Menulislah sesuai kemampuanmu

Kamis, 17 April 2014

Organisasi dan Administrasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling Di Sekolah


Organisasi dan Administrasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling Di Sekolah 
By: Evi Muzaiyidah Bukhori (Mahasiswi PBA UIN Maliki Malang)
 
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Pelayanan bimbingan dan konseling meniscayakan manajemen agar tercapai efisiensi dan efektivitas serta tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, setidaknya ada 3 alasan mengapa manajemen itu diperlukan termasuk dalam dunia pelayanan bimbingan dan konseling: Pertama, untuk mencapai tujuan.Kedua, untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan (apabila ada).Manajemen diperlukan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan apabila ada yang saling bertentangan dari pihak-pihak tertentu seperti kepala sekola dan madrasah, para guru, tenaga administrasi, para siswa, orang tua siswa, komite sekolah dan madrasah, dan pihak-pihak lainnya.Ketiga, untuk mencapai efisiensi dan efektivitas.
Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar atau merupakan perhitungan rasio antara keluaran (output) dengan masukan (input). Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepala sekolah dan Madrasah yang efektif atau coordinator layanan BK yang efektif dapat memilih pekerjaan yang harus dilakukan atau metode yang tepat untuk mencapai tujuan sekolah dan madrasah atau tujuan layanan BK. Menurut Peter Drucker dalam T. Hani Handoko (1999), efektifitas adalah melakukan pekerjaan yang benar, sedangkan efisiensi adalah melakukan pekerjaan dengan benar.









B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian organisasi dan administrasi pelayanan bimbingan dan konseling Di sekolah?
2.      Pola yang bagaimanakah yang mendasari terhadap administrasi pelayanan bimbingan dan konseling disekolah?
3.      Bagaimanakah Prinsip Organisasi dan Administrasi Pelayanan Bimbingan dan konseling Di Sekolah?
4.      Bagaimana caraPengumpulan, Pencatatan, Penyimpanan, dan penggunaan Informasi?
C.      Tujuan
1.      Untuk mengetahuipengertian organisasi dan administrasi bimbingan dan konseling Di sekolah
2.      Untuk mengetahui bagaimana pola yangmendasari terhadap administrasi pelayanan bimbingan dan konseling disekolah
3.      Untuk mengetahuiPrinsip-prinsip Organisasi dan Administrasi Pelayanan Bimbingan dan konseling di Sekolah
4.      Untuk mengetahuicara Pengumpulan, Pencatatan, Penyimpanan, dan penggunaan Informasi



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Administrasi, manajemen dan organisasi
Menurut miriams webster’s dictionary, administrasi berarti sama dengan manajemen. Para penulis Amerika mempersamakan pengertian administrasi dan manajemen. Sehingga kedua istilah tersebut sering digunakan silih berganti untuk menunjukkan maksud yang sama, tetapi ada perbedaan antara keduanya, yakni administrasi lebih banyak digunakan dalam bidang pemerintahan dan organisasi sosial yang tidak mencari laba, sedangkan istilah manajemen biasa dipakai dikalangan perusahaan yang sifatnya mencari uang.
Berdasarkan hubungan administrasi dan manajemen, sugadha (1986) menyarankan untuk mengikuti pandangan bahwa administrasi adalah proses penentuan dan pencapaian sasaran dengan memanfaatkan sumber yang ada secara berdaya guna bersama-sama dan memulai orang-orang yang terkoordinasi.[1]
Administrasi dan manajemen pada dasarnya merupakan kegiatan yang menghidupkan dan mengendalikan organisasi, organisasi adalah wadah atau badan, yakni kumpulan orang dimana di dalamnya dilakukan proses pembagian kerja dan system hubungan yang disepakati bersama untuk mencapai tujuan bersama (sutarto,1991, h. 34-39). Tiap organisasi membutuhkan administrasi dan manajemen, digerakkan dan dikendalikan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui system kerja sama sekelompok orang.[2]
Organisasi dan Administrasi bimbingan dan konseling dalam pengertian umum adalah suatu wadah atau badan yang mengatur segala kegiatan untuk mencapai tujuan bimbingan dan konseling secara bersama-sama.Sebagai suatu badan, banyak ahli menawarkan model atau pola organisasi mana yang cocok untuk diterapkan disekolah. Akan tetapi, pola organisasi maupun yang dipilih harus didasarkan atas kesepakatan bersama diantara pihak-pihak yang terkait disekolah, yang dilanjutkan dengan usaha-usaha perencanaan untuk mencapai tujuan, pembagian tugas, pengendalian proses dan penggunaan sumber-sumber bimbingan. Usaha tersebut disebut sebagai administrasi bimbingan dan konseling.

B.     Pola-pola administrasi pelayanan bimbingan dan konseling disekolah
Sekolah dan madrasah merupakan suatu lembaga social.Selain itu, sekolah dan madrasah merupakan unit kerja.Sebagai suatu unit kerja, sekolah dan madrasah dikelola atau di organisasi menurut pola-pola atau kerangka hubungan structural tertentu.Yang di maksud pola manajemen pelayanan bimbingan dan konseling adalah kerangka hubungan structural antara berbagai bidang atau berbagai kedudukan dalam pelayanan bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah.Kerangka hubungan tersebut digambarkan dalam suatu struktur organisasi pelayanan bimbingan dan konseling.Pola manajemen pelayanan bimbingan dan konseling disini ada dua macam pola yaitu pola professional dan non professional.
Sekolah dan madrasah yang menganut pola professional, akan berbeda struktur organisasinya dari pada sekolah dan madrasah yang menganut pola non professional. Yang dimaksud pola professional adalah guru pembimbing direkrut dari alumni BK baik S1, S2, dan S3.Sedangkan pola non professional adalah guru pembimbing direkrut bukan dari alumni BK pola non professional biasanya menempatkan kepala sekolah atau madrasah, guru mata pelajaran tertentu, atau wali kelas sebagai petugas bimbingan.




 
Contoh pola manajemen non professional:



 










Pada pola manajemen atau struktur organisasi di atas, kepala sekolah atau madrasah merangkap tugas selain sebagai kepala sekolah dan madrasah juga sebagai guru pembimbing atau sebagai petugas bimbingan utama disekolah atau madrasah yang bersangkutan.Dengan pola seperti di atas, berarti disekolah dan madrasah yang bersangkutan tidak memiliki petugas bimbingan yang khusus.



Contoh pola manajemen atau stuktur organisasi pelayanan bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah yang memiliki tenaga bimbingan khusus adalah sebagai berikut:







 











Pola manajemen diatas menunjukkan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah yang bersangkutan dilaksanakan oleh tenaga bimbingan khusus yang tidak merangkap tugas sebagai guru atau wali kelas.
Sesungguhnya tidak ada pola-pola manajemen atau struktur organisasi yang baku dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Sekolah dan madrasah bisa merumuskan sendiri pola-pola manajemen palayanan bimbingannya sesuai kebutuhan sekolah dan madrasah. Artinya pola manajemen pelayanan BK mana yang akan diterapkan oleh sekolah atau madrasah yang disesuaikan dengan kondisi yang kebutuhan sekolah dan madrasah yang bersangkutan.[3]
C.    Prinsip- prinsip Organisasi dan Administrasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling Di Sekolah
Dalam merencanakan organisasi dan administrasi program Bimbingan sejumlah prinsip-prinsip dasar perlu mendapat perhatian para petugas sekolah.
Di antara prinsip-prinsip itu berikut ini yang terpenting:
1.      Program bimbingan yang efektif harus menghasilkan timbulnya suatu sikap pada anak yang dapat memahami dirinya sendiri, dapat membantu diri sendiri dan dapat mengarahkan diri sendiri dengan lebih baik.
2.      Program itu harus merupakan bagian yang vital dan integral daripada keseluruhan program sekolah dan harus erat sekali berhubungan dengan kegiatan-kegiatan murid di rumah dan masyarakat.
3.       Program itu harus di dasarkan pada minat, motif-motif yang mendesak dan tujuan-tujuan hidup murid.
4.      Program itu harus berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan perkembangan anak yang telah dipengaruhi oleh lingkungannya serta factor-faktor lain.
5.      Program itu harus merupakan program yang kontinu dan yang bertujuan melayani semua anak-anak sekolah, dan bukan hanya anak-anak yang bertingkah laku tidak baik saja.
6.      Program itu harus mudah dalam pengaturan dan tata laksananya.
7.      Program itu harus dipersiapkan untuk menemukan dan memecahkan berbagai masalah anak.
8.      Program itu harus merupakan usaha bersama semua anggota staf sekolah.
9.      Penempatan personil sesuai dengan keahlian dan kemampuannya.
10.  Rencana harus tersusun secara sederhana dalam arti mudah dipelajari, mudah dilaksanakan, mudah dikontrol dan fleksibel.
11.  Rencana harus disesuaikan dengan fasilitas yang tersedia.

Prinsip-prinsip umum tersebut dikemukakan dengan maksud memberi arah yang baik bagi mereka yang menghendaki suatu organisasi program bimbingan yang fungsional.[4]

D.                Pengumpulan, Pencatatan, Penyimpanan, dan penggunaan Informasi

1.      Pengumpulan Informasi
Pengumpulan data sebagai salah satu komponen dalam program bimbingan yang sekaligus menjadi salah satu layanan  bimbingan. Komponen ini mencakup semua usaha untuk memperoleh data tentang siswa, Menganalisis dan menafsirkan data, serta menyimpan data itu. Tujuan dari pengumpulan data ialah mendaparkan pengertian yang lebih luas, lebih lengkap dan lebih mendalam tentang masing-masing peserta didik, serta membantu siswa dan mahasiswa memperoleh pemahaman akan diri sendiri.
Layanan bimbingan pengumpulan data yang bermutu tinggi harus terintegrasi, kontinu dan berkesinambungan, serta bermanfaat.Terintegrasi berarti bahwa seharusnya digunakan baik alat-alat tes seperti tes bakat dan tes minat, maupun alat-alat non tes.[5]
Dalam rangka layanan pengumpulan data dijenjang pendidikan menengah pada umumnya dibutuhkan data tentang masing-masing peserta dalam aspek-aspek sebagai berikut:
1.    Latar belakang keluarga
2.    Riwayat sekolah
3.    Taraf prestasi dalam bidang-bidang studi yang mempunyai relevansi bagi perencanaan pendidikan lanjutan dan penentuan jabatan kelak
4.    Taraf kemampuan intelektual atau kemampuan akademik
5.    Bakat khusus
6.    Minat terhadap bidang studi dan bidang pekerjaan tertentu
7.    pengalaman diluar sekolah
8.    kesehatan jasmani
a.      Alat – Alat Tes
Tes adalah suatu metode penilaian psikologis untuk memperoleh informasi tentang berbagai aspek dalam tingkah laku dan kehidupan batin seseorang, dengan menggunakan pengukuran yang menghasilkan suatu deskripsi kuantitatif tentang aspek yang diteliti.Alat yang digunakan adalah tes yang distandarisasikan yang memuat koleksi persoalan, pertanyaan atau tugas yang dianggap representatif bagi aspek bersangkutan. Standarisasi berarti bahwa cara penyelenggaraan tes, cara memeriksanya dan penentuan norma penafsiran adalah seragam. Tes merupakan instrumen penilaian yang obyektif, dalam arti bahwa penyelenggaraan, pemeriksaan atau skoring, dan penafsiran tidak tergantung pada pendapat pribadi orang yang menggunakan alat tes itu.
Pengertian reliabilitas menunjuk pada keajegan dalam hasil yang diperoleh bila mana seseorang mengerjakan suatu tes pada waktu yang berlainan. Bila mana taraf reliabilitas tes tertentu tinggi, berarti bahwa hasil yang diperoleh pada saat sekarang dan beberapa waktu kemudian tidak akan jauh berbeda. Alat-alat tes akan digunakan dengan tujuan tertentu. Keempat tujuan yang pokok adalah sebagai berikut :
a.    Untuk meramalkan atau memperkirakan
b.    Untuk mengadakan seleksi
c.    Untuk mengadakan klasifikasi
d.   Untuk mengadakan evaluasi
Adapun pemberian alat-alat tes menurut aspek isi adalah sebagai berikut :
a.       Tes hasil belajar, yang mengukur apa yang telah dipelajari diberbagai bidang studi. Tipe tes hasil belajar yang khusus adalah tes kesiapan, yang bertujuan memperkirakan sampai berapa jauh subyek dapat mengambil manfaat dari suatu program pendidikan.
b.      Tes kemampuan intelektual, yang mengukur taraf kemampuan berpikir, terutama berkaitan dengan potensi untuk mencapai taraf prestasi tertentu dalam belajar di sekolah.
c.       Tes kemampuan khusus atau tes bakat khusus, yang mengukur taraf kemampuan seseorang untuk berhasil dalam bidang studi tertentu, program pendidikan vokasional tertentu atau bidang pekerjaan tertentu; lingkupnya lebih terbatas dari tes kemampuan intelektual.
d.      Tes minat, yang mengukur kegiatan/kesibukan macam apa paling disukai seseorang tes macam ini bertujuan membantu orang muda dalam memilih macam pekerjaan yang kiranya paing sesuai baginya.
e.       Tes kepribadian, yang mengukur ciri-ciri kepribadian yang bukan khas bersifat kognitif, seperti sifat karakter, gaya temperamen, corak kehidupan emosional, kesehatan mental, jaringan relasi sosial dengan orang lain, dan aneka bidang kehidupan yang menimbulkan kesukaran dalam penyesuaian diri.


b.      Alat – Alat Nontes
Meskipunsuatu alat tes dapat sangat bermanfaat untuk memperoleh data tentang siswa, namun penggunaan alat itu pula mengandung kelemahan dan keterbatasan.Oleh karena itu, diperlukan juga alat-alat nontes sebagai alat pengumpul data, khususnya dalam hal memperoleh data sosial yang relevan, untuk menyimpan serta mengolah keseluruhan data yang masuk.
1.      Angket Tertulis
Alat ini memuat sejumlah item atau pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa secara tertulis juga. Dengan mengisi angket ini siswa memberikan keterangan tentang sejumlah hal yang relevan bagi keperluan bimbingan, seperti keterangan tentang keluarga, kesehatan jasmani, riwayat pendidikan sekolah, pengalaman belajar disekolah dan dirumah, pergaulan sosial, rencana pendidikan lanjutan, kegiatan diluar sekolah, hobi dan kesukaran yang mungkin dihadapi. Kelemahannya ialah siswa tidak dapat memberikan penjelasan lebih lanjut karena jawabannya terbatas pada hal-hal yang ditanyakan, siswa dapat saja menjawab tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya kalau dia menghendaki demikian jawaban hanya mengungkapkan keadaan siswa pada saat angket diisi. Bentuk pertanyaan terbuka yang memungkinkan siswa menjawab secara agak luas  ataupertanyaan tertutup, yang mengharkoluskan siswa memilih saah satu alternatif; atau pertanyaan campuran. [6]

Setelah semua angket diisi, lalu dikumpulkan untuk dipelajari dan diolah oleh orang yang disebut dalam introduksi angket.Jawaban-jawaban yang mencolok dapat ditandai atau dicatat pada kertas khusus untuk keperluan petugas bimbingan sendiri.
Dapat pula disusun angket untuk diisi oleh orang tua, sebagai sarana untuk mendapatkan informasi tambahan tentang siswa. Manfaat dan kegunaan angket bagi orang tua harus dipertimbangkan secara matang, karena tidak semua orangtua akan memberikan informasi obyektif seperti yang diharapkan. Kecenderungan orang tua biasanya ingin melindungi nama baik keluarga dengan menyembunyikan beberapa hal.

2.      Wawancara Informasi
Wawancara informasi adalah alat pengumpulan data untuk memperoleh data dan informasi dari siswa secara lisan.Selama pertemuan itu petugas bimbingan mengajukan pertanyaan, minta penjelasan atau sebagai jawaban yang diberikan, dan membuat catatan mengenai hal-hal yang diungkapkan kepadanya. Wawancara informasi digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang sulit diperoleh dengan cara lain, untuk melengkapi data dan informasi yang sudah terkumpul dengan cara lain untuk mengecek kebenaran dan fakta dan data yang telah diketahui melalui saluran lain dan untuk mengadakan observasi terhadap tingkah laku siswa.
Keunggulan dari wawancara informasi ialah diperoleh informasi dalam suasana komunikasi langsung yang memungkinkan siswa selain memberitahukan data faktual seperti yang banyak ditanyakan dalam angket tertulis, juga mengugkapkan sikap, pikiran, harapan dan perasaan; perumusan pertanyaan informatif dapat disesuaikan dengan daya tangkap siswa dapat ditanyakan hal-hal yang bersifat sensitif. Hambatan yang dapat timbul ialah makan banyak waktu dan energi bagi petugas bimbingan, siswa berprasangka terhadap petugas bimbingan dan memberikan informasi yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya atau tidak lengkap, petugas bimbingan mendengarkan terlalu selektif atau bertanya-tanya dengan cara yang sugestif; pembuatan catatan memberikan kesan kepada siswa bahwa dia sedang berhadapan dengan petugas bimbingan, mewawancarai seorang siswa menuntut keterampilan mereka.[7]

3.     Autobiografi
Merupakan karangan yang ditulis oleh siswa mengenai riwayat hidupnya sampai pada saat sekarang.Riwayat hidup dapat mencakup keseluruhan hidupnya yang lampau atau hanya satu dua aspek kehidupannya saja.Manfaat dari menulis suatu otobiografi tergantung dari kerelaan siswa untuk membuka diri.Dari segi bentuk, otobiografi dibedakan atas bentuk yang terstruktur atau yang terbatas pada topik-topik tertentu, dan yang tidak terstruktur atau yang komprehensif.
Meskipun semua siswa dapat mengambil manfaat dari penulisan otobiografi, namun mengingat keterbatasan tenaga bimbingan yang berkompeten untuk menggunakan alat ini dan keterbatasan waktu untuk mengolah semua karapan ini secara memadai, hanya beberapa siswa akan menjadi menulis otobiografi dan ini pun dalam kaitan dengan masalah yang dibahas dalam rangka wawancara konseling. [8]

4.      Anekdota
Anekdota merupakan laporan singkat tentang perilaku seseorang siswa dan memuat deskripsi obyektif tentang tingkah laku siswa pada saat tertentu. Maka suatu anekdota yang baik memuat unsur pokok yaitu nama siswa, tanggal observasi, tempat observasi, situasi dimana perbuatan diobservasi.
Yang menulis laporan anekdota adalah tenaga pendidik, baik guru maupun nonguru yang sempat mengobservasi tingkah laku siswa dan siswi dalam berbagai situasi disekolah.Tujuan dari penulisan anekdota adalah mengumpulkan informasi yang relevan tentang kepribadian siswa melalui pencatatan fakta yang diamati dalam lingkungan sekolah.[9]
5.      Skala Penilaian
Skala penilaian merupakan sebuah daftar yang menyajikan sejumlah sifat sebagai butir atau item. Penilaian diberikan berdasarkan observasi spontan terhadap perilaku orang lain, yang berlangsung dalam bergaul dan berkomunikasi sosial dengan orang itu selama periode waktu tertentu. Terdapat beberapa tipe skala penilaian antara lain :
a.    Skala numerik. Skala ini menggunakan rentetan angka untuk menunjukkan titik gradasi disertai penjelasan singkat pada masing-masing angka.
b.    Skala penilaian grafis. Skala ini menggunakan suatu garis sebagai kontinum.
c.    Daftar cek. Skala ini menyerupai item dalam tes hasil belajar, bentuk obyektif dengan tipe pilihan berganda.[10]

6.      Sosiometri
    Sosiometri merupakan suatu metode untuk memperoleh data tentang jaringan hubungan sosial dalam suatu kelompok, yang berukuran kecil sampai sedang (10-50 orang), berdasarkan preferensi antara anggota kelompok satu sama lain. Tes sosiometri ada dua macam, yaitu tes yang mengharuskan untuk memilih beberapa teman dalam kelompok sebagai pernyataan kesukaan untuk melakukan kegiatan tertentu bersama dengan sosok teman yang dipilih, dan tes yang mengharuskan menyatakan kesukaannya atau ketidaksukaannya terhadap teman-teman dalam kelompok pada umumnya.
Cara mengolah data ada tiga, yaitu mengadakan analisa indeks, menyusun tabel atau membuat sosiogram.[11]

7.      Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah bertujuan lebih mengenal lingkungan hidup siswa sehari-hari, bila informasi yang dibutuhkan tidak dapat diperoleh melalui angket atau wawancara informasi. Mungkin juga petugas bimbingan mengadakan kunjungan rumah khusus untuk membicarakan kasus seoarng siswa bila memerlukan kerja sama dengan orang tua meskipun orang tua dalam hal ini orang tua biasanya diundang kesekolah.
2.        Penyimpanan Data
            Data tentang siswa dan lingkungan yang telah dikumpulkan harus dihimpun, diklasifikasikan, dan disimpan dengan cara yang sistematis. Penghimpunan data itu dimaksudkan untuk menghindari agar data itu tidak tercecer atau hilang.Data itu disusun sesuai dengan klasifikasi atau jenisnya masing-masing. Terakhir disimpan menurut system atau tata cara tertentu: misalnya menurut nomor urut buku pokok siswa, secara aplabetis, dan sebagainya.[12]
1.      Kartu Pribadi (cumulative record)
Kartu pribadi merupakan aplikasi dari penyusunan suatu arsip yang memuat data penting tentang seseorang. Dalam bahasa inggris arsip itu dikenal dengan nama cumulative record, yaitu seri catatan yang disusun secara kronologis dan semakin bertambah luas karena penambahan data secara kontinu. Dalam rangka pelayanan bimbingan disekolah, cumulative record berarti suatu seri catatan tentang masing-masing siswa yang disusun selama beberapa tahun dan memuat data yang signifikan bagi keperluan bimbingan.
Cumulative record ini diisi sejak anak memasuki sekolah dasar dan dilanjutkan terus pada kelas-kelas selanjutnya.Buku ini menyertai siswa yang bersangkutan setiap ada mutasi dari kelas dan dari sekolah-sekolah.Data tentang siswa dimasukkan ke dalam buku data pribadinya sesuai dengan jenisnya masing-masing.[13]
       Pada umumnya, kartu pribadi memuat informasi mengenai bidang-bidang sebagai berikut:
a.       Data identifikasi
b.      Latar belakang keluarga
c.       Riwayat pendidikan
d.      Hasil testing inteligensi
e.       Hasil testing hasil belajar
f.       Hasil testing bakat khusus
g.      Penilaian tentang kepribadian
h.      Minat
i.        Presensi
j.        Kesehatan

2.      Case study-case conference
Study kasus ini merupakan suatu metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seorang murid secara mendalam, dengan tujuan membantu murid itu untuk mencapai penyesuaian diri yang lebih baik. Data yang perlu dikumpulkan meliputi:
a.       Identitas murid
b.      Susunan keluarga murid
c.       Lingkungan hidup
d.      Riwayat perkembangan
e.       Riwayat kesehatan
f.       Testing dalam berbagai bidang
g.      Riwayat pendidikan sekolah
h.      Pola kesusilaan
i.        Riwayat pelanggaran hidup
j.        Penggunaan waktu luang
k.      Minat dan cita-cita
l.        Pergaulan dengan teman
Dengan tujuan untuk mencari interpretasi yang tepat dan tindakan-tindakan kongkret yang dapat diambil.[14]

3.    Penggunaan Hasil Testing
Secara ideal peserta didik dijenjang pendidikan dasar sampai dengan jenjang pendidikan menengah dikenakan sejumlah tes yang diberikan pada waktu-waktu tertentu.Inilah program testing yang berlaku bagi semua siswa dan merupakan program testing umum.Program testing umum ini diselenggarakan atas tanggung jawab institusi pendidikan.Data hasil program testing umum sangat berguna bagi keperluan pelayanan bimbingan.
Dalam rangka program testing khusus dianjurkan supaya tes diagnostik dan tes kesiapan diberikan secara individual menurut kebutuhan. Demikian pula tes kemampuan khusus, tes perkembangan vokasional, tes minat dan tes kepribadian menurut kebutuhan yang tampak dalam proses konseling.
Dalam hal testing hasil belajar, tenaga pengajarlah yang harus meninjau relevansi isi tes terhadap materi suatu bidang studi dalam hal testing kemampuan intelektual petugas bimbinganlah yang dapat memberikan pandangan mengenai relevansi tes terhadap tujuan pendidikan institusional.Dalam rangka program testing khusus petugas bimbinganlah yang paling berwenang melalui kegunaan tes kemampuan khusus, tes minat, tes perkembangan vokasional dan tes kepribadian.
Sama seperti dalam program testing umum, konseling harus bermotivasi baik sebelum akan menempuh suatu tes psikologis, supaya bersikap serius dalam mengerjakannya dan lebih siap menerima hasilnya sebagai informasi yang berguna baginya, juga bila mana hasilnya seperti yang diharapkan. Testing tidak dapat dipaksakan, tetapi boleh dianjurkan bila data yang dibutuhkan tidak dapat diperoleh dengan lain cara dan tersedia tes yang relevan. Penentuan tentang tes mana yang paling relevan bagi kebutuhan konseli adalah wewenang konselor di institusi pendidikan, yang seharusnya mengetahui kelebihan dan kelemahan dari tes-tes yang tersedia, biarpun bukan konselor sendiri yang mengadministrasikan.Data hasil testing dan laporan hasil testing yang dikirimkan oleh psikolog atau lembaga yang berwenang, tidak terbuka bagi siapa saja tetapi hanya untuk mereka yang berkepentingan dan menggunakan informasi itu untuk membantu konseling.[15]

BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
-          Administrasi adalah proses penentuan dan pencapaian sasaran dengan memanfaatkan sumber yang ada secara berdaya guna bersama-sama dan memulai orang-orang yang terkoordinasi. Sedangkan Organisasi bimbingan dan konseling dalam pengertian umum adalah suatu wadah atau badan yang mengatur segala kegiatan untuk mencapai tujuan bimbingan dan konseling secara bersama-sama.
-          pola manajemen pelayanan BK mana yang akan diterapkan oleh sekolah atau madrasah yang disesuaikan dengan kondisi yang kebutuhan sekolah dan madrasah yang bersangkutan.
-          Prinsip-prinsip organanisasi dan administrasi yang terpenting :
1.      Program bimbingan yang efektif
2.      Program itu harus merupakan bagian yang vital dan integral
3.      Program itu harus di dasarkan pada minat
4.      Program itu harus berhubungan dengan semua aspek
5.      Program itu harus merupakan program yang kontinoe
6.      Program itu harus mudah dalam pengaturan dan tata laksananya.
7.      Program harus dapat memecahkan masalah anak
8.      Program itu harus merupakan usaha bersama semua anggota staf sekolah.
9.      Penempatan personil sesuai dengan keahlian dan kemampuannya
10.  Rencana harus tersusun secara sederhana
11.  Rencana harus disesuaikan dengan fasilitas yang tersedia.
-          Pengumpulan Informasi :menggunakan dua cara yaitu tes dan non tes
-          Penyimpanan Data: menggunakanKartu Pribadi (cumulative record) dan Case study-case conference
-          Penggunaan Hasil Testing :denganmenggunakan informasi untuk membantu konseling.
DAFTAR PUSTAKA

Juntika Nurihsan, Achmad. 2005. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama.
Ridwan.1998. Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling Di Sekolah.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Santoadi, Fajar. 2010. Manajemen Bimbingan dan Konseling Komprehensif. Yogyakarta: USD.
Tohirin. 2009. Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah: Jakarta. PT
Raja Grafindo Persada.
Tohirin.2010. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah dan Madrasah. Jakarta:
Raja Garfindo Persada.
Winkel. 1978. Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah menengah. Jakarta: Gramedia.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar