Menulislah sesuai kemampuanmu

Rabu, 16 April 2014

ALIRAN FILSAFAT, TEORI KEBENARAN, METODE PENALARAN DAN MACAM PENGETAHUAN




ALIRAN FILSAFAT, TEORI KEBENARAN, METODE PENALARAN DAN MACAM PENGETAHUAN

By: Evi Muzaiyidah Bukhori (Mahasiswi Pascasarjana UIN Maliki Malang)

BAB I


PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sejak kehadirannya di muka bumi ini, manusia sudah menggunakan akal fikirannya untuk melakukan dan menyelesaikan suatu masalah. Walaupun pada saat kehadirannya pertama kali di muka bumi jalan fikiran manusia tidak serevolusioner sekarang ini.
Seiring dengan berkembangnya zaman, berkembang pula cara berpikir manusia  manusia sebagai mahluk yang unik berbeda dari mahluk  lainnya. Keunikan manusia terletak pikiran yang dimilikinya. Dalam menggunakan fikiran mungkin saja manusia melakukan kesalahan. Cara belajar dari kesalahan yang di perbuat pada dasarnya merupakan karakteristik yang sama pada semua mahluk hidup. Apakah itu pada binatang tingkat rendah, tingkat tingi, apakah itu pada simpanse atau seorang ilmuwan.
Perubahan dari pola pikir mitos ke rasio membawa implikasi yang tidak kecil. Alam dengan segala gejalanya, yang selama itu ditakuti kemudian di dekati dan bahkan dapat dikuasai. Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum-hukum alam dan teori – teori ilmiah yang menjelaskan perubahan yang terjadi, baik alam semesta maupun manusia sendiri.
Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang merefleksi, radikal dan integral mengenai hakikat ilmu pengetahuan, terdapat beberapa aliran filsafat yang akan kami bahasa dalam makalah ini. Berikut teori kebenaran metode penalaran dan macam pengetahuan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah Aliran-aliran dalam filsafat?
2.      Bagaimanakah teori kebenaran dalam Filsafat?
3.      Bagaimanakah metode Penalaran dalam Filsafat?
4.      Bagaimana macam-macam pengetahuan?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui Aliran-aliran dalam filsafat.
2.      Mengetahui teori kebenaran dalam Filsafat.
3.      Mengetahui metode Penalaran dalam Filsafat.
4.      Mengetahui macam-macam pengetahuan.

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Aliran Filsafat
Sangat banyak sekali aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat, diantaranya aliran metafisika, etika, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya. Namun, untuk mempermudah pemahaman kita mengenai aliran filsafat, kita kerucutkan untuk membahas airan-aliran filsafat ilmu pengetahuan.
Aliran-aliran teori pengetahuan mencoba menjawab pertanyaan bagaimana manusia mendapat pengetahuannya. Berikut aliran-aliran yang berkaitan dengan sumber pengetahuan:[1]
1.        Rasionalisme, berpandangan bahwa semua pengetahuan bersumber pada akal. Akal memperoleh bahan melalui indra untuk kemudian diolah oleh akal, sehingga menjadi pengetahuan. Rasionalisme menggunakan metode deduksi, yaitu cara memperoleh kepastian melalui langkah-langkah metodis yang bertitik tolak dari hal-hal yang bersifat umum untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat khusus.
2.        Empirisme, berpendirian bahwa semua pengetahuan diperoleh lewat indra. Indra memperoleh kean-kesan dari alam nyata, untuk kemudian kesan tersebut berkumpul dalam diri manusia, sehingga menjadi pengalaman. Pengetahuan yang berupa engalaman terdiri atas penyusunan dan pengaturan kesan yang bermacam-macam.
3.        Realisme, adalah aliran yang menyatakan bahwa objek-objek pengetahuan yang diketahui adalah nyata dalam dirinya sendiri. Objek tersebut tidak bergantung pada yang mengetahui, atau tidak bergantung pada pikiran.pikiran dan dunia luar saling berinteraksi, akan tetapi interaksi ini tidak mempengaruhi sifat dasar dunia. Dunia tetap ada sebelum pikiran menyadarinya dan akan tetap ada setelah pikiran berhenti menyadarinya.
4.        Kritisisme, adalah aliran yang berusaha menjawab persoalan pengetahuan dengan tokohnya Immanuel Kant. Titik tolaknya adalah ruang dan waktu sebagai dua bentuk pengamatan. Akal menerima bahan-bahan pengetahuan dari empiri. Bahan tersebut masih kacau, kemudian akal mengatur dan menertibkannya dalam bentuk pengamatan, yakni ruang dan waktu.  Pengamatan merupakan permulaan pengetahuan, sedangkan pengolahan oleh akal merupakan pembentukannya.

Berikut aliran-aliran yang masih berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang menitik beratkan pada hakikat pengetahuan:
1.      Idealisme, berpendirian bahwa pengetahuan adalah proses mental atau proses psikologis yang sifatnya subjektif. Pengetahuan merupakan gambaran subjektif tentang kenyataan. Pengetahuan tidak menggambarkan kebenaran yang sesungguhnya atau pengetahuan tidak memberikan gambaran yang tepat tentang hakikat sesuatu yang berada di luar pikiran manusia.
2.      Empirisme, berpendirian bahwa hakikat pengetahuan adalah berupa pengalaman. David Hume menyatakan bahwa ide-ide dapat dikembalikan pada sensasi atau rangsang indra. Pengalaman merupakan ukuran terakhir dari kenyatan.
3.      Positivisme, berpendirian bahwa kepercayaan-kepercayaan yang dogmatis harus digantikan dengan pengetahuan yang faktawi. Apapun yang berada di luar dunia pengalaman tidak perlu diperhatikan. Manusia harus menaruh perhatian pada dunia ini. Sikap negatif positivisme terhadap kenyataan yang di luar pengalaman telah mempengaruhi berbagai bentuk pemikiran modern, seperti: pragmatisme, instrumentalisme, naturalisme ilmiah dan behaviorisme.
4.      Pragmatisme tidak mempersoalkan hakikat pengetahuan melainkan menanyakan apa gna pengetahuan tersebut. Daya pengetahuan hendaknya dipandang sebagai sarana bagi perbuatan.

B.            Teori Kebenaran
Adapun teori-teori Kebenaran adalah
1.      Teori Korespondensi
Teori kebenaran korespondensi adalah teori kebenaran yang paling awal dan paling tua. Teori ini berawal dari teori pengetahuan Aristoteles yang menyatakan segala sesuatu yang diketahui adalah sesuatu yang dapat dikembalikan pada kenyataan yang dikenal oleh subyek.
Menurut teori ini, kebenaran adalah persesuaian antara fakta dan situasi nyata. Kebenaran merupakan persesuaian antara pernyataan dalam pikiran dengan situasi ligkungannya.
Sebagai contoh, pendapat bahwa pulau Jawa adalah pulau yang terpadat penduduknya di Indonesia. Pendapat ini benar bukan karena persesuaian dengan pendapat orang lain sebelumnya, atau karena diterima oleh banyak orang, melainkan karena persesuaian dengan kenyataan yang sebenarnya.[2] Contoh lain misalnya, pernyataan “air akan menguap jida dipanaskan sampai 100 derajat”. Pernyataan tersebut dinyatakan benar apabila kemudian diuji coba dengan memanasi air sampai 100 derajat. Apakah air itu menguap? Jika air itu tidak menguap, maka pernyataan tersebut dianggap salah, tetapi jika air itu menguap maka pernyataan tersebut adalah benar.[3]
     Teori korespondensi ini pada umumnya di anut oleh para pengikut realism. Diantara pelopor teori korespondensi ini adalah plato, Aristoteles, Moore, Russel, Ramsey, dan Tarski. Dan teori ini dikembangkan oleh Bertrand Russell (1872-1970). Dan seseorang yang bernama K. Roders, seorang penganut realisme kritis Amerika ini berpendapat, bahwa: keadaan ini terletak dalam kesesuaian antara “esensi atau arti yang kita berikan” dengan “esensi yang terdapat didalam objeknya”.
     Maka teori korespondensi tentang kebenaran dapat kita simpulkan sebagai berikut:
1.      Pernyataan
2.      Kenyataan
Menurut teori ini kebenaran adalah kesesuaian antara pernyataan tentang sesuatu dengan kenyataan itu sendiri. Adapun contohnya: “Jakarta adalah Ibu Kota Republik Indonesia”. Pernyataan ini dapat dikatakan benar karena kenyataanya Jakarta memang ibukota Republik Indonesia. Kebenarannya terletak pada hubungan antara pernyataan dan kenyataan.



2.       Teori Koherensi tentang Kebenaran
Teori yang kedua adalah teori koherensi atau konsistensi, the consistence theory of truth, yang sering pula dinamakan the coherence theory of truth. Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgement) dengan sesuatu bentuk yang lain. Yaitu fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan – putusan itu sendiri. Dengan perkataan lain, kebenaran ditegakkan atas hubungan antara putusan yang baru itu dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan akui kebenarannya terlebih dahulu.
Menurut Karl Kopper adalah suatu teori dianggap benar apabila tahan uji (testable). Artinya, suatu teori yang sudah dicetuskan oleh seseorang kemudian teori tersebut diuji oleh orang lain. Tentunya dapat mengkomparasikan dengan data-data baru. Oleh karena itu, apabila teori itu bertentangan dengan baru, secara otomatis teori pertama gugur atau batal, sebaliknya, kalau ada data yang cocok dengan teori lama, teori itu semakin kuat (Corroboration).
Maka teori ini teori konsistensi dapat kita simpulkan dengan dua macam:
Pertama, kebenaran menurut teori ini ialah kesesuaian antara suatu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu kita ketahui, terima dan akui dengan benar.
Kedua, teori ini agak agaknya dapat dinamakan teori penyaksian (justtifikasi) tentang kebenaran, karena menurut teori ini satu putusan dianggap benar apabila mendapat penyaksian-penyaksian oleh putusan-putusan lainnya yang terdahulu yang sudah diketahui, diterima, dan diakui benarnya.
Contoh dari teori koherensi adalah Ilmu Matematika dan turunannya yaitu: 3 + 3 = 6 adalah benar karena sesuai dengan kebenaran yang sudah disepakati bersama terutama oleh komunitas matematika. [4]
3.       Teori Pragmatisme Tentang Kebenaran
Teori ketiga ini adalah teori Pragmatisme Tentang Kebenaran, the pramagtic theory of truth. Pragmatisme berasal dari bahasa yunani Pragma, artinya yang dikerjakan, yang dilakukan, perbuatan, tindakan,
sebutan lagi filsafat yang dikembangkan oleh William James di Amerika Serikat. Menurut filsafat ini benar tidaknya suatu ucapan, dalil, atau teori semata-mata bergantung pada asas manfaat. Sesuatu dianggap benar jika mendatangkan manfaat dan akan dikatakan salah jika tidak mendatangkan manfaat.
Contoh dalam teori pragmatisme tentang kebenaran yaitu : pandangan para penganut pragmatis tentang tuhan. Bagi pragmatisme, suatu agama itu bukan benar karena Tuhan yang disembah oleh penganut agama itu sungguh-sungguh ada, tetapi agama itu dianggap benar karena pengaruhnya yang positif atas kehidupan manusia dan berkat kepercayaan manusia akan adanya tuhan  maka kehidupan masyarakat berlaku secara tertib dan jiwanya semakin tenang.[5]

C.         Metode dalam logika
Logika sesuai dengan fungsinya memecahkan masalah mempunyai dua Metode :
1.     Metode Deduktif yaitu pengkajian dari suatu yang umum (general) untuik menghasilkan suatu yang khusus. Berpikir dengan Metode deduktif menggunakan sarana berfikir matematika.
2.     Metode Induktif yaitu logika berfikir yang bergerak dari hal-hal yang khusus menghasilkan gegeralisasi yang umum. Berfikir induktif  menggunakan sarana berfikir statistika.
Baik matematika maupun statistika bukanlah ilmu melainkan sarana berfikir. Kedua Metode berfikir tersebut dapat diterapkan dalam penelitian Ilmiah  yang direalisasikan dalam karya Ilmiah Penelitian.
Logika berfikir deduktif dipakai dalam perumusan hipotesis penelitian yang dideduksi dari teori-teori yang ada. Logika berfikir Induktif di terapkan dalam pengujian hipotesis dengan menggunakan data dan sample. Untuk menyimpulkan kasus yang berdasarkan data dan sample di perlukan sarana statistika. Proses Ilmiah yang secara epistemologis adalah paroses ilmiah agar hasil yang diperoleh  dapat di katagorikan sebagai produk ilmiah yaitu Ilmu.[6]

D.    Macam-macam pengetahuan
Beranjak dari pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah pengetahuan, maka didalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran.
Burhanuddin Salam, mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yaitu:[7]
Pertama, pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common sence, dan sering diartikan dengan Good sence, karena seseorang memiliki sesuatu dimana ia menerima secara baik. Semua orang menyebutnya sesuatu itu merah karena memang itu merah, benda itu panas karena memang dirasakan panas dan sebagainya.
Dengan Common Sence, semua orang sampai pada keyakinan secara umum tentang sesuatu, dimana mereka akan berpendapat sama semuanya. Common sence diperoleh dari pengalaman sehari-hari, seperti air dapat dipakai untuk menyiram bunga, makanan dapat memuaskan rasa lapar. Musim kemarau akan mengeringkan sawah tadah hujan, dan sebagainya.
Kedua, pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Dalam pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif.
Ilmu pada Prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan Common Sence, suatu pengetahuan yang berasal sari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode.
Ketiga, pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekuatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Kalau ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit dan rigid, filsafat membahas hal yang lebih luas dan mendalam. Filsafat biasanya memberikan pengetahuan yang reflektif dan kritis, sehingga ilmu yang tadinya kaku dan cenderung tertutup menjadi longgar kembali.
Keempat, Pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh pemeluk agama. Pengetahuan mengandung beberapa hal yang pokok, yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan Tuhan, yang sering juga disebut dengan hubungan vertikal dan cara berhubungan dengan sesama manusia, yang sering disebut dengan hubungan Horizontal.
Pengetahuan agama yang lebih penting disamping informasi tentang Tuhan, juga informasi tentang Hari Akhir. Iman kepada Hari Akhir merupakan ajaran pokok agama dan sekaligus merupakan ajaran yang membuat manusia optimis akan masa depannya. Menurut para pangamat, agama masih bertahan sampai sekarang karena adanya doktrin tentag hidup setelah mati karenanya masih dibutuhkan.   



DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta:Rajawali pers, 2009
Dirgantarawicaksono.blogspot.com/2013/04/penalaran-dan-logika-dalam-filsafat.
Ihsan Fuad. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rineka Cipta, 2010
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta:Bumi Aksara, 2010




Tidak ada komentar:

Posting Komentar