PENINGKATKAN
MAHAROH KALAM MELALUI MODEL CONTEXTUAL THEACHING LEARNING DENGAN PENDEKATAN
COOPERATIVE LEARNING
(Studi Kasus Terhadap Siswa Kelas VII A MTs Surya Buana Malang)
By: Evi Muzaiyidah Bukhori (Mahasiswi PBA UIN Maliki Malang)
A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran
yang dikatakan sukses apabila ada perubahan tehadap peserta didik. Baik dalam
peningkatan prestasi belajar, maupun sikap dalam perilaku peserta didik di
lingkungannya. Sukses tidaknya pembelajaran tidak lepas dari peran serta guru
sebagai pendidik, siswa serta semua komponen sekolah yang mendukung proses pembelajaran.
Maksimalitas guru dalam proses pembelajaran memberikan kontribusi dalam
meningkatkan hasil belajar yang kan dicapai. Begitu juga dengan partisipasi
siswa dalam pembelajaran juga turut ikut andil. Apabila hal ini hanya sejalan
sepihak, maka pembelajaran tidak akan menghasilkan peningkatan yang maksimal.
Siswa
akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih
bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajari bukan hanya mengetahuinya.
Pembelajaran yang berorientasi target penugasan materi terbukti hanya berhasil
dalam kompetensi “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak
memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Faktanya,
banyak peserta didik mampu menyajikan mengingat hafalan yang baik terhadap
materi pelajaran yang diterimanya, namun pada kenyataannya mereka tidak
memahaminya. Sebagian besar dari peserta didik tidak mampu menghubungkan antara
apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan
diperguunakan atau dimanfaatkan.
Dengan
pendekatan kontekstual (CTL) proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah
dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan transfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih penting dari pada
hasil. Dalam konteks itu sisswa perlu mengerti apa makna belajar, pa
manfaatnya, mereka dalam status apa dan bagaimana mencapainya. Mereka akan
menyadari bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya.
Dalam
upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing. Untuk
menciptakan tersebut diperlukan sebuah strategi belajar baru yang lebih
memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa
menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa
mengkontruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Melalui strategi CTL, siswa
diharapkan belajar mengalami bukan menghafal. Dalam CTL ini, pedekatan yang
akan dipakai adalah Cooperatif Learning yang
mana siswa akan lebih aktif melalui kelompok-kelompok kecil.
Kesulitan
belajar yang dialami oleh siswa Surya Buana adalah siswa masih kurang aktif
dalam mengemukakan pendapat. Namun, mereka sebenarnya mempunyai potensi untuk
bersaing dengan teman-temannya. Hal ini karena guru yang sangat berperan aktif
dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu perlu adanya perubahan dalam
penyampaian materi agar siswa dapat mengekpresikan potensi yang dimikinya.
Terutama dalam kemampuan berbicara (maharoh kalam). Yang mana dalam
berbicara, siswa tidak hanya terbatas apa yang ada dalam materi saja, namun pada
kontekstual yang ada dan bersifat up to
date.
MTs Surya Buana merupakan salah satu sekolah alam yang
ada di malang. Sekolah ini menintegrasikan agama dengan lingkungan. Pengelolaan
kelas yang terorganisir dengan baik membuat siswa menjadi nyaman dalam belajar.
Banyaknya mufodat yang tertempel di dalam kelas mendukung lingkungan berbahasa,
namun pada hakikatnya hal ini kurang maksimal karena tidak teraplikasikan dalam
kemampuan berbicara mereka.
Oleh karena itu, untuk mengatasi
kesulitan tersebut, peneliti akan menggunakan strategi dengan pendekatan
kontekstual untuk meningkatkan kemampuan berbicara dengan mengintegrasikan
materi dengan konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan lingungan pribadi,
agama, sosial, ekonomi, maupun budaya. Dengan demikian peneliti akan
melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas di MTs Surya Buana dengan judul PENINGKATKAN MAHAROH
KALAM MELALUI MODEL CONTEXTUAL
THEACHING LEARNING DENGAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
identifikasi masalah di atas, permasalahan yang dirumuskan adalah:
1.
Bagaimana
penerapan pembelajaran model CTL
dalam meningkatkan kemampuan Maharoh Kalam kelas VII A di MTs
Surya Buana Malang?
2.
Bagaimana
efektifitas pembelajaran model CTL
terhadap peningkatan kemampuan Maharoh Kalam kelas VII A di MTs
Surya Buana Malang?
C. CARA PEMECAHAN MASALAH
Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, peneliti akan menggunakan menerapkan
stratetegi CTL pada siswa kelas VII MTs Surya Buana Malang agar siswa bebas
mengekpresikan dalam berpendapat sesuai dengan konteks yang terjadi.
D. HIPOTESIS TINDAKAN
Pembelajaran CTL
melalui pendekatan Cooperatif Learning dapat meningkatkankemampuan maharoh
kalam siswa kelas VII MTs Surya Buana Malang.
E. TUJUAN TENELITIAN TINDAKAN KELAS
Berdasarkan
rumusan masakah diatas, tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini sebagai berikut:
1.
Mendeskripsikan
model pembelajaran CTL dengan pendekatan Cooperatif
Learning dalam meningkatkan kemampuan Maharoh
Kalam kelas VII A di MTs Surya
Buana Malang.
2.
Memaparkan
efektifitas model pembelajaran CTL
dengan pendekatan Cooperatif Learning dalam
meningkatkan kemampuan Maharoh Kalam
kelas VII A di
MTs Surya Buana Malang.
F. MANFAAT PENELITIAN KELAS
Penelitian
Tindakan Kelas ini bermanfaat sebagai berikut:
1.
Manfaat
secara teoritis, yaitu dengan penerapan strategi CTL ini dapat meningkatkan dan
merevolusi strategi pembelajaran, dalam bidang kebahasaan khususnya.
2.
Manfaat
secara Praktis, yaitu:
a.
Bagi
peneliti, Penelitian Tindakan Kelas ini dapat memberikan inspirasi bahwa dalam
mengajar membutuhkan kreatifitas yang melibatkan siswa secara langsung sehingga
pemebelajaran bisa berlangsung secara efektif.
b.
Bagi
guru, Penelitian Tindakan Kelas ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan
apabila penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar, terutama pada guru
Bahasa Arab khususnya.
c.
Bagi
siswa, Penelitian Tindakan Kelas ini dapat membuat siswa lebih bebas mengekpresikan
dirinya dalam mengutakan pendapatnya karena mereka tidak terikat dengan bahan
ajar yang ada, menjadikan pembelajaran lebih efektif karena semua siswa bisa
berpartisipasi lebih aktif.
G. KAJIAN TEORI
a. Contextual Theaching
and Learning (CTL)
1.
Pengertian
Pembelajaran Contextual Theaching and Learning
Pembelajaran
Kontekstual atau Contextual Theaching and Learning (CTL) merupakan
konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Pembelajaran kontekstual juga dikenal denagn experiental
learning, real word education, active learning, dan lerned centered instruction.[1]
Menurut
Johnson (2002) CTL adalahsebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para
siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkan subjek-sunjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian
mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi tujuh komponen
berikut: membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan
yang berarti, melakukan pembelajaran yang berarti, melakukak pembelajaran yang
diatur sendiri, melakukan kerja sama, membantu individu tumbuh dan berkembang,
berpikir kritis dan kreatif untuk mencapai standar yang tinggi dan menggunakan
penilaian yang autentik.[2]
Contextual
Theaching and Learning (CTL) merupakan proses
pembelajaran holistik yang bertujuan untuk membelajarkan peserta didik dalam
memahami bahan ajar secara bermakna (meaningfull) yang dikaitkan dengan
konteks dunia nyata.[3]
2.
Prinsip CTL
a)
Kesaling-Bergantungan (Intedependensi)
Prinsip ini membuat hubungan yang bermakna (making meaningfull
connections) antara proses pembelajaran dan konteks kehidupan nyata
sehingga pesrta didik berkeyakinan bahwa belajar merupakan aspek yang esensial
bagi kehidupan di masa datang.
b)
Perbedaan (diferensiasi)
Prinsip diferesiasi adalah mendorong peserta didik menghasilkan
keberagaman, perbedaan, dan keunikan. Terciptanya kemandirian dalam belajar (self
regulated learning) yang dapat mengkonstruksi minat peserta didik untuk
belajar mandiri dalam konteks tim dengan mengkorelasikan bahan ajar dengan
kehidupan nyata, dalam rangka mencapai tujuan secara penuh makna (meaningfullness)
c)
Pengaturan Diri
Prinsip pengaturan diri menyatakan bahwa proses pembelajaran diatur,
dipertahankan, dan didasari oleh peserta didik sendiri, dalam rangka
merealisasikan seluruh potensinya.
d)
Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Penggunaan penilaian autentik yaitu menantang peserta didik agar dapat
mengaplikasikan berbagai informasi akademis baru dan keterampilannya ke dalam
situasi kontekstual secara signifikan.
3.
Karakteristik Contextual Theaching
Learning
a)
Kerja sama antar peserta didik dan guru (cooperative)
b)
Saling membantu antar peserta didik dan guru (assist)
c)
Belajar dengan bergairah (enjoyfull learning)
d)
Pembelajaran terintegrasi secara kontekstual
e)
Menggunakan multimedia dan sumber belajar
f)
Cara belajar siwa aktif (student active learning)
g)
Sharing bersama teman (take and give)
h)
Siswa kritis guru kreatif
i)
Dinding kelas dan loronng kelas penuh dengan karya siswa
j)
Laporan siswa bukan hanya buku rapor, tetapi juga hasil karya siswa,
praktikum, karangan siswa dan sebagainya.
4.
Strategi Pembelajaran CTL
Berdasarkan center for Occupational Research and
Development (CORD) penerapan strategi pembelajaran kontekstual digambarkan
sebagai berikut:[4]
a) Relating, belajar dikaitkan dengan konteks
pengalaman kehidupan nyata. Konteks merupakan kerangka kerja yang dirancang
guru untuk membantu peserta didik agar yang dipejari bermakna.
b) Experiencing, belajar adalah kegiatan
“mengalami”, peserta didik berproses secara aktif dengan hal yang dipelajari
dan berupaya melakukan eksporasi terhadap hal yang dikaji, berusaha menemukan
dan menciptakan hal baru dari apa yang dipelajarinya.
c) Appying, belajar menekankan pada proses
mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dalam konteks dan manfaatnya.
d) Cooperating, belajar merupakan proses
kolaboratif dan kooperatif melalui belajar berkelompok, komunikasi
interpersonal atau hubungan intersubjektif.
e) Transferring, belajar menekankan pada
terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.
5.
Langkah-langkah Pembelajaran CTL
Secara sederhana langkah penerapan CTL dalam kelas secara garis besar
sebagai berikut;
a)
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakan kana dengan
cara bekerja sendiri, dan meng-konstruksikan sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya
b)
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk smua topic
c)
Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya!
d)
Ciptakan “masayarakat belajar” (belajar dalam kelompok-kelompok)
e)
Hadirkan “model” sebagai contoh pembelajaran!
f)
Lakukan efleksi di akhir penemuan!
g)
Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
b. Maharah Kalam (Keterampilan
Berbicara)
1.
Pengertian Maharah Kalam (Keterampialn berbicara)
Keterampilan berbicara pada
hakikatnya merupakan keterampilan mereprodiksi arus system bunyi artikulasi
untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang
lain. Dalam hal ini, kelengkapan alat ucap seseorang merupakan persyaratan alamiyah
yang memungkinkannya untuk memproduksi suatu ragam yang luas bunyi artikulasi,
tekanan, nada, kesenyapan, dan lagu bicara. Keterampilan ini juga didasari oleh
kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan
bertanggungjawab dengan menghilangkan masalah psikologis sperti rasa malu,
rendah hati, ketegangan, berat lidah, dan lain-lain
Keterampilan
berbicara mensyaratkan adanya pemahaman minimal dari pembicara dalam membentuk
sebuah kalimat. Sebuah kalmia, betapapun kecilnya, memiliki struktur dasar yang
saling bertemali sehingga mampu menyajikan sebuah makna.
Oleh karena
itu, proses pembelajaran berbicara akan menjadikan mudah jika peserta didik
terlibat aktif berkomunikasi.
Berbicara
denagn bahasa asing merupakan keterampilan dasar yang menjadi tujuan dari
beberapa tujuan pengajaran bahasa. Sebagaimana bicara adalah sebagai sarana
untuk berkomunkasi dengan orang lain. Tujuan ketermpilan berbicara akan
mencakup pecapaian hal-hal berikut:
a) Kemudahan berbicara
Peserta didik harus mendapat kesempatan yang besar
untuk berlatih berbicara sampai mereka mengembangkan keterampilan ini secara
wajar, lancer, dan menyenangkan, baik di dalam kelompok kecil maupun di hadapan
pendengar umum yang lebih besar jumlahnya.
b) Kejelasan
Dalam peserta didik berbicara dengan tepat dan jelas,
baik artikulasi maupun diksi kalmia-kalimatnya. Gagasan yang diucapkan harus
tersusun dengan baik.
c) Bertanggung Jawab
Latihan
berbicara yang bagus menekankan pembicara untuk berberbicara secara tepat, dan
dipikirkan denga sungguh-sungguh mengenai apa yang menjadi topik pembicaraan,
tujuan pembicaraan, siapa yang diajak bicara dan bagaimana situasi pembicaraan
serta momentumnya.
d) Membentuk pendengaran yang kritis
Latihan berbicara yang baik sekaligus mengembangkan
keterampilan menyimak secara tepat dan kritisjuga menjadi tujuan utama.
e) Membentuk kebiasaan
Kebiasaan berbicara tidak dapat dicapai tanpa
kebiasaan berinteraksi dalam bahasa yang dpelajari atau bahkan dalam bahadsa
ibu. Factor ini demikian penting dalam membentuk kebiasaan berbicara dalam
perilaku seseorang. [5]
2.
Model Pembelajaran Keterampilan Berbicara
Ada beberapa konsep dasar yang harus dipahami oleh
pengajar sebelum mengajarkan bahsa kedua dengan model pembelajaran keterampilan
berbicara, yaitu:
a) Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal
b) Berbicara adalah proses bekomunikasi individu
c) Berbiara adalah ekspresi kreatif
d) Berbicara adalah tingkah laku
e) Berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman
f) Berbicara merupakan sarana memperluas cakrawala
g) Berbicara adalah pancaran pribadi [6]
3.
Petunjuk Umum berkenaan dengan
Pembelajaran Kalam
a) Belajar kalam yakni berlatih berbicara
b) Hendaknya siswa mengungkapkan tentang pengalaman
mereka.
c) Melatih memusatkan perhatian
d) Tidak memutuskan percakapan dan sering membenarkan.
e) Bertahap
f) Kebermaknaan tema, siswa akan lebih termotivasi untuk
berbicara jika temanya berhubungan dengan hal yang bernilai dalam kehidupan
mereka.[7]
c. Cooperative Learning (Pembelajaran
Kooperatif)
Cooperative learning adalah strategi pembelajaran yang
cukup berhasil pada kelompok-kelompok kecil, di mana pada tiap kelompok
tersebut terdiri dari siswa-siswa dari berbagai tingkat kemampuan, melakukan
berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi
pelajaran yang sedang dipelajari. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab
untuk tidak hanya belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan
rekan belajar, sehingga bersama-sama mencapai keberhasilan. Semua Siswa
berusaha sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dan melengkapinya.[8]
Strategi pembelajaran
kooperatif merupakan satu proses pembelajaran yang
menggunakan kumpulan-kumpulan kecil pelajar bagi member peluang pelajar
berinteraksi sesama mereka di dalam proses pembelajaran. Slavin (1990)
berpendapat rasional bahwa pembelajaran kooperatif adalah pelajar akan bersedia membantu rekan sekumpulan sekiranya mereka
ingin kumpulan mereka Berjaya. Selain dari pada itu, rekan sebaya dikatakan
berupaya menggunakan bahasa yang mudah difahami pelajar semasa menerangkan
konsep yang sukar.
Semua anggota kelompok berusaha untuk saling
menguntungkan sehingga semua anggota kelompok bisa:
1.
Merasakan keuntungan dari setiap
usaha teman lainnya. (Kesuksesan Anda bermanfaat bagi saya dan keberhasilan saya
bermanfaat untuk Anda.)
2.
Menyadari bahwa semua anggota
kelompok mempunyai nasib yang sama. (Tenggelam atau mengapung kita bersama).
3.
Tahu bahwa prestasi seseorang
ditentukan oleh orang lain dalam satu kelompok. (Kami tidak dapat melakukannya
tanpa Anda.)
4.
Merasa bangga dan merayakan bersama
ketika salah satu anggota kelompok mendapatkan keberhasilan (Kami semua merasa
sukses atas kesuksesan anda.
Pembelajaran kooperatif akan berkesan apabila mempunyai
tiga ciri berikut: ganjaran kumpulan, tanggung jawab individu dan peluang yang
sama untuk berjaya. Pelajar akan diberikan ganjaran apabila kumpulan mereka
mencapai sesuatu kriteria tanpa ada sebarang persaingan antara sesame kumpulan.
Ganjaran menjadikan pelajar lebih bermotivasi untuk melibatkan diri dalam
aktivitas kumpulan.
Tanggungjawab
individu bermaksud semua ahli kumpulan bertanggungjawab menentukan kejayaan
sesuatu kumpulan. Dengan kata lain sesuatu kumpulan tidak dapat berjaya dengan
usaha individu tertentu saja. Ini akan mendorong pelajar membimbing rekan-rekan
sekumpulan dan semua ahli bertanggungjawab menguasai pelajaran.
H. METODE PENELITIAN
1.
Setting Penelitian
a) Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan
di MTs Surya Buana kelas Jalan
Simpang Gajayana VI/631, Lowokwaru Malang.
b) Waktu Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini akan dilakasanakan pada tahun ajaran baru 2011/2012, yaitu
bulan Juli sampai Agustus 2011. Penentuan waktu penelitian mengacu pada
kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang
membutuhkan proses belajar-mengajar yang efektif di kelas.
c) Siklus Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas
ini dilaksanakan melalui dua siklus untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang
dicapai siswa dalam mengikuti mata pelajaran Bahasa Arab Maharah Kalam menggunakan strategi CTL dengan
pendekatan Cooperative Learning.
2.
Persiapan Penelitian
Dalam pelaksanaan PTK peneliti akan melaksanakan
tindakan-tindakan, yaitu:
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
b. Membuat silabus
c. Mengumpulkan referensi untuk pembuatan materi PTK
d. Menyiapkan strategi CTL yang tepat untuk diterapkan
3.
Subjek Penelitian
Dalam PTK ini yang menjadi subyek penelitian adalah
siswa kelas VIII-A yang berjumlah 40 siswa yang terdiri dari 23 siswi dan 17
siswa.
4.
Sumber Data
(1) Siswa
Untuk
mendapatkan informasi data yang berhubungan dengan hasil belajar dan aktifitas
dalam proses belajar mengajar khususnya dalam maharoh kalam.
(2) Guru
Untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran bahasa Arab
khususnya maharah kalam serta strategi apa yang dipakai oleh guru dalam
pembelajaran kalam.
(3) Kolaborator
Kolaborator yang dimaksud adalah guru bahasa Arab yang tidak mengajar di
kelas VIII-A, guna untuk mengetahui tentang strategi apa yang digunakan oleh
guru tersebut dalam maharah kalam.
5.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik yang dialkukan dalam penelitian tindakan kelas
ini adalah:
a) Observasi
Sebelum
peneliti melaksanakan PTK dengan mengambil judul ini peneliti melakukan
observasi sebulan sebelumnya, mulai dari lokasi hingga proses pembelajaran
bahasa Arab yang berlangsung di MTs Surya Buana Malang.
b) Tes
Tes
yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi pre tes dan pos tes. Pre tes
ini berguna untuk mengetahui kemampuan siswa dalam kalam bahasaa Arab sebelum
dilakukan penelitian yang diberikan di awal pembelajaran pada masing-masing
siklus, begitu juga pos tes berguna untuk mengetahui tingkat keberhasilan
setelah diterapkannya strategi CTL dalam proses pembelajaran bahasa Arab pada
masing-masing siklus.
c) Wawancara
Obyek
dalam penelitian ini yang akan diwawancarai adalah guru, siswa, dan
kolaborator, untuk menetahui permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran
bahasa Arab, diantaranya metode pembelajaran, strategi pembelajaran yang
digunakan maupun hasil belajar siswa kelas VIII-A MTs Surya Buana Malang.
d) Catatan
Observasi
Catatan
observasi digunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa dan
keterampilan kooperatif siswa.[9]
Catatan ini sangat membantu dalam menganalisis hasil peningkatan keaktifan
siswa dalam berbicara. Sehingga data tidak bersal dari hasil pre-tes dan
pos-tes saja. Peneliti akan mencatat perkembangan aktifitas siswa baik dalam
aktifitas proses belajar mengajar maupun diluar proses belajar mengajar.
6.
Analisis Data
Data dianalisa
bersama mitra kolaborasi sejak penelitian dimulai, dikembangkan selama proses
refleksi sampai proses penyusunan laporan. Teknik analisa yang digunakan adalah
model alur, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Milles
dan Huberman, 1989). [10] Sedangkan
hasil belajar siswa dianalisis berdasarkan ketentuan belajar siswa. [11] Analisis
data dilakukan sejak awal, mulai tahap pre- tes hingga tahap pos-tes. Selain
itu, peneliti juga menganalisis factor pendukung lain berupa situasi dan
suasana kelas, interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa.
Dalam Penelitian
Tindakn Kelas Ini, peneliti menggunakan data kualitatif, yaitu data yang berupa
informasi berbentuk kalimat yang memberikan gambaran tentang ekspresi siswa
yang berkaitan dengan tingkat kemampuan siswa terhadap tujuan yang akan dicapai
(kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap model pembelajaran yang
diterapkan (afektif), serta aktifitas siswa dalam menerima pelajaran
(psikomorik).
Untuk mengurangi
subjektifitas penilaian siswa dalam maharoh kalam, maka peneliti membuat
criteria penilaian sebagai berikut:
a. Lancar : 86 -
100 (sangat baik)
b. Biasa : 71 – 85
(baik)
c. Kurang lancar
: 55 – 70 (cukup)
d. tdak lancar :
< 54 (kurang)
Adapun penilaian
lebih mementingkan pada aspek kelancaran dan pemahaman terhadap pendengar,
sehingga aspek qowaid (nahwu shorof) tidak begitu berpengaruh. Sehingga
apabila hasil dari penelitian ini ada peningkatan terhadap keaktifan dan
kemampuan berbicara, maka penelitian tindakan kelas dengan model CTL dapat
dikatakan berhasil.
7.
Jadwal Kegiatan
Adapun rencana kerja yang akan dilakukan dalam
penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:
No
|
Jenis Kegiatan
|
Bulan/ minggu ke-
|
|||||||||
Juni
|
Juli
|
Agustus
|
|||||||||
1.
|
Penyusunan proposal
|
Ö
|
Ö
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Pelaksanaan siklus 1
|
|
|
Ö
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Analisis data
|
|
|
|
Ö
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Pelaksanaan siklus 2
|
|
|
|
|
Ö
|
|
|
|
|
|
5.
|
Analisis data
|
|
|
|
|
|
Ö
|
|
|
|
|
6.
|
Penyusunan laporan
|
|
|
|
|
|
|
Ö
|
Ö
|
|
|
7.
|
Seminar hasil PTK
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ö
|
|
8.
|
Perbaikan dan penggandaan laporan PTK
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ö
|
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung: Yrama Widya.
Hanafiah dkk. 2009. Konsep strategi
Pembelajaran. Bandung:
Refika Aditama.
Hamid, M. Abdul, dkk. 2008. Pembelajaran
Bahasa Arab. Malang; UIN Press.
Iskandarwassid dan. Dadang Sunendar. 2008. Strategi
Pembelajarn Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyanto. 2009. Model-model
Pembelajaran Inovatif. Surakarta:
Yuma Pustaka bekerja sama dengan FKIP.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperatif Learning. Jakarta: Pustaka Belajar.
http://ideguru.wordpress.com/2010/04/28/pengertian-kooperatif-learning/ (diakses pada tanggal 8 Juni 2011)
[1] Agus suprijono. Cooperatif Learning. (Jakarta: Ptustaka
Belajar. 2009: 79-80)
[2]
Sugiyanto. Model-model Pembelajaran Inovatif. (Surakarta: Yuma
Pustaka bekerja sama dengan FKIP. 2009: 14-15)
[3]
Hanafiah dkk. Konsep strategi Pembelajaran. (Bandung: Refika
Aditama. 2009: 67)
[5] Iskandarwassid dan. Dadang Sunendar. Strategi Pembelajarn Bahasa.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2008:
239-243)
[6] Iskandarwassid dan. Dadang Sunendar. Strategi Pembelajarn Bahasa.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2008:
286)
[8] http://ideguru.wordpress.com/2010/04/28/pengertian-kooperatif-learning/ (diakses pada tanggal 8 Juni 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar