Menulislah sesuai kemampuanmu

Rabu, 14 Mei 2014

مدرسة المعرفية

مدرسة المعرفية

أيفي مزيدة بخاري

المبحث الأول
  1. المقدمة
فى رأي تشومسكى فى كتاب علم اللغة النفسي أن اللغة هي عملية عقلية معقدة، وأن الإنسان يولد ولديه قدرة لغوية محدودة تساعده على اكتساب أية لغة يعيش فى مجتمعها.1 وبمعنى هناك صفة هامة للغاية من صفات اللغة، وهى قدرة المتكلم والمتحدث بلغة معينة فى المجتمع على تأليف وابتكار الجمل تعابير جديدة لم يستخدمها من قبله، أو على أقل لم يسمعها هو نفسه من قبل.
ورأى جان بياجيهJean Piaget أن النظريات على أهمية الدور الإجابى الذى يُسْهَمُ به المتعلم، الذي يسيطر على عملية التعلم ويتحكم فيها بعقله، أي أن البيئة ليست هي المرجع فى التأثير أو التحكم فى نتيجة التعلم. فالعقل هو الذي يختار من بين المدركات الحسية والميثيرات ما يناسب حاجات المتعلم. 2 ومن المعرفيين أن العقل والتفكير دور مهم فى اكتساب اللغة أي اللغة لا تكتسب من ناحية الخارجية فحسب، بل من ناحية الداخلية أيضا.
ظهر إختلاف العلماء اللغويون فى اكتساب اللغة يجتهدون عن النظريات كالنظرية السلوكية، والنظرية البنيوية، والنظرية المعرفية العقلانية والنظرية التوليدية. ولكل نظريات إتجاها يتعلق بها.
إعتمادا على ذلك، يريد الدارسان أن يدرسا عن إتجاه المعرفي والفرضية العامة فى اكتساب اللغة.
  1. أسئلة البحث
وفقا مما عرضوا الباحثون فأسئلة البحث التي حددوها الباحثون هي كما يلي:
  1. كيف نشوء المدرسة المعرفية ؟
  2. ما الفروق بين اكتساب اللغة وتعلمها ؟
  3. ما صعوبة التعلم الناشئة عن تأثير اللغة الأم ؟
ج. أهداف البحث
الأهداف الذي يريدون الباحثون في تحصيله هي:
  1. لمعرفة نشوء المدرسة المعرفية
  2. لمعرفة الفروق بين اكتساب اللغة وتعلمها
  3. لمعرفة صعوبة التعلم الناشئة عن تأثير اللغة الأم

الاقتباس والتوثيق

جمهورية جمهورية إندونيسيا
وزارة الشؤون الدينية
جامعة مولانا مالك إبراهيم الإسلامية الحكومية بمالانج
كلية الدراسات العليا قسم تعليم اللغة العربية (الماجستير)



الاقتباس والتوثيق
 

مقدم استيفاء للواجب في الدراسة العليا في مادة منهج البحث العلمي
المشرف: الأستاذ الدكتورمحمد شيخون


قدمته:
أيفي مزيدة بخاري 13720040


العام الجامعي
2013/2014 مـــ

Rabu, 23 April 2014

Neo-Modernisme Islam di Indonesia (Tela’ah pemikiran Abdurrahman Wahid)





Neo-Modernisme Islam di Indonesia (Tela’ah pemikiran Abdurrahman Wahid)

By: Evi Muzaiyidah Bukhori (Mahasiswi Pascasarjana PBA UIN Maliki Malang)
 
BAB I
PENDAHULUAN
Pada umumnya kaum muslim dimanapun mengakui bahwa ajaran agama Islam bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist. Tetapi untuk memahami agama tidak  cukup hanya memahami sumber – sumber ajaranya saja, karena ajaran itu akan senantiasa mengalami proses aktualisasi ke dalam realitas social penganutnya. Aktualisasi ini setidaknya akan dipengaruhi oleh kecenderungan corak pemahaman dan penafsiran terhadap doktrin tertentu.
 Dinamika pemikiran dan adu kekuatan antara konservatisme (paham yang selalu menengok Islam ke masa lalu) dan progresivisme (paham yang ingin merekonstruksi Islam untuk masa depan) merupakan agenda laten umat Islam sepanjang sejarah. Oleh karena itu, ketika istilah ‘pembaharuan’ Islam dikemukakan, sikap umat Islam sering ragu-ragu dan ambivalen; antara setuju karena hal itu merupakan kebutuhan dan ragu-ragu karena takut akan menggerogoti doktrin agama. Dalam konteks tersebut, menarik untuk diamati gagasan pembaharuan Abdurrahman Wahid, atau yang terkenal dengan Gus Dur, di Indonesia.
Konservatisme dan progresivisme di Indonesia mengakibatkan munculnya pola pikir tradisionalisme dan modernisme yang masing-masing pola pikir tersebut bersikukuh mempertahankannya. Dua pola pikir tersebut itulah yang mendominasi pemikiran dan pemahaman terhadap Islam di Indonesia yang kemudian disusul pola pikir yang berusaha menggabungkan dua pola pemikiran tersebut yang tampaknya ditransfer dari pemikiran Fazlurahman. Pola pemikiran tersebut dikenal sebagai pola pemikiran ‘neomodernisme’. Pada pola pemikiran Islam yang terakhir inilah tampaknya gagasan-gagasan Gus Dur dapat diletakkan.
Neomodernisme sebagai pola pemikiran Islam yang dibangun oleh Fazlurrahman itu mendapatkan sambutan di kalangan intelektual yang tumbuh dari kalangan modernis karena ia mengandung agenda-agenda pemikiran yang progresif yang merupakan tuntutan masyarakat modern. Akan tetapi, agenda-agenda ini dibangun di atas tradisi keislaman sehingga pemikiran yang dikembangkan harus mengapresiasi tradisi. Ini membuat gerakan pemikiran neomodernime tersebut bersentuhan dengan kalangan intelektual yang hidup dan dibesarkan di dalam lingkungan tradisionlis. Oleh karena itu, meski Gus Dur berasal dari lingkungan tradisionalis, namun dapat mengakomodir pola pemikiran Islam neomodernisme ini.
Dengan pola pemikiran neomodernisme sebagaimana telah diuraikan di atas, maka gagasan-gagasan Gus Dur dalam masalah masalah keagamaan, kemasyarakatan, kebudayaan, kebangsaan dan lain-lain terasa terlalu kritis, bahkan oleh sebagian orang dianggap nyleneh. Oleh karena, itu gagasan-gagasannya menjadi kontroversial, tetapi meski demikian gagasan-gagasannya itu dianggap discourse atau wacana oleh pemerhati intelektualitas atau kecendikiaan di Indonesia sendiri maupun di luar negeri sehingga gagasan-gagasannya selalu dibicarakan dan pribadinya yang public figur selalu menjadi sumber berita bagi pers.
Bagi orang-orang awam dan pengikut-pengikutnya bahkan ilmuwan intelek sekalipun, Gus Dur sering kali dilihat sebagai pribadi yang misterius, tak terduga, dan weruh sadurunge winarah (bisa mengetahui sesuatu sebelum sesuatu itu terjadi). Sebuah kata – kata jawa yang memiliki makna sangat dalam, sarat dengan hikmah dan misteri.
 Akan tetapi bagi orang yang sinis, Gus Dur barangkali akan dipahami sebagai orang yang memotong jalan orang lain, mengobrak-abrik barisan yang mapan, dan tidak jarang ngawur dan oportunis. Bagi seorang politikus, sikap nyeleneh Gus Dur barang kali akan selalu dikaitkan dengan kepentingan poliitik diri dan kelompoknya, ataupun caper (cari perhatian) dan bagi intelektual yang berjarak, dia mungkin akan menilai Gus Dur  sebagai pribadi yang terkadang baik bahkan sangat baik, dan terkadang ngawur dan bahkan sangat ngawur, tetapi memang punya kenekatan yang luar biasa dalam hal – hal tertentu, terutama dalam situasi yang genting atau menyangkut sesuatu yang prinsip, seperti hak bicara dan berekspresi, hubungan antar agama dan misi perdamaian.
Tulisan ini dimaksudkan untuk melihat dan mengkaji pemikiran Gus Dur sebagai seorang pembaru yang banyak melontarkan ide-ide atau gagasan-gagasan terutama yang menyangkut masalah-masalah keagamaan. Dengan demikian, yang menjadi masalah dalam tulisan ini adalah bagaimana ide-ide pembaruan Gus Dur. Selain ide-idenya, biografi singkat perlu juga ditulis sehingga tokoh yang sedang dibicarakan lebih bisa dikenal dengan sebaik-baiknya dan ide-ide yang dicetuskannya bisa lebih mudah dipahami.

فعالية استخدام الألعاب اللغوية لتنمية مهارة القراءة ( بالتطبيق على مدرسة دار السلام المتوسطة الإسلامية سومبيرجا بوجونغارا)



خطة البحث
فعالية استخدام الألعاب اللغوية لتنمية مهارة القراءة
 ( بالتطبيق على مدرسة دار السلام المتوسطة الإسلامية سومبيرجا بوجونغارا)

أيفي مزيدة بخاري (الطالبة من قسم تعليم اللغة العربية في الجامعة مولانا مالك إبراهيم الحكومية الإسلامية مالانج)
 

Perangkat Pembelajaran Maharah Istima'



PERANGKAT PEMBELAJARAN
BIDANG STUDI BAHASA ARAB
KELAS IV
SEMESTER GANJIL

Oleh : Evi Muzaiyidah Bukhori
(09330090)

DEPARTEMEN AGAMA RI
MADRASAH IBTIDAIYAH BAITUL MUTTAQIN
KEDUNGADEM – BOJONEGORO
TAHUN 2012/2013


Perangkat Pembelajaran Maharah Kalam



PERANGKAT PEMBELAJARAN
BIDANG STUDI BAHASA ARAB
KELAS V
SEMESTER GANJIL

Oleh : Evi Muzaiyidah Bukhori
(09330090)

DEPARTEMEN AGAMA RI
MADRASAH IBTIDAIYAH BAITUL MUTTAQIN
KEDUNGADEM – BOJONEGORO
TAHUN 2012/2013


Perangkat Pembelajaran Maharah Kitabah

PERANGKAT PEMBELAJARAN
BIDANG STUDI BAHASA ARAB
KELAS IV
SEMESTER GANJIL

Oleh : Evi Muzaiyidah Bukhori
(09330090)

DEPARTEMEN AGAMA RI
MADRASAH IBTIDAIYAH BAITUL MUTTAQIN
KEDUNGADEM – BOJONEGORO
TAHUN 2012/2013


Perangkat Pembelajaran Maharah Qira'ah


PERANGKAT PEMBELAJARAN
BIDANG STUDI BAHASA ARAB
KELAS IV
SEMESTER GANJIL
Oleh : Evi Muzaiyidah Bukhori
(09330090)

DEPARTEMEN AGAMA RI
MADRASAH IBTIDAIYAH BAITUL MUTTAQIN
KEDUNGADEM – BOJONEGORO
TAHUN 2012/2013


Selasa, 22 April 2014

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN (FAHMUL MAQRU’) MELALUI METODE PQ4R



PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN (FAHMUL MAQRU’) MELALUI METODE PQ4R
(Aplikasi Cooperatif Learning terhadap  Siswa Kelas VIII A MTs Surya Buana Malang)
By: Evi Muzaiyidah Bukhori (Mahasiswi PBA UIN Maliki Malang)

A.    Latar Balakang
Berbahasa pada dasarnya adalah proses interaktif komunikatif yang menekankan pada aspek-aspek bahasa. Kemampuan memahami aspek-aspek tersebut sangat menentukan keberhasilan dalam proses komunikasi. Aspek-aspek bahasa tersebut antara lain keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Secara karakteristik, keempat keterampilan itu berdiri sendiri, namun dalam penggunaan bahasa sebgai proses komunikasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Hal ini menunjukkkan  bahwa bahasa merupakan keterpaduan dari beberapa aspek.[1]
Pengajaran membaca perlu memperoleh perhatian serius, dan wacana membaca tidak boleh hanya dipandang sebagai batu loncatan bagi aktifitas berbicara dan menulis semata. Tujuan pengjaran membaca, sebagaimana kita ketahui, adalah mengembangkan kemampuan membaca siswa. Dengan demikian adalah tugas guru untuk meyakinkan bahwa proses pembelajaran membaca menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi siswa.
Keterampilan membaca selalu ada dalam setiap tema pembelajaran. Hal tersebut membuktikan pentingnya penguasaan terhadap kererampilan membaca. Membaca, terutama membaca pemahaman bukanlah suatu kegiatan yang pasif. Sebenarnya, pada peringkat yang yang lebih tinggi, membaca bukan sekedar memahami lambing-lambang tertulis, melainkan pula memahami, menerima, menolak, membandingkan dan meyakini pendapat-pendapat yang ada dalam bacaan. Membaca pemahaman inilah yang dibina dan dikembangkan secara bertahap pada sekolah (Tompubolon: 1987)
Lebih dari itu, Tulalessy (1995) berpendapat bahwa membaca mahir (avented reading) harus mulai diajarkan pada kelas 1 SLTP sehingga siswa bisa menuju pada membaca di seberang garis (reading Beyond the lines). Hal ini perlu diterapkan sejak awal karena akan mempengaruhi keberhasilan keterampilan membaca selanjutnya. Dan sangat memberikan kontribusi bertambahnya informasi.
MTs Surya Buana merupakan sekolah yang berbasis pesantren, karena sebagian besar peserta didik sambil nyantri disana. Untuk lingkungan berbahasa sangat mendukung karena banyaknya mufrodat yang diberikan setiap harinya. Namun, hal ini belum menjamin akan keberhasilan dalam keterampilan membaca, terutama membaca pemahaman. Banyak dari mereka yang masih lemah akan membaca pemahaman (fahmul maqru’).
Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan tersebut, peneliti akan menggunakan metode PQ4R dalam pembelajaran keterampilan membaca (maharoh qiro’ah). Yang mana metode ini cocok untuk keterampilan membaca dalam hati untuk memahami teks bacaan. Dengan demikian peneliti akan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas di MTs Surya Buana dengan judul UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN (FAHMUL MAQRU’) MELALUI METODE PQ4R (Aplikasi Cooperatif Learning terhadap  Siswa Kelas VIII A MTs Surya Buana  Malang)

PENINGKATKAN MAHAROH KALAM MELALUI MODEL CONTEXTUAL THEACHING LEARNING DENGAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING



PENINGKATKAN MAHAROH KALAM MELALUI MODEL CONTEXTUAL THEACHING LEARNING DENGAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING
(Studi Kasus Terhadap Siswa Kelas VII A MTs Surya Buana Malang)
By: Evi Muzaiyidah Bukhori (Mahasiswi PBA UIN Maliki Malang)

A.       LATAR BELAKANG
Pembelajaran yang dikatakan sukses apabila ada perubahan tehadap peserta didik. Baik dalam peningkatan prestasi belajar, maupun sikap dalam perilaku peserta didik di lingkungannya. Sukses tidaknya pembelajaran tidak lepas dari peran serta guru sebagai pendidik, siswa serta semua komponen sekolah yang mendukung proses pembelajaran. Maksimalitas guru dalam proses pembelajaran memberikan kontribusi dalam meningkatkan hasil belajar yang kan dicapai. Begitu juga dengan partisipasi siswa dalam pembelajaran juga turut ikut andil. Apabila hal ini hanya sejalan sepihak, maka pembelajaran tidak akan menghasilkan peningkatan yang maksimal.
Siswa akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajari bukan hanya mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penugasan materi terbukti hanya berhasil dalam kompetensi “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Faktanya, banyak peserta didik mampu menyajikan mengingat hafalan yang baik terhadap materi pelajaran yang diterimanya, namun pada kenyataannya mereka tidak memahaminya. Sebagian besar dari peserta didik tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan diperguunakan atau dimanfaatkan.
Dengan pendekatan kontekstual (CTL) proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih penting dari pada hasil. Dalam konteks itu sisswa perlu mengerti apa makna belajar, pa manfaatnya, mereka dalam status apa dan bagaimana mencapainya. Mereka akan menyadari bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya.
Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing. Untuk menciptakan tersebut diperlukan sebuah strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkontruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Melalui strategi CTL, siswa diharapkan belajar mengalami bukan menghafal. Dalam CTL ini, pedekatan yang akan dipakai adalah Cooperatif Learning yang mana siswa akan lebih aktif melalui kelompok-kelompok kecil.
Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa Surya Buana adalah siswa masih kurang aktif dalam mengemukakan pendapat. Namun, mereka sebenarnya mempunyai potensi untuk bersaing dengan teman-temannya. Hal ini karena guru yang sangat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu perlu adanya perubahan dalam penyampaian materi agar siswa dapat mengekpresikan potensi yang dimikinya. Terutama dalam kemampuan berbicara (maharoh kalam). Yang mana dalam berbicara, siswa tidak hanya terbatas apa yang ada dalam materi saja, namun pada kontekstual yang ada dan bersifat up to date.
MTs Surya Buana merupakan salah satu sekolah alam yang ada di malang. Sekolah ini menintegrasikan agama dengan lingkungan. Pengelolaan kelas yang terorganisir dengan baik membuat siswa menjadi nyaman dalam belajar. Banyaknya mufodat yang tertempel di dalam kelas mendukung lingkungan berbahasa, namun pada hakikatnya hal ini kurang maksimal karena tidak teraplikasikan dalam kemampuan berbicara mereka.
Oleh karena itu, untuk mengatasi kesulitan tersebut, peneliti akan menggunakan strategi dengan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan berbicara dengan mengintegrasikan materi dengan konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan lingungan pribadi, agama, sosial, ekonomi, maupun budaya. Dengan demikian peneliti akan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas di MTs Surya Buana dengan judul PENINGKATKAN MAHAROH KALAM MELALUI MODEL CONTEXTUAL THEACHING LEARNING DENGAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING.

OBJEK PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)





OBJEK PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

By: Evi Muzaiyidah Bukhori (Mahasiswi PBA UIN Maliki Malang)

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bukanlah sesuatu yang tabu untuk diperbincangkan. Bahkan saat ini untuk kenaikan pangkat guru PNS harus melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terlebih dahulu. Penelitian yang seharusnya menjadi kewajiban seorang pengajar terkadang menjadi hal yang menakutkan. Banyak para pendidik yang menganggap Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang sangat rumit, yang harus dilakukan dengan beberapa siklus, begitu juga harus melakukan tindakan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi pada proses belajar mengajar.
Bahwasanya dengan adanya penelitian tindakan kelas dapat mengetahui semua masalah yang ada pada ruang belajar, dimana ruang belajar tersebut tidak harus berupa ruangan kelas akan tetapi adanya kegiatan proses belajar antara guru dan siswa, dengan adanya penelitian tindakan kelas diperlukan untuk kajian tentang objek penelitian tindakan kelas, yang mana merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktifitas, bukan objek yang sedang diam dan tanpa gerak.
Dengan demikian objek pengamatan dalam penelitian tindakan kelas tidak harus selalu ketika proses pembelajaran sedang berlangsung, akan tetapi bisa dilakukan ketika mereka sedang di luar kelas. Karena kelas bukan ruang melainkan sekelompok siswa, jadi bisa dilakukan penelitian tindakan kelas kapanpun.

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA ARAB SISWA DI MTs AL-MAARIF 02 SINGOSARI MALANG




Proposal Penelitian Tindakan Kelas
PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA ARAB SISWA DI MTs AL-MAARIF 02 SINGOSARI MALANG

BAB 1


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
            Masalah pendidikan dan pengajaran merupakan masalah yang perlu diperhatikan, dimana banyak faktor yang mempengaruhinya salah satu faktor yang sangat berpengaruh adalah guru. Guru merupakan komponen pengajaran yang memegang peranan penting dan utama karena keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh faktor guru.
            Dalam suatu proses belajar mengajar, ada dua unsur yang sangat penting adalah metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini saling  berkaitan  pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada beberapa aspek lai yang perlu diperhatikan dalam memilih media, antara lain: tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pengajarn  berlangsung. Dalam proses belajar mengajar ini ada salah satu fungsi media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengarui ,iklim, kondisi dan lingkungann belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
            Untuk mencapai tujuan pembelajaran, disaamping guru dituntut mampu mengunakan alat-alat yang digunakan, guru dituntut juga mampu mengembangkan media pembelajaran yang akan digunakan,  karena media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari prosese belajar mengajar, demi tercapainya tujuan pembelajaran.
            Penggunaan media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangankegiatan belajar. Penggunaan media pengajarn dala tahap orientasi pengajaran akan membantu keefektifan proses pembelajaran dab\n penyampaian pesan, isi pelajaran pasda saat itu.
            Media pembelajaran yang dapat digunakan dalam poroses belajar mengajar banyak sekali macamnya, salh satunya yaitu, media gambar, dimana media gambar representasi termasuk media visual yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber kepenerima pesan, dimana pesan dituangkan melalui lambang atau symbol komunikasi visual. Menurut Arief S Sadiman, (1986 ) simbol-simbol tersebut harus difahami benar agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien.

PENERAPAN METODE SHORT CARD DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MUFRODAT DI MI BAITUL MUTTAQIN KEDUNGADEM-BOJONEGORO



Proposal Penelitian Penelitian Tindakan Kelas



PENERAPAN METODE SHORT CARD DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MUFRODAT DI MI BAITUL MUTTAQIN KEDUNGADEM-BOJONEGORO

By: Evi Muzaiyidah Bukhori (Mahasiswi PBA UIN Maliki Malang) 




PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Belajar bahasa asing merupakan usaha yang berat dan menjenuhkan yang kadang kala membuat orang frustasi. Hal itu di sebabkan karena belajar bahasa asing merupakan upaya untuk membangun situasi dan kondisi baru dalam diri seseorang, untuk dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan pemilik bahasa asing tersebut. Kondisi baru tersebut adakalanya berbeda sama sekali dengan kondisi bahasa ibu baik dalam tataran system fonologi, marfolagi, maupun sintaksisnya, dan adakalanya memiliki kemiripan dengan kondisi bahasa ibunya. Oleh karena itu berbagai kiat perlu dilakukan terus-menerus di tengah-tengah upaya mempelajari bahasa asing. Salah satu kiat yang dapat dilakukan untuk  menghindari kejenuhan belajar pembelajaran baik itu visual, audio, dan audio visual.[1] Dalam sekolah ini masih terdapat beberapa guru yang melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode tradisional, yang mana guru mendominasi proses pembelajaran dan siswa hanya disuruh mencatat materi pelajaran yang sudah dicatatkan oleh guru di papan tulis (dekte). Siswa akan cenderung pasif,
Mata pelajaran bahasa arab dewasa ini mutunya masih sangat rendah karena belum mencapai target yang diinginkan secara memadai. Banyak metode yang ada dalam dunia pendidikan, salah satu alternative adalah Metode (Short card) yang mana suatu cara teknik mengajar yang diterapkan untuk kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik, klasifikasi, fakta tentang obyek atau interview informasi. Gerakan fisik yang dominan dalam metode ini dapat membantu mendinamisir kelas yang jenuh atau bosan. Metode ini juga sangat efektif untuk melatih keterampilan menulis dan berbicara sesuai dengan proses berbahasa yang diyakini merupakan proses rangsangan, tanggapan (stimulus respon). Adapun
efektifitas  penggunaan  dari  metode  ini  tergantung  pada  kreatifitas  guru
tersebut, dan kartu yang bervariasi ini hanya sebagai hiasan dinding belaka.
Dengan  pendekatan  disiplin  belajar  “Learning  Vocabs  by  cards        Everyday”    yaitu mempelajari  kosakata melalui  kartu-kartu  yang  dilakukan setiap hari akan meningkatkan proses pemahaman siswa. Proses ini akan lebih berhasil  apabila ditunjang  dengan  sistem yang  rekreatif. Tujuan  dari metode ini  merupakan  sebuah  pemenuhan  dari  penggunaan  target  bahasa  secara komunikatif. Dengan menggunakan metode  ini, para murid dibiasakan untuk membentuk  kebiasaan  baru  dalam  penggunaan  bahasa  arab  tanpa  adanya pengaruh-pengaruh dari bahasa asli mereka.
Berdasarkan pemikiran  di  atas, maka  pengembangan metode  (Short card) ini berfungsi untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap mufrodat bahasa arab  untuk  mengetahui  tingkat  keberhasilan  pembelajaran.  Hasil pengembangan  ini  diharapkan  bisa  bermanfaat  untuk  menguji  efektifitas penerapan metode (Short card) terhadap peningkatan kemampuan berbahasa arab serta  mengetahui  motivasi  siswa  melalui  metode  alternatif  dan  variatif  ini. Maka penulis mencoba untuk mengkaji dan meneliti pendidikan Bahasa Arab khususnya  berkenaan  dengan  motivasi  belajar  siswa,  untuk  itu  penulis mengangkat judul: "Penerapan metode (Short card) dalam meningkatan motivasi  belajar siswa pada pembelajaran mufrodat di MI Baitul Muttaqin Kedungadem-Bojonegoro".

Senin, 21 April 2014

المشكلات الدلالة في الترجمة



المشكلات الدلالة في الترجمة
أيفي مزيدة بخاري (الطالبة من قسم تعليم اللغة العربية في الجامعة مولانا مالك إبراهيم الحكومية الإسلامية مالانج)

المبحث الأول
مقدمة
أ‌-                 خلفية البحث
قبل أن نخوض في الموضوع ينبغي أن نتذكر أن مصطلح الترجمة يضم أنواعاً مختلفة من الترجمة أبرزُها الترجمة المعرفية التي ينصرف إليها الذهن عادة إذا لم تكن هناك صفة محددة مثل: الترجمة العلمية والترجمة التقنية والترجمة الرسمية والترجمة الوثائقية والترجمة الأدبية والترجمة الشعرية والترجمة الدينية.
وهناك أيضاً ترجمات محددة بالتخصص النوعي مثل الترجمة الفورية والترجمة الآلية والترجمة الرقمية digital، وكلها الآن موضع توّسع هائل([1])، وتنطلق منها تفرعات متوالدة يومياً حسب التطور الاجتماعي والحضاري.  ولكلٍ من هذه الترجمات مشكلاتها وضوابطها.
وإلى جانب ذلك علينا ألا ننسى أن الترجمة كانت مذ قديم الزمان وسيلة التواصل المعرفي والعملي والتجاري بين البشر، وأن أهميتها ظلت تتزايد نوعياً مع تقدم الحضارة الإنسانية وتسهيلات التواصل بين الأمم سواء كان هذا التواصل إيجابياً أو سلبياً كما هو شأن الحروب والغزوات التي تزيد يومياً من أهمية الترجمة لأجل إحراز النصر والغلَبة: "من تعلم لغة قوم أمن من مكرهم".
وهكذا لا نستطيع أن نتحدث عن الترجمة بوجه عام، إذ في كل مجال هناك تفرعات تزداد تخصصاً نوعياً مع تقدم الحضارة الإنسانية.  وفي المناسبة الحالية نفضل أن نحصر الحديث بالترجمة المعرفية (المكتوبة) التي تتناول الآداب والاجتماعيات والتربية والعلوم، أي المتداولة في الكتب والمؤلفات والمجلات التي ينشرها العاملون تحت عنوان الترجمة.
انطلقا إلى هذه المسئلة تريد الباحثة أن تبحث عن "المشكلات الدلالة في الترجمة" وما حول فيها لكي المترجمون مفهومون كاملا.