Organisasi dan Administrasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling Di Sekolah
By: Evi Muzaiyidah Bukhori (Mahasiswi PBA UIN Maliki Malang)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelayanan bimbingan dan konseling meniscayakan
manajemen agar tercapai efisiensi dan efektivitas serta tercapainya tujuan yang
telah ditetapkan. Oleh sebab itu, setidaknya ada 3 alasan mengapa manajemen itu
diperlukan termasuk dalam dunia pelayanan bimbingan dan konseling: Pertama,
untuk mencapai tujuan.Kedua, untuk menjaga keseimbangan di antara
tujuan-tujuan yang saling bertentangan (apabila ada).Manajemen diperlukan untuk
menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan
kegiatan-kegiatan apabila ada yang saling bertentangan dari pihak-pihak
tertentu seperti kepala sekola dan madrasah, para guru, tenaga administrasi,
para siswa, orang tua siswa, komite sekolah dan madrasah, dan pihak-pihak
lainnya.Ketiga, untuk mencapai efisiensi dan efektivitas.
Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan dengan benar atau merupakan perhitungan rasio antara keluaran
(output) dengan masukan (input). Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih
tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kepala sekolah dan Madrasah yang efektif atau coordinator layanan
BK yang efektif dapat memilih pekerjaan yang harus dilakukan atau metode yang
tepat untuk mencapai tujuan sekolah dan madrasah atau tujuan layanan BK.
Menurut Peter Drucker dalam T. Hani Handoko (1999), efektifitas adalah
melakukan pekerjaan yang benar, sedangkan efisiensi adalah melakukan pekerjaan
dengan benar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian organisasi dan administrasi pelayanan bimbingan dan
konseling Di sekolah?
2. Pola yang bagaimanakah yang mendasari terhadap administrasi
pelayanan bimbingan dan konseling disekolah?
3. Bagaimanakah Prinsip Organisasi dan Administrasi Pelayanan
Bimbingan dan konseling Di Sekolah?
4. Bagaimana caraPengumpulan, Pencatatan, Penyimpanan, dan penggunaan
Informasi?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahuipengertian organisasi dan administrasi bimbingan dan konseling Di
sekolah
2.
Untuk
mengetahui bagaimana pola yangmendasari terhadap administrasi pelayanan
bimbingan dan konseling disekolah
3.
Untuk
mengetahuiPrinsip-prinsip Organisasi dan Administrasi Pelayanan Bimbingan dan konseling
di Sekolah
4.
Untuk
mengetahuicara Pengumpulan, Pencatatan, Penyimpanan, dan penggunaan Informasi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Administrasi, manajemen dan organisasi
Menurut
miriams webster’s dictionary, administrasi berarti sama dengan
manajemen. Para penulis Amerika mempersamakan pengertian administrasi dan
manajemen. Sehingga kedua istilah tersebut sering digunakan silih berganti
untuk menunjukkan maksud yang sama, tetapi ada perbedaan antara keduanya, yakni
administrasi lebih banyak digunakan dalam bidang pemerintahan dan organisasi
sosial yang tidak mencari laba, sedangkan istilah manajemen biasa dipakai
dikalangan perusahaan yang sifatnya mencari uang.
Berdasarkan
hubungan administrasi dan manajemen, sugadha (1986) menyarankan untuk mengikuti
pandangan bahwa administrasi adalah proses penentuan dan pencapaian sasaran
dengan memanfaatkan sumber yang ada secara berdaya guna bersama-sama dan
memulai orang-orang yang terkoordinasi.[1]
Administrasi
dan manajemen pada dasarnya merupakan kegiatan yang menghidupkan dan mengendalikan
organisasi, organisasi adalah wadah atau badan, yakni kumpulan orang dimana di
dalamnya dilakukan proses pembagian kerja dan system hubungan yang disepakati
bersama untuk mencapai tujuan bersama (sutarto,1991, h. 34-39). Tiap organisasi
membutuhkan administrasi dan manajemen, digerakkan dan dikendalikan untuk
mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui system kerja sama sekelompok orang.[2]
Organisasi
dan Administrasi bimbingan dan konseling dalam pengertian umum adalah suatu
wadah atau badan yang mengatur segala kegiatan untuk mencapai tujuan bimbingan
dan konseling secara bersama-sama.Sebagai suatu badan, banyak ahli menawarkan
model atau pola organisasi mana yang cocok untuk diterapkan disekolah. Akan
tetapi, pola organisasi maupun yang dipilih harus didasarkan atas kesepakatan
bersama diantara pihak-pihak yang terkait disekolah, yang dilanjutkan dengan
usaha-usaha perencanaan untuk mencapai tujuan, pembagian tugas, pengendalian
proses dan penggunaan sumber-sumber bimbingan. Usaha tersebut disebut sebagai
administrasi bimbingan dan konseling.
B.
Pola-pola administrasi pelayanan bimbingan dan konseling disekolah
Sekolah dan madrasah merupakan suatu
lembaga social.Selain itu, sekolah dan madrasah merupakan unit kerja.Sebagai
suatu unit kerja, sekolah dan madrasah dikelola atau di organisasi menurut
pola-pola atau kerangka hubungan structural tertentu.Yang di maksud pola
manajemen pelayanan bimbingan dan konseling adalah kerangka hubungan structural
antara berbagai bidang atau berbagai kedudukan dalam pelayanan bimbingan dan
konseling disekolah dan madrasah.Kerangka hubungan tersebut digambarkan dalam
suatu struktur organisasi pelayanan bimbingan dan konseling.Pola manajemen
pelayanan bimbingan dan konseling disini ada dua macam pola yaitu pola
professional dan non professional.
Sekolah dan madrasah yang menganut
pola professional, akan berbeda struktur organisasinya dari pada sekolah dan
madrasah yang menganut pola non professional. Yang dimaksud pola professional
adalah guru pembimbing direkrut dari alumni BK baik S1, S2, dan S3.Sedangkan
pola non professional adalah guru pembimbing direkrut bukan dari alumni BK pola
non professional biasanya menempatkan kepala sekolah atau madrasah, guru mata
pelajaran tertentu, atau wali kelas sebagai petugas bimbingan.
|
Pada
pola manajemen atau struktur organisasi di atas, kepala sekolah atau madrasah
merangkap tugas selain sebagai kepala sekolah dan madrasah juga sebagai guru
pembimbing atau sebagai petugas bimbingan utama disekolah atau madrasah yang
bersangkutan.Dengan pola seperti di atas, berarti disekolah dan madrasah yang
bersangkutan tidak memiliki petugas bimbingan yang khusus.
Contoh
pola manajemen atau stuktur organisasi pelayanan bimbingan dan konseling
disekolah dan madrasah yang memiliki tenaga bimbingan khusus adalah sebagai
berikut:
Pola
manajemen diatas menunjukkan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
atau madrasah yang bersangkutan dilaksanakan oleh tenaga bimbingan khusus yang
tidak merangkap tugas sebagai guru atau wali kelas.
Sesungguhnya
tidak ada pola-pola manajemen atau struktur organisasi yang baku dalam
pelayanan bimbingan dan konseling. Sekolah dan madrasah bisa merumuskan sendiri
pola-pola manajemen palayanan bimbingannya sesuai kebutuhan sekolah dan
madrasah. Artinya pola manajemen pelayanan BK mana yang akan diterapkan oleh
sekolah atau madrasah yang disesuaikan dengan kondisi yang kebutuhan sekolah
dan madrasah yang bersangkutan.[3]
C.
Prinsip- prinsip Organisasi dan Administrasi Pelayanan Bimbingan
dan Konseling Di Sekolah
Dalam
merencanakan organisasi dan administrasi program Bimbingan sejumlah
prinsip-prinsip dasar perlu mendapat perhatian para petugas sekolah.
Di
antara prinsip-prinsip itu berikut ini yang terpenting:
1.
Program
bimbingan yang efektif harus menghasilkan timbulnya suatu sikap pada anak yang
dapat memahami dirinya sendiri, dapat membantu diri sendiri dan dapat
mengarahkan diri sendiri dengan lebih baik.
2.
Program
itu harus merupakan bagian yang vital dan integral daripada keseluruhan program
sekolah dan harus erat sekali berhubungan dengan kegiatan-kegiatan murid di
rumah dan masyarakat.
3.
Program itu harus di dasarkan pada minat,
motif-motif yang mendesak dan tujuan-tujuan hidup murid.
4.
Program
itu harus berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan perkembangan anak yang
telah dipengaruhi oleh lingkungannya serta factor-faktor lain.
5.
Program
itu harus merupakan program yang kontinu dan yang bertujuan melayani semua
anak-anak sekolah, dan bukan hanya anak-anak yang bertingkah laku tidak baik
saja.
6.
Program
itu harus mudah dalam pengaturan dan tata laksananya.
7.
Program
itu harus dipersiapkan untuk menemukan dan memecahkan berbagai masalah anak.
8.
Program
itu harus merupakan usaha bersama semua anggota staf sekolah.
9.
Penempatan
personil sesuai dengan keahlian dan kemampuannya.
10.
Rencana
harus tersusun secara sederhana dalam arti mudah dipelajari, mudah
dilaksanakan, mudah dikontrol dan fleksibel.
11.
Rencana
harus disesuaikan dengan fasilitas yang tersedia.
Prinsip-prinsip
umum tersebut dikemukakan dengan maksud memberi arah yang baik bagi mereka yang
menghendaki suatu organisasi program bimbingan yang fungsional.[4]
D.
Pengumpulan, Pencatatan, Penyimpanan, dan penggunaan Informasi
1.
Pengumpulan
Informasi
Pengumpulan data sebagai salah satu komponen
dalam program bimbingan yang sekaligus menjadi salah satu
layanan bimbingan. Komponen ini mencakup semua usaha untuk
memperoleh data tentang siswa, Menganalisis dan menafsirkan data, serta
menyimpan data itu. Tujuan dari pengumpulan data ialah mendaparkan pengertian
yang lebih luas, lebih lengkap dan lebih mendalam tentang masing-masing peserta
didik, serta membantu siswa dan mahasiswa memperoleh pemahaman akan diri
sendiri.
Layanan bimbingan pengumpulan data yang bermutu
tinggi harus terintegrasi, kontinu dan berkesinambungan, serta
bermanfaat.Terintegrasi berarti bahwa seharusnya digunakan baik alat-alat tes
seperti tes bakat dan tes minat, maupun alat-alat non tes.[5]
Dalam rangka layanan pengumpulan data dijenjang
pendidikan menengah pada umumnya dibutuhkan data tentang masing-masing peserta
dalam aspek-aspek sebagai berikut:
1.
Latar belakang keluarga
2.
Riwayat sekolah
3.
Taraf prestasi dalam bidang-bidang studi yang
mempunyai relevansi bagi perencanaan pendidikan lanjutan dan penentuan jabatan
kelak
4.
Taraf kemampuan intelektual atau kemampuan
akademik
5.
Bakat khusus
6.
Minat terhadap bidang studi dan bidang
pekerjaan tertentu
7.
pengalaman diluar sekolah
8.
kesehatan jasmani
a.
Alat – Alat Tes
Tes adalah
suatu metode penilaian psikologis untuk memperoleh informasi tentang berbagai
aspek dalam tingkah laku dan kehidupan batin seseorang, dengan menggunakan
pengukuran yang menghasilkan suatu deskripsi kuantitatif tentang aspek yang
diteliti.Alat yang digunakan adalah tes yang distandarisasikan yang memuat
koleksi persoalan, pertanyaan atau tugas yang dianggap representatif bagi aspek
bersangkutan. Standarisasi berarti bahwa cara penyelenggaraan tes, cara
memeriksanya dan penentuan norma penafsiran adalah seragam. Tes merupakan
instrumen penilaian yang obyektif, dalam arti bahwa penyelenggaraan,
pemeriksaan atau skoring, dan penafsiran tidak tergantung pada pendapat pribadi
orang yang menggunakan alat tes itu.
Pengertian
reliabilitas menunjuk pada keajegan dalam hasil yang diperoleh bila mana
seseorang mengerjakan suatu tes pada waktu yang berlainan. Bila mana taraf
reliabilitas tes tertentu tinggi, berarti bahwa hasil yang diperoleh pada saat
sekarang dan beberapa waktu kemudian tidak akan jauh berbeda. Alat-alat tes
akan digunakan dengan tujuan tertentu. Keempat tujuan yang pokok adalah sebagai
berikut :
a.
Untuk meramalkan atau memperkirakan
b.
Untuk mengadakan seleksi
c.
Untuk mengadakan klasifikasi
d.
Untuk mengadakan evaluasi
Adapun
pemberian alat-alat tes menurut aspek isi adalah sebagai berikut :
a.
Tes hasil belajar, yang mengukur apa yang telah
dipelajari diberbagai bidang studi. Tipe tes hasil belajar yang khusus adalah
tes kesiapan, yang bertujuan memperkirakan sampai berapa jauh subyek dapat
mengambil manfaat dari suatu program pendidikan.
b.
Tes kemampuan intelektual, yang mengukur taraf
kemampuan berpikir, terutama berkaitan dengan potensi untuk mencapai taraf
prestasi tertentu dalam belajar di sekolah.
c.
Tes kemampuan khusus atau tes bakat khusus,
yang mengukur taraf kemampuan seseorang untuk berhasil dalam bidang studi
tertentu, program pendidikan vokasional tertentu atau bidang pekerjaan
tertentu; lingkupnya lebih terbatas dari tes kemampuan intelektual.
d.
Tes minat, yang mengukur kegiatan/kesibukan
macam apa paling disukai seseorang tes macam ini bertujuan membantu orang muda
dalam memilih macam pekerjaan yang kiranya paing sesuai baginya.
e.
Tes kepribadian, yang mengukur ciri-ciri
kepribadian yang bukan khas bersifat kognitif, seperti sifat karakter, gaya
temperamen, corak kehidupan emosional, kesehatan mental, jaringan relasi sosial
dengan orang lain, dan aneka bidang kehidupan yang menimbulkan kesukaran dalam
penyesuaian diri.
b.
Alat – Alat
Nontes
Meskipunsuatu
alat tes dapat sangat bermanfaat untuk memperoleh data tentang siswa, namun
penggunaan alat itu pula mengandung kelemahan dan keterbatasan.Oleh karena itu,
diperlukan juga alat-alat nontes sebagai alat pengumpul data, khususnya dalam
hal memperoleh data sosial yang relevan, untuk menyimpan serta mengolah
keseluruhan data yang masuk.
1. Angket Tertulis
Alat ini memuat
sejumlah item atau pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa secara tertulis
juga. Dengan mengisi angket ini siswa memberikan keterangan tentang sejumlah
hal yang relevan bagi keperluan bimbingan, seperti keterangan tentang keluarga,
kesehatan jasmani, riwayat pendidikan sekolah, pengalaman belajar disekolah dan
dirumah, pergaulan sosial, rencana pendidikan lanjutan, kegiatan diluar
sekolah, hobi dan kesukaran yang mungkin dihadapi. Kelemahannya ialah siswa
tidak dapat memberikan penjelasan lebih lanjut karena jawabannya terbatas pada
hal-hal yang ditanyakan, siswa dapat saja menjawab tidak sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya kalau dia menghendaki demikian jawaban hanya mengungkapkan
keadaan siswa pada saat angket diisi. Bentuk pertanyaan terbuka yang memungkinkan
siswa menjawab secara agak luas
ataupertanyaan tertutup, yang mengharkoluskan siswa memilih saah satu
alternatif; atau pertanyaan campuran. [6]
Setelah semua
angket diisi, lalu dikumpulkan untuk dipelajari dan diolah oleh orang yang
disebut dalam introduksi angket.Jawaban-jawaban yang mencolok dapat ditandai
atau dicatat pada kertas khusus untuk keperluan petugas bimbingan sendiri.
Dapat pula
disusun angket untuk diisi oleh orang tua, sebagai sarana untuk mendapatkan
informasi tambahan tentang siswa. Manfaat dan kegunaan angket bagi orang tua
harus dipertimbangkan secara matang, karena tidak semua orangtua akan
memberikan informasi obyektif seperti yang diharapkan. Kecenderungan orang tua
biasanya ingin melindungi nama baik keluarga dengan menyembunyikan beberapa
hal.
2. Wawancara
Informasi
Wawancara
informasi adalah alat pengumpulan data untuk memperoleh data dan informasi dari
siswa secara lisan.Selama pertemuan itu petugas bimbingan mengajukan
pertanyaan, minta penjelasan atau sebagai jawaban yang diberikan, dan membuat
catatan mengenai hal-hal yang diungkapkan kepadanya. Wawancara informasi
digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang sulit diperoleh dengan
cara lain, untuk melengkapi data dan informasi yang sudah terkumpul dengan cara
lain untuk mengecek kebenaran dan fakta dan data yang telah diketahui melalui
saluran lain dan untuk mengadakan observasi terhadap tingkah laku siswa.
Keunggulan dari
wawancara informasi ialah diperoleh informasi dalam suasana komunikasi langsung
yang memungkinkan siswa selain memberitahukan data faktual seperti yang banyak
ditanyakan dalam angket tertulis, juga mengugkapkan sikap, pikiran, harapan dan
perasaan; perumusan pertanyaan informatif dapat disesuaikan dengan daya tangkap
siswa dapat ditanyakan hal-hal yang bersifat sensitif. Hambatan yang dapat
timbul ialah makan banyak waktu dan energi bagi petugas bimbingan, siswa
berprasangka terhadap petugas bimbingan dan memberikan informasi yang tidak
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya atau tidak lengkap, petugas bimbingan
mendengarkan terlalu selektif atau bertanya-tanya dengan cara yang sugestif;
pembuatan catatan memberikan kesan kepada siswa bahwa dia sedang berhadapan
dengan petugas bimbingan, mewawancarai seorang siswa menuntut keterampilan
mereka.[7]
3. Autobiografi
Merupakan
karangan yang ditulis oleh siswa mengenai riwayat hidupnya sampai pada saat
sekarang.Riwayat hidup dapat mencakup keseluruhan hidupnya yang lampau atau
hanya satu dua aspek kehidupannya saja.Manfaat dari menulis suatu otobiografi tergantung
dari kerelaan siswa untuk membuka diri.Dari segi bentuk, otobiografi dibedakan
atas bentuk yang terstruktur atau yang terbatas pada topik-topik tertentu, dan
yang tidak terstruktur atau yang komprehensif.
Meskipun semua
siswa dapat mengambil manfaat dari penulisan otobiografi, namun mengingat
keterbatasan tenaga bimbingan yang berkompeten untuk menggunakan alat ini dan
keterbatasan waktu untuk mengolah semua karapan ini secara memadai, hanya
beberapa siswa akan menjadi menulis otobiografi dan ini pun dalam kaitan dengan
masalah yang dibahas dalam rangka wawancara konseling. [8]
4. Anekdota
Anekdota
merupakan laporan singkat tentang perilaku seseorang siswa dan memuat deskripsi
obyektif tentang tingkah laku siswa pada saat tertentu. Maka suatu anekdota
yang baik memuat unsur pokok yaitu nama siswa, tanggal observasi, tempat
observasi, situasi dimana perbuatan diobservasi.
Yang menulis
laporan anekdota adalah tenaga pendidik, baik guru maupun nonguru yang sempat
mengobservasi tingkah laku siswa dan siswi dalam berbagai situasi
disekolah.Tujuan dari penulisan anekdota adalah mengumpulkan informasi yang
relevan tentang kepribadian siswa melalui pencatatan fakta yang diamati dalam
lingkungan sekolah.[9]
5. Skala Penilaian
Skala penilaian
merupakan sebuah daftar yang menyajikan sejumlah sifat sebagai butir atau item.
Penilaian diberikan berdasarkan observasi spontan terhadap perilaku orang lain,
yang berlangsung dalam bergaul dan berkomunikasi sosial dengan orang itu selama
periode waktu tertentu. Terdapat beberapa tipe skala penilaian antara lain :
a.
Skala numerik. Skala ini menggunakan rentetan
angka untuk menunjukkan titik gradasi disertai penjelasan singkat pada
masing-masing angka.
b.
Skala penilaian grafis. Skala ini menggunakan
suatu garis sebagai kontinum.
c.
Daftar cek. Skala ini menyerupai item dalam tes
hasil belajar, bentuk obyektif dengan tipe pilihan berganda.[10]
6. Sosiometri
Sosiometri merupakan suatu
metode untuk memperoleh data tentang jaringan hubungan sosial dalam suatu
kelompok, yang berukuran kecil sampai sedang (10-50 orang), berdasarkan
preferensi antara anggota kelompok satu sama lain. Tes sosiometri ada dua
macam, yaitu tes yang mengharuskan untuk memilih beberapa teman dalam kelompok
sebagai pernyataan kesukaan untuk melakukan kegiatan tertentu bersama dengan
sosok teman yang dipilih, dan tes yang mengharuskan menyatakan kesukaannya atau
ketidaksukaannya terhadap teman-teman dalam kelompok pada umumnya.
Cara mengolah
data ada tiga, yaitu mengadakan analisa indeks, menyusun tabel atau membuat
sosiogram.[11]
7. Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah
bertujuan lebih mengenal lingkungan hidup siswa sehari-hari, bila informasi
yang dibutuhkan tidak dapat diperoleh melalui angket atau wawancara informasi.
Mungkin juga petugas bimbingan mengadakan kunjungan rumah khusus untuk
membicarakan kasus seoarng siswa bila memerlukan kerja sama dengan orang tua
meskipun orang tua dalam hal ini orang tua biasanya diundang kesekolah.
2.
Penyimpanan
Data
Data tentang siswa dan lingkungan yang telah dikumpulkan harus dihimpun,
diklasifikasikan, dan disimpan dengan cara yang sistematis. Penghimpunan data
itu dimaksudkan untuk menghindari agar data itu tidak tercecer atau hilang.Data
itu disusun sesuai dengan klasifikasi atau jenisnya masing-masing. Terakhir
disimpan menurut system atau tata cara tertentu: misalnya menurut nomor urut
buku pokok siswa, secara aplabetis, dan sebagainya.[12]
1. Kartu Pribadi
(cumulative record)
Kartu pribadi merupakan aplikasi dari penyusunan
suatu arsip yang memuat data penting tentang seseorang. Dalam bahasa inggris
arsip itu dikenal dengan nama cumulative record, yaitu seri catatan yang
disusun secara kronologis dan semakin bertambah luas karena penambahan data
secara kontinu. Dalam rangka pelayanan bimbingan disekolah, cumulative record
berarti suatu seri catatan tentang masing-masing siswa yang disusun selama
beberapa tahun dan memuat data yang signifikan bagi keperluan bimbingan.
Cumulative record ini diisi sejak anak memasuki
sekolah dasar dan dilanjutkan terus pada kelas-kelas selanjutnya.Buku ini
menyertai siswa yang bersangkutan setiap ada mutasi dari kelas dan dari
sekolah-sekolah.Data tentang siswa dimasukkan ke dalam buku data pribadinya
sesuai dengan jenisnya masing-masing.[13]
Pada
umumnya, kartu pribadi memuat informasi mengenai bidang-bidang sebagai berikut:
a. Data
identifikasi
b. Latar belakang
keluarga
c. Riwayat
pendidikan
d. Hasil testing
inteligensi
e. Hasil testing
hasil belajar
f. Hasil testing
bakat khusus
g. Penilaian
tentang kepribadian
h. Minat
i.
Presensi
j.
Kesehatan
2. Case study-case
conference
Study kasus ini merupakan suatu metode untuk
mempelajari keadaan dan perkembangan seorang murid secara mendalam, dengan
tujuan membantu murid itu untuk mencapai penyesuaian diri yang lebih baik. Data
yang perlu dikumpulkan meliputi:
a.
Identitas murid
b.
Susunan keluarga murid
c.
Lingkungan hidup
d.
Riwayat perkembangan
e.
Riwayat kesehatan
f.
Testing dalam berbagai bidang
g.
Riwayat pendidikan sekolah
h.
Pola kesusilaan
i.
Riwayat pelanggaran hidup
j.
Penggunaan waktu luang
k.
Minat dan cita-cita
l.
Pergaulan dengan teman
Dengan tujuan untuk mencari interpretasi yang
tepat dan tindakan-tindakan kongkret yang dapat diambil.[14]
3. Penggunaan Hasil
Testing
Secara ideal peserta
didik dijenjang pendidikan dasar sampai dengan jenjang pendidikan menengah
dikenakan sejumlah tes yang diberikan pada waktu-waktu tertentu.Inilah program
testing yang berlaku bagi semua siswa dan merupakan program testing
umum.Program testing umum ini diselenggarakan atas tanggung jawab institusi
pendidikan.Data hasil program testing umum sangat berguna bagi keperluan
pelayanan bimbingan.
Dalam rangka
program testing khusus dianjurkan supaya tes diagnostik dan tes kesiapan
diberikan secara individual menurut kebutuhan. Demikian pula tes kemampuan
khusus, tes perkembangan vokasional, tes minat dan tes kepribadian menurut
kebutuhan yang tampak dalam proses konseling.
Dalam hal
testing hasil belajar, tenaga pengajarlah yang harus meninjau relevansi isi tes
terhadap materi suatu bidang studi dalam hal testing kemampuan intelektual
petugas bimbinganlah yang dapat memberikan pandangan mengenai relevansi tes
terhadap tujuan pendidikan institusional.Dalam rangka program testing khusus
petugas bimbinganlah yang paling berwenang melalui kegunaan tes kemampuan
khusus, tes minat, tes perkembangan vokasional dan tes kepribadian.
Sama seperti
dalam program testing umum, konseling harus bermotivasi baik sebelum akan
menempuh suatu tes psikologis, supaya bersikap serius dalam mengerjakannya dan
lebih siap menerima hasilnya sebagai informasi yang berguna baginya, juga bila
mana hasilnya seperti yang diharapkan. Testing tidak dapat dipaksakan, tetapi
boleh dianjurkan bila data yang dibutuhkan tidak dapat diperoleh dengan lain cara
dan tersedia tes yang relevan. Penentuan tentang tes mana yang paling relevan
bagi kebutuhan konseli adalah wewenang konselor di institusi pendidikan, yang
seharusnya mengetahui kelebihan dan kelemahan dari tes-tes yang tersedia,
biarpun bukan konselor sendiri yang mengadministrasikan.Data hasil testing dan
laporan hasil testing yang dikirimkan oleh psikolog atau lembaga yang
berwenang, tidak terbuka bagi siapa saja tetapi hanya untuk mereka yang
berkepentingan dan menggunakan informasi itu untuk membantu konseling.[15]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
-
Administrasi adalah proses penentuan dan pencapaian sasaran dengan memanfaatkan
sumber yang ada secara berdaya guna bersama-sama dan memulai orang-orang yang
terkoordinasi. Sedangkan Organisasi bimbingan dan konseling dalam pengertian
umum adalah suatu wadah atau badan yang mengatur segala kegiatan untuk
mencapai tujuan bimbingan dan konseling secara bersama-sama.
-
pola
manajemen pelayanan BK mana yang akan
diterapkan oleh sekolah atau madrasah yang disesuaikan dengan kondisi yang
kebutuhan sekolah dan madrasah yang bersangkutan.
-
Prinsip-prinsip
organanisasi dan administrasi yang terpenting :
1.
Program
bimbingan yang efektif
2.
Program
itu harus merupakan bagian yang vital dan integral
3.
Program
itu harus di dasarkan pada minat
4.
Program
itu harus berhubungan dengan semua aspek
5.
Program
itu harus merupakan program yang kontinoe
6.
Program
itu harus mudah dalam pengaturan dan tata laksananya.
7.
Program
harus dapat memecahkan masalah anak
8.
Program
itu harus merupakan usaha bersama semua anggota staf sekolah.
9.
Penempatan
personil sesuai dengan keahlian dan kemampuannya
10.
Rencana
harus tersusun secara sederhana
11.
Rencana
harus disesuaikan dengan fasilitas yang tersedia.
-
Pengumpulan Informasi :menggunakan dua
cara yaitu tes dan non tes
-
Penyimpanan Data: menggunakanKartu
Pribadi (cumulative record) dan Case study-case conference
-
Penggunaan Hasil Testing :denganmenggunakan
informasi untuk membantu konseling.
DAFTAR PUSTAKA
Juntika
Nurihsan, Achmad. 2005. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling.
Bandung: Refika Aditama.
Ridwan.1998.
Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling Di Sekolah.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Santoadi,
Fajar. 2010. Manajemen Bimbingan dan Konseling Komprehensif. Yogyakarta:
USD.
Tohirin. 2009. Bimbingan
dan konseling di sekolah dan madrasah: Jakarta. PT
Raja Grafindo Persada.
Tohirin.2010.
Bimbingan dan Konseling Di Sekolah dan Madrasah. Jakarta:
Raja Garfindo Persada.
Winkel. 1978. Bimbingan
dan Penyuluhan Di Sekolah menengah. Jakarta: Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar