Neo-Modernisme Islam di Indonesia
(Tela’ah pemikiran Abdurrahman Wahid)
By: Evi Muzaiyidah Bukhori (Mahasiswi Pascasarjana PBA UIN Maliki Malang)
BAB I
PENDAHULUAN
Pada umumnya kaum muslim dimanapun mengakui bahwa ajaran agama Islam
bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist. Tetapi untuk memahami agama tidak cukup hanya memahami sumber – sumber ajaranya
saja, karena ajaran itu akan senantiasa mengalami proses aktualisasi ke dalam
realitas social penganutnya. Aktualisasi ini setidaknya akan dipengaruhi oleh
kecenderungan corak pemahaman dan penafsiran terhadap doktrin tertentu.
Dinamika pemikiran dan adu kekuatan
antara konservatisme (paham yang selalu menengok Islam ke masa lalu) dan
progresivisme (paham yang ingin merekonstruksi Islam untuk masa depan)
merupakan agenda laten umat Islam sepanjang sejarah. Oleh karena itu, ketika
istilah ‘pembaharuan’ Islam dikemukakan, sikap umat Islam sering ragu-ragu dan
ambivalen; antara setuju karena hal itu merupakan kebutuhan dan ragu-ragu
karena takut akan menggerogoti doktrin agama. Dalam konteks tersebut, menarik
untuk diamati gagasan pembaharuan Abdurrahman Wahid, atau yang terkenal dengan
Gus Dur, di Indonesia.
Konservatisme dan progresivisme di Indonesia mengakibatkan munculnya pola
pikir tradisionalisme dan modernisme yang masing-masing pola pikir tersebut
bersikukuh mempertahankannya. Dua pola pikir tersebut itulah yang mendominasi
pemikiran dan pemahaman terhadap Islam di Indonesia yang kemudian disusul pola
pikir yang berusaha menggabungkan dua pola pemikiran tersebut yang tampaknya
ditransfer dari pemikiran Fazlurahman. Pola pemikiran tersebut dikenal sebagai
pola pemikiran ‘neomodernisme’. Pada pola pemikiran Islam yang terakhir inilah
tampaknya gagasan-gagasan Gus Dur dapat diletakkan.
Neomodernisme sebagai pola pemikiran Islam yang dibangun oleh Fazlurrahman
itu mendapatkan sambutan di kalangan intelektual yang tumbuh dari kalangan
modernis karena ia mengandung agenda-agenda pemikiran yang progresif yang
merupakan tuntutan masyarakat modern. Akan tetapi, agenda-agenda ini dibangun
di atas tradisi keislaman sehingga pemikiran yang dikembangkan harus
mengapresiasi tradisi. Ini membuat gerakan pemikiran neomodernime tersebut
bersentuhan dengan kalangan intelektual yang hidup dan dibesarkan di dalam
lingkungan tradisionlis. Oleh karena itu, meski Gus Dur berasal dari lingkungan
tradisionalis, namun dapat mengakomodir pola pemikiran Islam neomodernisme ini.
Dengan pola pemikiran neomodernisme sebagaimana telah diuraikan di atas,
maka gagasan-gagasan Gus Dur dalam masalah masalah keagamaan, kemasyarakatan,
kebudayaan, kebangsaan dan lain-lain terasa terlalu kritis, bahkan oleh
sebagian orang dianggap nyleneh. Oleh karena, itu gagasan-gagasannya
menjadi kontroversial, tetapi meski demikian gagasan-gagasannya itu dianggap discourse
atau wacana oleh pemerhati intelektualitas atau kecendikiaan di Indonesia
sendiri maupun di luar negeri sehingga gagasan-gagasannya selalu dibicarakan
dan pribadinya yang public figur selalu menjadi sumber berita bagi pers.
Bagi orang-orang awam dan pengikut-pengikutnya bahkan
ilmuwan intelek sekalipun, Gus Dur sering kali dilihat sebagai pribadi yang
misterius, tak terduga, dan weruh sadurunge winarah (bisa
mengetahui sesuatu sebelum sesuatu itu terjadi). Sebuah kata – kata jawa
yang memiliki makna sangat dalam, sarat dengan hikmah dan misteri.
Akan tetapi bagi orang yang sinis, Gus Dur
barangkali akan dipahami sebagai orang yang memotong jalan orang lain,
mengobrak-abrik barisan yang mapan, dan tidak jarang ngawur dan oportunis. Bagi
seorang politikus, sikap nyeleneh Gus Dur barang kali akan selalu dikaitkan
dengan kepentingan poliitik diri dan kelompoknya, ataupun caper (cari perhatian)
dan bagi intelektual yang berjarak, dia mungkin akan menilai Gus
Dur sebagai pribadi yang terkadang baik bahkan sangat baik, dan
terkadang ngawur dan bahkan sangat ngawur, tetapi memang punya kenekatan yang
luar biasa dalam hal – hal tertentu, terutama dalam situasi yang genting atau
menyangkut sesuatu yang prinsip, seperti hak bicara dan berekspresi, hubungan
antar agama dan misi perdamaian.
Tulisan ini dimaksudkan untuk melihat dan mengkaji pemikiran Gus Dur
sebagai seorang pembaru yang banyak melontarkan ide-ide atau gagasan-gagasan
terutama yang menyangkut masalah-masalah keagamaan. Dengan demikian, yang
menjadi masalah dalam tulisan ini adalah bagaimana ide-ide pembaruan Gus Dur.
Selain ide-idenya, biografi singkat perlu juga ditulis sehingga tokoh yang
sedang dibicarakan lebih bisa dikenal dengan sebaik-baiknya dan ide-ide yang
dicetuskannya bisa lebih mudah dipahami.