail variasi ragam bahasa tersebut dibahas di bawah ini.
Secara lebih detail variasi ragam bahasa tersebut dibahas di bawah ini.
b)
Ragam Beku (Frozen)
Ragam ini merupakan variasi bahasa
yang paling formal dan digunakan dalam situasi-situasi khidmat dan
upacara-upacara resmi seperti upacara kenegaraan, khutbah di masjid, tata cara
pengambilan sumpah, kitab, undang-undang, akta notaris, dan surat keputusan.
c)
Ragam Resmi (Formal)
Variasi ini biasanya digunakan dalam
pidato-pidato kenegaraan, rapat-rapat dinas, surat-menyurat dinas, ceramah
keagamaan, buku-buku pelajaran, makalah, karya ilmiah, dan sebagainya.
d)
Ragam Usaha (Konsultatif)
Variasi ini lazim digunakan dalam pembicaraan biasa di
sekolah, rapat-rapat, atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau
produksi. Jadi, dapat dikatakan bahwa ragam ini merupakan ragam yang paling operasional.
Ragam ini tingkatannya berada antara ragam formal dan ragam santai.
e)
Ragam Santai (Kasual)
Ragam ini merupakan variasi yang biasa digunakan dalam
situasi yang tidak resmi seperti berbincang-bincang dengan keluarga ketika
berlibur, berolah raga, berekreasi, dan sebagainya. Pada ragam ini banyak
digunakan bentuk alegro atau ujaran yang dipendekkan.
f)
Ragam Akrab (Intim)
Variasi bahasa ini digunakan oleh
penutur dan petutur yang memiliki hubungan sangat akrab dan dekat seperti
dengan anggota keluarga atau sahabat karib.
d)
Variasi dari Segi Sarana
Ragam bahasa dapat pula dilihat dari segi
sarana atau jalur yang digunakan dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan
dan tulis atau juga ragam dalam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu,
misalnya bertelepon atau bertelegraf.
D. Sosiolingistik
Dalam Kemahiran Bahasa Arab Dengan Pendekatan Komunikatif
Adapun faham
sosiolinguistik mempunyai implikasi terhadap pengajaran bahasa, antara lain :
Pengajaran
bahasa harus diarahkan kepada penggunaan kompetensi komunikatif oleh peserta
didik, adapun cara menganalisis komunikasi melalui bahasa ialah, memeriksa fungsi
– fungsi bahasa yang bersangkutan dengan komunikasi atau pemakaian bahasa
tersebut
Sedangkan
kontak social itu sendiri terbagi menjadi beberapa hal, yaitu:
Rumah (tempat tinggal), Masyarakat
(lingkungan sekitar), sekolah, pertemuan dan kelompok social, kelompok masjid,
kelompok bermain, dan media massa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar