Menulislah sesuai kemampuanmu

Selasa, 22 April 2014

PENINGKATKAN MAHAROH KALAM MELALUI MODEL CONTEXTUAL THEACHING LEARNING DENGAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING



PENINGKATKAN MAHAROH KALAM MELALUI MODEL CONTEXTUAL THEACHING LEARNING DENGAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING
(Studi Kasus Terhadap Siswa Kelas VII A MTs Surya Buana Malang)
By: Evi Muzaiyidah Bukhori (Mahasiswi PBA UIN Maliki Malang)

A.       LATAR BELAKANG
Pembelajaran yang dikatakan sukses apabila ada perubahan tehadap peserta didik. Baik dalam peningkatan prestasi belajar, maupun sikap dalam perilaku peserta didik di lingkungannya. Sukses tidaknya pembelajaran tidak lepas dari peran serta guru sebagai pendidik, siswa serta semua komponen sekolah yang mendukung proses pembelajaran. Maksimalitas guru dalam proses pembelajaran memberikan kontribusi dalam meningkatkan hasil belajar yang kan dicapai. Begitu juga dengan partisipasi siswa dalam pembelajaran juga turut ikut andil. Apabila hal ini hanya sejalan sepihak, maka pembelajaran tidak akan menghasilkan peningkatan yang maksimal.
Siswa akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajari bukan hanya mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penugasan materi terbukti hanya berhasil dalam kompetensi “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Faktanya, banyak peserta didik mampu menyajikan mengingat hafalan yang baik terhadap materi pelajaran yang diterimanya, namun pada kenyataannya mereka tidak memahaminya. Sebagian besar dari peserta didik tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan diperguunakan atau dimanfaatkan.
Dengan pendekatan kontekstual (CTL) proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih penting dari pada hasil. Dalam konteks itu sisswa perlu mengerti apa makna belajar, pa manfaatnya, mereka dalam status apa dan bagaimana mencapainya. Mereka akan menyadari bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya.
Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing. Untuk menciptakan tersebut diperlukan sebuah strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkontruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Melalui strategi CTL, siswa diharapkan belajar mengalami bukan menghafal. Dalam CTL ini, pedekatan yang akan dipakai adalah Cooperatif Learning yang mana siswa akan lebih aktif melalui kelompok-kelompok kecil.
Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa Surya Buana adalah siswa masih kurang aktif dalam mengemukakan pendapat. Namun, mereka sebenarnya mempunyai potensi untuk bersaing dengan teman-temannya. Hal ini karena guru yang sangat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu perlu adanya perubahan dalam penyampaian materi agar siswa dapat mengekpresikan potensi yang dimikinya. Terutama dalam kemampuan berbicara (maharoh kalam). Yang mana dalam berbicara, siswa tidak hanya terbatas apa yang ada dalam materi saja, namun pada kontekstual yang ada dan bersifat up to date.
MTs Surya Buana merupakan salah satu sekolah alam yang ada di malang. Sekolah ini menintegrasikan agama dengan lingkungan. Pengelolaan kelas yang terorganisir dengan baik membuat siswa menjadi nyaman dalam belajar. Banyaknya mufodat yang tertempel di dalam kelas mendukung lingkungan berbahasa, namun pada hakikatnya hal ini kurang maksimal karena tidak teraplikasikan dalam kemampuan berbicara mereka.
Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan tersebut, peneliti akan menggunakan strategi dengan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan berbicara dengan mengintegrasikan materi dengan konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan lingungan pribadi, agama, sosial, ekonomi, maupun budaya. Dengan demikian peneliti akan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas di MTs Surya Buana dengan judul PENINGKATKAN MAHAROH KALAM MELALUI MODEL CONTEXTUAL THEACHING LEARNING DENGAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING.

B.       RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang dirumuskan adalah:
1.      Bagaimana penerapan pembelajaran model CTL dalam meningkatkan kemampuan  Maharoh Kalam  kelas VII A di MTs Surya Buana Malang?
2.      Bagaimana efektifitas pembelajaran model CTL terhadap peningkatan kemampuan Maharoh Kalam kelas VII A di MTs Surya Buana Malang?

C.       CARA PEMECAHAN MASALAH
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti akan menggunakan menerapkan stratetegi CTL pada siswa kelas VII MTs Surya Buana Malang agar siswa bebas mengekpresikan dalam berpendapat sesuai dengan konteks yang terjadi.

D.       HIPOTESIS TINDAKAN
Pembelajaran CTL melalui pendekatan Cooperatif Learning dapat meningkatkankemampuan maharoh kalam siswa kelas VII MTs Surya Buana Malang.

E.       TUJUAN TENELITIAN TINDAKAN KELAS
Berdasarkan rumusan masakah diatas, tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini sebagai berikut:
1.      Mendeskripsikan model pembelajaran CTL dengan pendekatan Cooperatif Learning dalam meningkatkan kemampuan  Maharoh Kalam  kelas VII A di MTs Surya Buana Malang.
2.      Memaparkan efektifitas model pembelajaran CTL dengan pendekatan Cooperatif Learning dalam meningkatkan kemampuan  Maharoh Kalam kelas VII A di MTs Surya Buana Malang.

F.       MANFAAT PENELITIAN KELAS
Penelitian Tindakan Kelas ini bermanfaat sebagai berikut:
1.      Manfaat secara teoritis, yaitu dengan penerapan strategi CTL ini dapat meningkatkan dan merevolusi strategi pembelajaran, dalam bidang kebahasaan khususnya.
2.      Manfaat secara Praktis, yaitu:
a.       Bagi peneliti, Penelitian Tindakan Kelas ini dapat memberikan inspirasi bahwa dalam mengajar membutuhkan kreatifitas yang melibatkan siswa secara langsung sehingga pemebelajaran bisa berlangsung secara efektif.
b.      Bagi guru, Penelitian Tindakan Kelas ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan apabila penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar, terutama pada guru Bahasa Arab khususnya.
c.       Bagi siswa, Penelitian Tindakan Kelas ini dapat membuat siswa lebih bebas mengekpresikan dirinya dalam mengutakan pendapatnya karena mereka tidak terikat dengan bahan ajar yang ada, menjadikan pembelajaran lebih efektif karena semua siswa bisa berpartisipasi lebih aktif.
G.      KAJIAN TEORI
a. Contextual Theaching and Learning (CTL)
1.      Pengertian Pembelajaran Contextual Theaching and Learning
Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Theaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pembelajaran kontekstual juga dikenal denagn experiental learning, real word education, active learning, dan  lerned centered instruction.[1]
Menurut Johnson (2002) CTL adalahsebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-sunjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi tujuh komponen berikut: membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran yang berarti, melakukak pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerja sama, membantu individu tumbuh dan berkembang, berpikir kritis dan kreatif untuk mencapai standar yang tinggi dan menggunakan penilaian yang autentik.[2]
Contextual Theaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran holistik yang bertujuan untuk membelajarkan peserta didik dalam memahami bahan ajar secara bermakna (meaningfull) yang dikaitkan dengan konteks dunia nyata.[3]

2.      Prinsip CTL
a)      Kesaling-Bergantungan (Intedependensi)
Prinsip ini membuat hubungan yang bermakna (making meaningfull connections) antara proses pembelajaran dan konteks kehidupan nyata sehingga pesrta didik berkeyakinan bahwa belajar merupakan aspek yang esensial bagi kehidupan di masa datang.
b)      Perbedaan (diferensiasi)
Prinsip diferesiasi adalah mendorong peserta didik menghasilkan keberagaman, perbedaan, dan keunikan. Terciptanya kemandirian dalam belajar (self regulated learning) yang dapat mengkonstruksi minat peserta didik untuk belajar mandiri dalam konteks tim dengan mengkorelasikan bahan ajar dengan kehidupan nyata, dalam rangka mencapai tujuan secara penuh makna (meaningfullness)
c)      Pengaturan Diri
Prinsip pengaturan diri menyatakan bahwa proses pembelajaran diatur, dipertahankan, dan didasari oleh peserta didik sendiri, dalam rangka merealisasikan seluruh potensinya.
d)     Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Penggunaan penilaian autentik yaitu menantang peserta didik agar dapat mengaplikasikan berbagai informasi akademis baru dan keterampilannya ke dalam situasi kontekstual secara signifikan.

3.      Karakteristik Contextual Theaching Learning
a)      Kerja sama antar peserta didik dan guru (cooperative)
b)      Saling membantu antar peserta didik dan guru (assist)
c)      Belajar dengan bergairah (enjoyfull learning)
d)     Pembelajaran terintegrasi secara kontekstual
e)      Menggunakan multimedia dan sumber belajar
f)       Cara belajar siwa aktif (student active learning)
g)      Sharing bersama teman (take and give)
h)      Siswa kritis guru kreatif
i)        Dinding kelas dan loronng kelas penuh dengan karya siswa
j)        Laporan siswa bukan hanya buku rapor, tetapi juga hasil karya siswa, praktikum, karangan siswa dan sebagainya.

4.      Strategi Pembelajaran CTL
Berdasarkan center for Occupational Research and Development (CORD) penerapan strategi pembelajaran kontekstual digambarkan sebagai berikut:[4]
a) Relating, belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata. Konteks merupakan kerangka kerja yang dirancang guru untuk membantu peserta didik agar yang dipejari bermakna.
b) Experiencing, belajar adalah kegiatan “mengalami”, peserta didik berproses secara aktif dengan hal yang dipelajari dan berupaya melakukan eksporasi terhadap hal yang dikaji, berusaha menemukan dan menciptakan hal baru dari apa yang dipelajarinya.
c) Appying, belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dalam konteks dan manfaatnya.
d) Cooperating, belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui belajar berkelompok, komunikasi interpersonal atau hubungan intersubjektif.
e) Transferring, belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.
5.      Langkah-langkah Pembelajaran CTL
Secara sederhana langkah penerapan CTL dalam kelas secara garis besar sebagai berikut;
a)      Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakan kana dengan cara bekerja sendiri, dan meng-konstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
b)      Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk smua topic
c)      Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya!
d)     Ciptakan “masayarakat belajar” (belajar dalam kelompok-kelompok)
e)      Hadirkan “model” sebagai contoh pembelajaran!
f)       Lakukan efleksi di akhir penemuan!
g)      Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

b. Maharah Kalam (Keterampilan Berbicara)
1.    Pengertian Maharah Kalam (Keterampialn berbicara)
Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan mereprodiksi arus system bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Dalam hal ini, kelengkapan alat ucap seseorang merupakan persyaratan alamiyah yang memungkinkannya untuk memproduksi suatu ragam yang luas bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan, dan lagu bicara. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan bertanggungjawab dengan menghilangkan masalah psikologis sperti rasa malu, rendah hati, ketegangan, berat lidah, dan lain-lain
Keterampilan berbicara mensyaratkan adanya pemahaman minimal dari pembicara dalam membentuk sebuah kalimat. Sebuah kalmia, betapapun kecilnya, memiliki struktur dasar yang saling bertemali sehingga mampu menyajikan sebuah makna.
Oleh karena itu, proses pembelajaran berbicara akan menjadikan mudah jika peserta didik terlibat aktif berkomunikasi.
Berbicara denagn bahasa asing merupakan keterampilan dasar yang menjadi tujuan dari beberapa tujuan pengajaran bahasa. Sebagaimana bicara adalah sebagai sarana untuk berkomunkasi dengan orang lain. Tujuan ketermpilan berbicara akan mencakup pecapaian hal-hal berikut:
a)    Kemudahan berbicara
Peserta didik harus mendapat kesempatan yang besar untuk berlatih berbicara sampai mereka mengembangkan keterampilan ini secara wajar, lancer, dan menyenangkan, baik di dalam kelompok kecil maupun di hadapan pendengar umum yang lebih besar jumlahnya.
b)    Kejelasan
Dalam peserta didik berbicara dengan tepat dan jelas, baik artikulasi maupun diksi kalmia-kalimatnya. Gagasan yang diucapkan harus tersusun dengan baik.
c)    Bertanggung Jawab
   Latihan berbicara yang bagus menekankan pembicara untuk berberbicara secara tepat, dan dipikirkan denga sungguh-sungguh mengenai apa yang menjadi topik pembicaraan, tujuan pembicaraan, siapa yang diajak bicara dan bagaimana situasi pembicaraan serta momentumnya.
d)   Membentuk pendengaran yang kritis
Latihan berbicara yang baik sekaligus mengembangkan keterampilan menyimak secara tepat dan kritisjuga menjadi tujuan utama.




e)    Membentuk kebiasaan
Kebiasaan berbicara tidak dapat dicapai tanpa kebiasaan berinteraksi dalam bahasa yang dpelajari atau bahkan dalam bahadsa ibu. Factor ini demikian penting dalam membentuk kebiasaan berbicara dalam perilaku seseorang. [5]

2.    Model Pembelajaran Keterampilan Berbicara
Ada beberapa konsep dasar yang harus dipahami oleh pengajar sebelum mengajarkan bahsa kedua dengan model pembelajaran keterampilan berbicara, yaitu:
a)      Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal
b)      Berbicara adalah proses bekomunikasi individu
c)      Berbiara adalah ekspresi kreatif
d)     Berbicara adalah tingkah laku
e)      Berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman
f)       Berbicara merupakan sarana memperluas cakrawala
g)      Berbicara adalah pancaran pribadi [6]

3.     Petunjuk Umum berkenaan dengan Pembelajaran Kalam
a)      Belajar kalam yakni berlatih berbicara
b)      Hendaknya siswa mengungkapkan tentang pengalaman mereka.
c)      Melatih memusatkan perhatian
d)     Tidak memutuskan percakapan dan sering membenarkan.
e)      Bertahap
f)       Kebermaknaan tema, siswa akan lebih termotivasi untuk berbicara jika temanya berhubungan dengan hal yang bernilai dalam kehidupan mereka.[7]

c. Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)
Cooperative learning adalah strategi pembelajaran yang cukup berhasil pada kelompok-kelompok kecil, di mana pada tiap kelompok tersebut terdiri dari siswa-siswa dari berbagai tingkat kemampuan, melakukan berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk tidak hanya belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan rekan belajar, sehingga bersama-sama mencapai keberhasilan. Semua Siswa berusaha sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dan melengkapinya.[8]
Strategi pembelajaran kooperatif  merupakan satu proses pembelajaran yang menggunakan kumpulan-kumpulan kecil pelajar bagi member peluang pelajar berinteraksi sesama mereka di dalam proses pembelajaran. Slavin (1990) berpendapat rasional bahwa pembelajaran kooperatif adalah pelajar akan bersedia membantu rekan sekumpulan sekiranya mereka ingin kumpulan mereka Berjaya. Selain dari pada itu, rekan sebaya dikatakan berupaya menggunakan bahasa yang mudah difahami pelajar semasa menerangkan konsep yang sukar.
Semua anggota kelompok berusaha untuk saling menguntungkan sehingga semua anggota kelompok bisa:
1.        Merasakan keuntungan dari setiap usaha teman lainnya. (Kesuksesan Anda bermanfaat bagi saya dan keberhasilan saya bermanfaat untuk Anda.)
2.        Menyadari bahwa semua anggota kelompok mempunyai nasib yang sama. (Tenggelam atau mengapung kita bersama).
3.        Tahu bahwa prestasi seseorang ditentukan oleh orang lain dalam satu kelompok. (Kami tidak dapat melakukannya tanpa Anda.)
4.        Merasa bangga dan merayakan bersama ketika salah satu anggota kelompok mendapatkan keberhasilan (Kami semua merasa sukses atas kesuksesan anda.

Pembelajaran kooperatif  akan berkesan apabila mempunyai tiga ciri berikut: ganjaran kumpulan, tanggung jawab individu dan peluang yang sama untuk berjaya. Pelajar akan diberikan ganjaran apabila kumpulan mereka mencapai sesuatu kriteria tanpa ada sebarang persaingan antara sesame kumpulan. Ganjaran menjadikan pelajar lebih bermotivasi untuk melibatkan diri dalam aktivitas kumpulan.
Tanggungjawab individu bermaksud semua ahli kumpulan bertanggungjawab menentukan kejayaan sesuatu kumpulan. Dengan kata lain sesuatu kumpulan tidak dapat berjaya dengan usaha individu tertentu saja. Ini akan mendorong pelajar membimbing rekan-rekan sekumpulan dan semua ahli bertanggungjawab menguasai pelajaran.

H.       METODE PENELITIAN
1.      Setting Penelitian
a)    Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di MTs Surya Buana kelas Jalan Simpang Gajayana VI/631, Lowokwaru Malang.
b)   Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilakasanakan pada tahun ajaran baru 2011/2012, yaitu bulan Juli sampai Agustus 2011. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar-mengajar yang efektif di kelas.
c)    Siklus Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan melalui dua siklus untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai siswa dalam mengikuti mata pelajaran Bahasa Arab Maharah Kalam  menggunakan strategi CTL dengan pendekatan Cooperative Learning.
2.      Persiapan Penelitian
Dalam pelaksanaan PTK peneliti akan melaksanakan tindakan-tindakan, yaitu:
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
b. Membuat silabus
c. Mengumpulkan referensi untuk pembuatan materi PTK
d. Menyiapkan strategi CTL yang tepat untuk diterapkan
3.      Subjek Penelitian
Dalam PTK ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VIII-A yang berjumlah 40 siswa yang terdiri dari 23 siswi dan 17 siswa.
4.      Sumber Data
(1) Siswa
     Untuk mendapatkan informasi data yang berhubungan dengan hasil belajar dan aktifitas dalam proses belajar mengajar khususnya dalam maharoh kalam.
            (2) Guru
                 Untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam pembelajaran bahasa Arab khususnya maharah kalam serta strategi apa yang dipakai oleh guru dalam pembelajaran kalam.
            (3) Kolaborator
                Kolaborator yang dimaksud adalah guru bahasa Arab yang tidak mengajar di kelas VIII-A, guna untuk mengetahui tentang strategi apa yang digunakan oleh guru tersebut dalam maharah kalam.
5.      Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik yang dialkukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:
a)         Observasi
            Sebelum peneliti melaksanakan PTK dengan mengambil judul ini peneliti melakukan observasi sebulan sebelumnya, mulai dari lokasi hingga proses pembelajaran bahasa Arab yang berlangsung di MTs Surya Buana Malang.
b)         Tes
            Tes yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi pre tes dan pos tes. Pre tes ini berguna untuk mengetahui kemampuan siswa dalam kalam bahasaa Arab sebelum dilakukan penelitian yang diberikan di awal pembelajaran pada masing-masing siklus, begitu juga pos tes berguna untuk mengetahui tingkat keberhasilan setelah diterapkannya strategi CTL dalam proses pembelajaran bahasa Arab pada masing-masing siklus.
c)         Wawancara
            Obyek dalam penelitian ini yang akan diwawancarai adalah guru, siswa, dan kolaborator, untuk menetahui permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran bahasa Arab, diantaranya metode pembelajaran, strategi pembelajaran yang digunakan maupun hasil belajar siswa kelas VIII-A MTs Surya Buana Malang.
d)       Catatan Observasi
Catatan observasi digunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa dan keterampilan kooperatif siswa.[9] Catatan ini sangat membantu dalam menganalisis hasil peningkatan keaktifan siswa dalam berbicara. Sehingga data tidak bersal dari hasil pre-tes dan pos-tes saja. Peneliti akan mencatat perkembangan aktifitas siswa baik dalam aktifitas proses belajar mengajar maupun diluar proses belajar mengajar.

6.      Analisis Data
Data dianalisa bersama mitra kolaborasi sejak penelitian dimulai, dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan. Teknik analisa yang digunakan adalah model alur, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Milles dan Huberman, 1989). [10] Sedangkan hasil belajar siswa dianalisis berdasarkan ketentuan belajar siswa. [11] Analisis data dilakukan sejak awal, mulai tahap pre- tes hingga tahap pos-tes. Selain itu, peneliti juga menganalisis factor pendukung lain berupa situasi dan suasana kelas, interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa.
Dalam Penelitian Tindakn Kelas Ini, peneliti menggunakan data kualitatif, yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberikan gambaran tentang ekspresi siswa yang berkaitan dengan tingkat kemampuan siswa terhadap tujuan yang akan dicapai (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan (afektif), serta aktifitas siswa dalam menerima pelajaran (psikomorik).
Untuk mengurangi subjektifitas penilaian siswa dalam maharoh kalam, maka peneliti membuat criteria penilaian sebagai berikut:
a. Lancar : 86 - 100 (sangat baik)
b. Biasa   : 71 – 85  (baik)
c. Kurang lancar : 55 – 70 (cukup)
d. tdak lancar : < 54 (kurang)
Adapun penilaian lebih mementingkan pada aspek kelancaran dan pemahaman terhadap pendengar, sehingga aspek qowaid (nahwu shorof) tidak begitu berpengaruh. Sehingga apabila hasil dari penelitian ini ada peningkatan terhadap keaktifan dan kemampuan berbicara, maka penelitian tindakan kelas dengan model CTL dapat dikatakan berhasil.





7.      Jadwal Kegiatan
Adapun rencana kerja yang akan dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:
No
Jenis Kegiatan
Bulan/ minggu ke-
Juni
Juli
Agustus
1.
Penyusunan proposal
Ö
Ö








2.
Pelaksanaan siklus 1


Ö







3.
Analisis data



Ö






4.
Pelaksanaan siklus 2




Ö





5.
Analisis data





Ö




6.
Penyusunan laporan






Ö
Ö


7.
Seminar hasil PTK








Ö

8.
Perbaikan dan penggandaan laporan PTK









Ö



















DAFTAR PUSTAKA


Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:  Yrama Widya.
Hanafiah dkk. 2009. Konsep strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.
Hamid, M. Abdul, dkk. 2008. Pembelajaran Bahasa Arab.  Malang; UIN Press.
Iskandarwassid dan. Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajarn Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 
Sugiyanto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka bekerja sama dengan FKIP.
Suprijono, Agus. 2009.  Cooperatif Learning. Jakarta: Pustaka Belajar.







[1] Agus suprijono.  Cooperatif Learning. (Jakarta: Ptustaka Belajar. 2009: 79-80)
[2]  Sugiyanto. Model-model Pembelajaran Inovatif. (Surakarta: Yuma Pustaka bekerja sama dengan FKIP. 2009: 14-15)
[3]  Hanafiah dkk. Konsep strategi Pembelajaran. (Bandung: Refika Aditama. 2009: 67)
[4]  Agus suprijono.  Cooperatif Learning. (Jakarta: Ptustaka Belajar. 2009: 83)
[5]  Iskandarwassid dan. Dadang Sunendar. Strategi Pembelajarn Bahasa. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya.  2008: 239-243)

[6]  Iskandarwassid dan. Dadang Sunendar. Strategi Pembelajarn Bahasa. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya.  2008: 286)

[7]  M. Abdul Hamid, dkk. Pembelajaran Bahasa Arab.  (Malang; UIN Press. 2008: 43)
[9]  Zainal Aqib. Penelitian Tindakan Kelas. ( Bandung:  Yrama Widya. 2009: 107)
[10]  Zainal Aqib. Penelitian Tindakan Kelas. ( Bandung:  Yrama Widya. 2009: 106)
[11]  Zainal Aqib. Penelitian Tindakan Kelas. ( Bandung:  Yrama Widya. 2009: 136)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar