MOTIVASI & ORGANISASI LINGKUNGAN
DALAM MANAJEMEN
By: Evi Muzaiyidah Bukhori (Mahasiswi
Pascasarjana Pendidikan Bahasa Arab UIN Malang)
Pendahuluan
Bahwasannya yang paling penting kewajiban manager adalah memberi
motivasi kepada bawahannya agar dapat mencapai tujuan tertinggi menejemennya.
Maka posisi menejemen disini adalah
mengatur bawahan dan pekerjaannya.
Bahwasannya kebutuhan individual dan organisasi tidaklah menjadi satu, maka
kerja administrator harus saling melengkapi secara teori pengetahuan tentang
kebutuhan individu yang diarahkan kepada kebutuhan organisasi.
Kebutuhan
Motivasi seseorang bergantung pada kebutuhannya, dan masing-masing
individu mempunyai kebutuhan yang berbeda setiap saat baik secara sadar atau
tidak sadar, dan kebutuhan ini berbeda antara yang satu dengan yang lainnya dan
dari waktu ke waktu. Dan klasifikasi kebutuhan tersebut terbagi menjadi 2 kelompok:
Pertama: Kebutuhan Primer
Kebutuhan ini cenderung pada kebiasaan psikologi seperti kebutuhan
udara, air, makanan, keamanan, dan perlindungan jenis kelamin, dsb. Dan
kebutuhan ini terbatas sesuai dengan tabiatnya yang dianggap manusia dapat
mengkonsumsi jumlah terbatas dari udara, makanan, dsb.
Kedua: Kebutuhan Sekunder
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan
sosial dan bersifat psikologis, dan
mencangkup
kerja sama antara yang satu dengan yang lainnya, perbedaan, penghargaan dan
penghormatan, membangun rasa percaya antara yang satu dengan yang lainnya,
prestasi, dsb. Dan kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang tidak terbatas yang
artinya tidak ada batas bagi siapa saja yang ingin mendapatkannya, seperti
kekuasaan, prestasi dan penghargaan, dsb.
Kebanyakan
individu berbeda dalam kebutuhan sekunder dari pada kebutuhan primer, karena
pada dasarnya manusia membutuhkan sejumlah dari udara, air entah lebih banyak
atau lebih sedikit di setiap waktunya dan ini tidak sama dengan kebutuhan
sekunder, hanya dari beberapa individu yang membutuhkan kebutuhan mendesak
untuk kekuasaan sehingga melanggar kebutuhan milik orang lain. Maka dengan ini
dibedakan kebutuhan sekunder dengan karekteristik berikut:
1.
Pentingnya
ketersediaan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh individu.
2.
Perubahan
dari waktu ke waktu untuk setiap individu
3.
Perbedaan
dari segi jenis dan bobot setiap individu
4.
Bekerja
secara kelompok bukan individual
5.
Menggunakan
moral dan kesadaran bukan materil
Proses Motivasi
Motivasi adalah suatu kekuatan
atau perasaan batin yang menggerakkan tingkah laku seseorang untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan-keinginan tertentunya. Dan ketika seseorang merasa
adanya kebutuhan tersebut maka dia akan segera memenuhinya. Dan kebutuhan
membutuhkan suatu usaha dari individu tersebut. Usaha ini dengan sendirinya
akan memenuhi kebutuhan tersebut sehingga dapat mencapai kepuasan dan mencari
kebutuhan yang baru seperti yang tampak pada gambar no. 1. Apabila tidak ada
usaha dalam memenuhi upaya ini maka akan datang kecemasan tiada henti. Maka
seseorang ketika itu harus mencoba suatu usaha lagi atau mengganti jalannya
suatu usaha atau kebutuhan yang lain. Contohnya: jika seseorang tidak dapat
memenuhi kebutuhannya dalam meningkatkan pekerjaannnya, setidaknya dia dapat
memenuhinya melalui usaha dalam ketekunan pekerjaannya, atau mengambil peluang
yang ada, atau mengubah perilaku seperti perilaku agresif untuk mencapai tujuan
dari suatu usaha dan ketekunan tersebut
atau mengubah tujuan itu sendiri.
Gambar no (1)
Proses motivasi individu
Dari segi menejemen, maka tujuan dasar untuk motivasi adalah
meningkatkan prestasi kepada seseorang, dan prestasi ini untuk mencapai suatu
interaksi antara motivasi dan kemampuan seseorang, mungkin dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Prestasi individu= motivasi x kemampuan individu
Dan dalam bidang ini, pentingnya hal-hal organisasi yang merupakan
syarat motivasi sebagai berikut:
1.
Keterkaitan
langsung dan jelas dengan kinerja.
2.
Keterkaitan
langsung dengan kebutuhan individu.
3.
Cepat
tercapainya setelah melakukan secara langsung.
4.
Jelasnya
dasar-dasar dan kaidah-kaidah untuk mencapai tujuan tersebut.
Teori-teori motivasi
1.
TEORI MASLOW
Pencetus teori
ini adalah Abraham Maslow, teori ini dianggap teori yang paling terkenal dari
teori-teori motivasi. Teori ini menunjukkan bahwa kebutuhan manusia yang rapi
hierarkis sesuai dengan hal-hal penting tersebut:
1)
Kebutuhan Psikologis
Kebutuhan ini merupakan dasar yang bersifat tetap dan yang
mencangkup kebutuhan ini seperti udara, air, makanan, dahaga, hunian, tidur, jenis kelamin.
2)
Kebutuhan Keamanan dan Perlindungan
Yang termasuk kebutuhan ini adalah kebutuhan keamanan fisik dan
keamanan psikologis serta perlindungan seseorang baik untuk dirinya dan segala
sesuatu miliknya. Dalam bidang organisasi, bahwasannya keamanan dan
perlindungan merupakan bentuk keamanan kerja dan mencangkup ruang lingkupnya,
serta terlepas saling ketergantungan antara organisasi dan pekerjanya untuk
mewujudkan masing-masing tujuannya, Namun, para pekerja lebih tergantung pada organisasi untuk memenuhi kebutuhan mereka
yang berbeda, dan ketergantungan ini membuat seseorang
mempunyai prediksi dalam ruang lingkup pengaturannya yang banyak tergantung
pada hal-hal seperti, keamanan kerja, peningkatan, keadilan, perlakuan yang sama, dsb.
3)
Kebutuhan Sosiologis
Kebutuhan menuju persatuan, persahabatan, kecintaan, kesayangan,
perasaan, bersosialisasi dengan yang lainnya.
4)
Kebutuhan Penghargaan dan Penghormatan
Kebutuhan penghargaan diri sendiri, penghormatan kepada orang lain,
percaya pada diri sendiri, pengetahuan, kebebasan, kompetensi, kekuatan,
perbedaan, posisi, dan pusat sosial, dsb.
5)
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Seperti kebutuhan yang menjadikan seseorang seperti apa yang dia
mampu, dan mencangkup kebutuhan pengembangan kemampuan dasar, pengetahuan, Keterampilan,
kreativitas, penciptaan dan inovasi, untuk mencapai ambisi maksimal. Dan dengan
teori ini, maka kebutuhan antara yang satu dengan yang lainnya saling
berhubungan dan tingkatannya sesuai dengan kepentingannya seperti yang tampak
pada gambar no.2
Gambar no (2)
Dilihat dari
pentingnya, kebutuhan psikologis merupakan kepentingan yang berada paling
bawah, dan ketika seseorang mendapat tingkat yang paling dinginkan maka
seseorang akan berpindah kepada kebutuhan selanjutnya kepada yang paling penting
yaitu keamanan dan perlindungan. Ketika kebutuhan itu telah terpenuh maka
motivasi yang ada pada dirinya tidak lagi mendorong sementara kebutuhan yang
belum terpenuhi membutuhkan dorongan tersebut. Maka ketika kebutuhan psikologis
telah terpenuhi maka kebutuhan keamanan dan perlindungan yang memotivasi.
Pada kebutuhan
sosiologis menjelaskan bahwasannya manusia diciptakan untuk hidup bersama,
apabila pekerjaan itu dikerjakan secara individual, maka hasrat atau keinginan
untuk menyelesaikan pekerjaan itu tidak ada. Pada studi yang lainnya mengatakan
bahwa jika suatu administrasi dikerjakan secara individual maka interaksi
sosialnya akan rendah akan tetapi apabila dikerjakan secara bersama maka
interaksi sosialnya akan meningkat. Bagaimanapun keadaannya kepuasan kebutuhan
sosial dalam pekerjaan berkaitan dengan teknologi yang digunakan dalam
pelaksanaan bidang materil untuk mendesain pekerjaan.
Kebutuhan penghargaan dan penghormatan memberikan menejemen bidang
yang luas untuk membentuk lingkungan organisasi dalam memenuhi kebutuhan ini.
Dan kebutuhan ini tidak terbatas kepuasannya. Dari segi menejemen, pada
dasarnya kepuasan bergantung pada politik menejemen dan tingkah laku
kepemimpinan, dalam kebutuhan ini memperlihatkan bahwasannya manager lebih kuat
dari pada bawahannya. Maka seorang manager memiliki posisi paling penting dalam
memotivasi kepemimpinannya.
Dan
terakhir, kebutuhan aktualisasi diri yaitu seperti kebutuhan kepada pemberian
penghargaan kapasitas yang telah berkembang dan majunya seseorang untuk
mencapai tingkat yang lebih tinggi, apabila kepuasan pada kebutuhan ini belum
sempurna, maka penting bagi mereka mendapat sisa kepuasan kebutuhan pada
tingkat cukup di tingkat Maslow.
Terdapat perbedaan dari segi teori tentang teori Maslow. Sebagian
studi menyatakan bahwasannya sistem piramid untuk kebutuhan merupakan sistem
buatan. Maka semua kebutuhan merupakan tumpang tindih dan interaksi antara yang
satu dengan yang lainnya yang dimiliki satu individual. Sedangkan studi yang
lain menyatakan bahwasannya penerapan teori Maslow dan perbedaan dalam sistem
kebutuhan tergantung dengan faktor-faktor yang jelas dan perbedaan-perbedaan
kebudayaan. Contohnya studi yang telah dilaksanakan dalam bidang perbandingan
hirarki kebutuhan bagi karyawan perserikatan Amerika dan Meksiko menjelaskan
bahwa kebutuhan aktualisasi diri menurut para menejer tidak memenuhi kepuasan
secara maksimal begitu juga bagi karyawan Meksiko. Studi lain menjelaskan bahwasannya
para menejer di Isbania dan Belgia lebih banyak mendapat kepuasan untuk
kebutuhan penghargaan dan penghormatan dari pada kebutuhan keamanan dan
perlindungan.
2.
TEORI 2 FAKTOR
Yang
mengembangkan teori ini adalah Fredrick Herzbeg dan kelompoknya dengan
menggunakan metode wawancara 100 orang insinyur, dan akuntan. Dalam teori ini
terdapat 2 faktor: internal dan eksternal
1.
Faktor Internal
Berhubungan langsung dengan pekerjaan, didalam terdapat faktor
pendorong atau motivasi yang sesuai dengan pyramid Maslow untuk kebutuhan
sosiologis, penghormatan, penghargaan, dan aktualisasi diri.
Yang mencangkup dari faktor internal sebagai berikut:
-kecakapan dalam pekerjaan.
-penghargaan dan penghormatan sebagai hasil dari kecakapannya.
-bertanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaan.
-kemampuan pengembangan dan kemajuan
-kebiasaan kerja, dan apa saja yang termasuk didalamnya.
Adanya
faktor internal ini dalam pekerjaan menyebabkan rasa kepuasan pada pegawai akan
tetapi apabila tidak ada faktor tersebut itu tidak menyebabkan apa-apa.
2.
Faktor Eksternal
Faktor ini tergantung pada ruang lingkup pekerjaan, dan termasuk di
dalamnya faktor kesehatan atau perlindungan sesuai dengan kebutuhan psikologis
dan keamanan dalam piramid Maslow. Dan yang termasuk faktor eksternal adalah
sebagai berikut:
-Politik organisasi dan metode menejemennya.
-Metode bimbingan.
-Hubungan antara puncak pyramid menejemen.
-Hubungan antara pembimbing dan bawahannya.
-Hubungan antar teman dalam
pekerjaan.
-Gaji.
-Keamanan fungsionil.
-Pusat Karyawan Birokrasi.
-Kondisi tempat kerja secara jasmani baik dari pencahayaan,
ventilasi, suhu, dsb.
Apabila tidak ada faktor-faktor tersebut dapat mengurangi rasa
kepuasan, akan tetapi adanya faktor tersebut tidak terlalu dianggap penting
akan tetapi mencegah rasa ketidakpuasan.
Maksudnya apabila faktor-faktor ini
tidak ada maka akan berdampak pada ketidakpuasan pegawai. Tetapi adanya faktor
tersebut ketika itu tidak menyebabkan motivasi seseorang dan bertambahnya produktivitas,
karena proses penerimaan dengan baik dan produktivitas yang tinggi berhubungan
dengan faktor internal, maka pengaruh faktor eksternal ini terbatas sebagai
pendorong pegawai untuk memperbaiki kerja kerasnya.
Teori ini mengalami kritikan yang dikosentrasikan kepada metode
penelitian. Herzberg berpegang teguh pada wawancara dengan sampelnya melalui
metode peringatan peristiwa-peristiwa penting positif dan negative, dengan
maksud meminta mereka untuk menyebutkan peristiwa-peristiwa tentang adanya
kepuasan dan sebaliknya, yang mana Herzberg memberikan pertanyaan untuk
menceritakan ketika keadaan mereka sedang senang atau benci dengan pekerjaan
mereka. Dan dewan pengkritik mengatakan bahwasannya manusia menyalahkan ruang
lingkup seperti menejemen pembimbing sebagai penyebab kemalasan mereka. Dengan
ini menjadi penyebab peneliti-peneliti lain mengikuti metode Herzberg dalam
studinya dan mereka menemukan faktor-faktor
benar, kuat, serta berpengaruh dalam bidang kepuasan dan tidak adanya kepuasan.
Teori ini juga menganggap adanya hubungan positif antara
produktivitas dan derajat kepuasan, tetapi penelitian lain menyatakan
bahwasannya hubungan ini belum tentu selalu ada, karena banyak individu yang
memiliki kepuasan fungsional yang tinggi tetapi produktivitasnya rendah, atau
sebaliknya.
Dari
segi lain, menemukan sebagian keadaan telah berhasil dengan teori Herzberg
dalam penerapan kerja. Contohnya kekaisaran industry kimia dengan standar
20.000 dolar per tahun melalui hasil yang menerapkan program kerja berdasarkan
teori ini. Begitu juga perserikatan Amerika melalui telephone dan telegraf yang
tumbuh dari acara memperkaya program kerja dan mencapai keberhasilan dan
meningkatkan jumlah produktivitas, meningkatkan kualitas serta memperbaiki
kualitas yang diberikan oleh pelanggan.
3.
TEORI KEBUTUHAN MCCLELLAND
Pencetus teori
ini adalah David McClelland, yang mempunyai rujukan dasar pengobatan psikologis
dan teori personal, dan telah dilaksanakan penerapannya dalam bidang
administrasi dan pembangunan ekonomi. McClelland’s dan kelompoknya melaksanakan
penelitian dalam kebudayaan yang bermacam-macam yang mencakup daerah
kesatuan Amerika Serikat, Italia, Belanda, India. Telah sempurna penggunaan
metode atau tekhnik untuk membatasi karakteristik setiap orang setiap orang
yang mempunyai kebutuhan yaitu: prestasi, kekuatan, dan persatuan.
1.
Kebutuhan untuk prestasi
Itu merupakan privasi untuk meningkatkan dan mewujudkan sebuah
prestasi diantara berbagai macam standar. Teori ini melihat bahwasannya
seseorang yang memiliki kebutuhan yang kuat untuk mendapatkan prestasi mereka mempunyai semangat yang tinggi dan
perjuangan untuk mendapatkan suatu keberhasilan dengan tidak berdasarkan
kebutuhan materil. Individual kategori ini memperhatikan psikologis untuk
menyempurnakan pekerjaannya dengan
sangat baik, pengembangan pekerjaannya, berkeinginan menghadapi tantangan, dan
kesulitan yang ada, mampu bertanggung jawab dirinya sendiri untuk mewujudkan
tujuan yang diinginkan, keinginan untuk mencapai pengetahuan dari hasil yang
telah dikerjakan. Dan mereka juga membuat tujuan dan dapat melewati
kesulitannya, mengerjakannya dengan usaha yang keras ketika mulai menemukan
keberhasilan di tengah perjalanannya, menginginkan waktu yang lama untuk
menyelesaikannya, dan berusaha mencari lingkungan ketika ada kesempatan baru
untuk mengerjakan pekerjaan dan sesuatu yang menantang.
Dan seseorang kategori ini
melihat bahwasannya kerja sama dalam berorganisasi merupakan kesempatan yang
baik untuk mencari solusi atas
masalah-masalah dan mengarahkan pekerjaan yang didalamnya terdapat tantangan
ketrampilan dan kemampuan mereka. McClelland’s menemukan bahwasannya individual
yang semacam ini dapat menjawab berbagai masalah dan suka dengan resiko ketika
mengambil keputusan.
Banyak individu ketika dalam kebutuhan mendesak untuk berprestasi maka
mereka membutuhkan pekerjaan bebas sebagai pengganti praktek profesi dan kerja
sama dengan pegawai negri. Ditemukan para pengusaha memiliki kekhususan kerja
untuk mencapai prestasinya dengan sangat
kuat, dan mereka membutuhkan kekuatan yang maksimal dan penurunan sesuai dengan
kebutuhan untuk persatuan.
2.
Kebutuhan untuk Kekuatan
Kekuatan, pengontrolan, dan bimbingan pada orang lain merupakan
kebutuhan sosiologis yang membuat seseorang berjalan pada jalannya serta
menyediakannya waktu untuk mencari kekuatan dan mempengaruhi perilaku orang
lain. Dan seseorang yang sangat membutuhkan kekuatan melihat bahwasannya
organisasi merupakan kesempatan untuk mencapai kekuasaan, berlatih bekerja keras, dan memberi pengaruh kepada yang
lainnya, dan sudah diakui bahwasannya para menejer memiliki kebutuhan kekuatan
dan kebutuhan prestasi karena mereka bertanggung jawab atas pekerjaan orang
lain.
French dan Raven menjelaskan adanya lima sumber atas kekuatan:
a.
Kekuatan
hadiah, ini merupakan kemampuan untuk menghargai orang lain.
b.
Kekuatan
paksaan, ini merupakan kemampuan untuk menghukum orang lain.
c.
Kekuatan pemerintahan, ini merupakan kewenangan
hukum dalam menentukan perilaku
yang harus diikuti oleh orang lain.
d.
Kekuatan kebanggaan, Ini berdasarkan pada karakter orang yang memiliki kekuasaan.
e.
Kekuatan keahlian, ini berdasarkan pada pengetahuan khusus dalam
bidang tertentu.
3.
Kebutuhan untuk Persatuan
Ini merupakan harapan untuk membangun suatu hubungan persahabatan
dan interaksi dengan yang lainnya. Seseorang memenuhi kebutuhan ini melalui
persahabatan, kecintaan, dan membangun hubungan social, serta berinteraksi
dengan yang lainnya. Mereka merasakan kebahagiaan ketika berinteraksi dengan
yang lainnya, dan mencari dukungan psikologis untuk menumbuhkan dan memperdalam
toleransi serta membangun persahabatan dengan yang lainnya.
Seseorang yang memiliki kebutuhan persatuan, melihat bahwasannya
dalam organisasi merupakan kesempatan untuk menjalin persahabatan baru.
Keempat:
Teori Harapan
Pencetus teori ini Victor Vroom pada tahun 1964. Melihat
bahwasannya pendorong seseorang untuk memiliki perilaku tertentu dikarenakan
percaya mempunyai kemampuan yang membuat perilaku tersebut. Karena apabila
telah berperilaku tersebut akan menentukan hasil tertentu. Dan hasilnya sangat penting
bagi seseorang. Motivasi seseorang tergantung pada harapannya, sebagai berikut:
Harapan pertama: bahwa usaha
mempengaruhi prestasi yang dicari. Harapan kedua: bahwa prestasi yang diminta
akan mewujudkan penghargaan yang
diinginkan dan selanjutnya akan mendatangkan kepuasan. Seperti yang tampak pada
bentuk gambar no 3.
Ini berarti jika seseorang tidak berprilaku maka hasilnya pun juga
rendah, dan tidak dapat meraih penghargaan karena tidak dapat memenuhi
kebutuhannya. Dengan ini motivasi seseorang untuk melaksanakan pekerjaan
bergantung pada kekuatan keinginan dan harapan seperti yang tampak pada
persamaan berikut:
Dorongan =
kekuatan keinginan seseorang X harapan
Gambar no (3)
Contoh harapan
توقع (1) توقع (2)
الجهد المقبول الانجاز المطلوب المكافأة المرغوبه الاشباع/الرضا
Dengan adanya teori ini maka seseorang mempelajari pengalamannya
melalui usaha-usahanya bahwasannya segala sesuatu yang ditentukan oleh prilaku
akan berpengaruh dalam menentukan hasilnya. Yang mana seseorang melakukan
perbandingan antara apa yang dinginkan dengan hasil, dan antara usaha-usaha
untuk mewujudkan.
Teori harapan ini dianggap pengantar untuk mewujudkan suatu akhir,
hanya ditemukan bahwasannya hasil yang telah ditempuh bukanlah suatu tujuan
tapi merupakan pengantar untuk mewujudkan hasil yang lain, contohnya seseorang
yang menginginkan peningkatan tugas, akan tetapi tujuannya bukan peningkatan
melainkan pengetahuannya dan keyakinannya bahwasannya peningkatan merupakan
jalan untuk mewujudkan kebutuhan penghargaan dan penghormatan, kejelasan, dan
ketercapaian atas penolakan materi dari upah, dan gaji.
4.
MODEL MOTIVASI PORTER &
LOWLER
Mengembangkan
teori Deskrit Porter & Lowler tahun 1968 bahwa kepuasan menghubungkan
antara hasil dan prestasi. Dan mereka membuat kesimpuln antara prestasi dan
kepuasan yaitu yang tampak pada gambar no.4
Menurut model
ini Kepuasan individu ini dibatasi dengan kedekatan hasil suatu pekerjaan
dengan hasil yang dianggap diyakini adil oleh seseorang, keselarasanya dengan
prestasi atau usaha yang diberikan. Maka jika hasil suatu pekerjaan bertemu
dengan kepuasan yang sesungguhnya akan terbayar
dengan usaha yang diulang kembali. Adapun jika kamu mengatakan bahwa ini adalah
hasil atas apa yang seseorang yakini bahwa itu
adalah haknya, maka akan terjadi ketidakpuasaan, motivasi untuk terus
berusaha akan berhenti. Oleh karena itu, yang ditekankan oleh Porter & Lowler
dari model teori Vroom adalah pemahaman yang mencakup model keduanya bahwa
kontinuitas pelaksanaan tergantung pada keridhoan dan kepuasan seseorang, dan
keduanya ditentukan oleh kedekatan antara hasil pekerjaan yang sempurna dan apa
yang diyakini oleh seseorang,
Porter & Lowler
telah menjelaskan disana terdapat 2 hasil:
1.
Intrinsic
rewards : yang dirasakan seseorang ketika memperoleh prestasi yang tinggi, dan
hal ini memenuhi kebutuhan seseorang.
2.
Hasil
Luar: yang dihasilkan seseorang dari system pemenuhan hajatnya didunia seperti
peningkatan, upah dan keamanan.
Teori motivasi Porter
& Lowler menjelaskan intervensi antara proses tindakan motivasi, prestasi
dan kepuasan. Dan ini bahwa semua itu ditentukan oleh administrasi yang tujuannya itu untuk mengetahui kesulitan
kemampuan dan keterampilan mereka. Konsep motivasi berkaitan dengan kebutuhan
pekerjaan bagi para pemimpin dan berkaitan dengan perbuatan atau pekerjaan
untuk pemenuhan kebutuhan.
1.
TEORI ALDELFER
Adelfer membagi penyusutan kebutuhan menjadi 3 kelompok. Yang
digambarkan pada hasil akhir sebagaimana yang dimunculkan dalam masllow
sebagaimana yang tampak pada gambar 5.
Dan kebutuhan ini yang pertama
1.
Eksistensi
Kebutuhan untuk
menyempurnakan kepuasan melalui air, makanan, upah dan pekerjaan. Begitupula
kebutuhan psikologi dan keamanan menurut masllow.
2.
Kebutuhan
berhubungan (bersosialisasi)
Menyempurnakan
kepuasan dengan melalui mhubungan social dengan orang lain. Sebagaimana
kebutuhan social menurut masllow.
3.
Kebutuhan
berkembang
Terpusat pada
pengembangan kemampuan dan skill seseorang dan keinginan seseorang untuk
berkembang. Menyempurnakan kepuasan dengan pekerjan yang produktif atau baru. Dan ini sebagaimana kebutuhan
memiliki, menghargai dan mengaktualisasi diri menurut masllow.
Aldelfer dan Masllow sepakat dengan adanya kebutuhan keselamatan
bahwa seseorang bergerak pada keselamatan ini berangsur – angsur dari posisi
rendah ke tinggi, sebagaimana keduanya sepakat bahwa kebutuhan yang tidak
memuaskan yaitu yang memotivasi orang lain akan kebutuhan kepuasan itu menjadi
sedikit penting tetapi pendapatnya aldelfer berbeda dengan masllow dalam hal
cara bagaimana menggerakkan seseorang dan memindahkannya dari satu kelompok ke
kelompok yang lain. Jika aldelfer memandang bahwa seseorang itu bergerak ke
atas dan kebawah pada kebutuhan keselamatan yaitu kegagalan seseorang dalam
berusaha memenuhi kebutuhan berkembang yang menekankan pada kebutuhan yang
terikat yang menjadikan seseorang itu kembali memperoleh usahanya untuk
memenuhi kebutuhan di dunia. Aldelfer
berniat bahwa terdapat perubahan yang banyak mempengaruhi pada kepentingan
yang berkaitan dengan kebutuhan ini. Dan
prioritas pemenuhan kebutuhan dari satu lingkungan ke lingkungan yang lain,
seperti seseorang yang gagal memperoleh pekerjaan yang unggul terkadang
berpegang pada hubungan / interaksi social pada orang lain, maka dari itu jika
system politik tidak berkehendak dengan pemenuhan kebutuhan berkembang maka terkadang seseorang itu melihat usahanya
seperti memenuhi kebutuhan eksistensi dan interaksi.
7. TEORI PENGUATAN
Orang
terpenting yang memiliki teori ini dalam hal respon organisasi adalah Skinner.
Pembicaraan teori ini adalah hubungan antara stimulan/pemacu dan respon/reaksi.
Dia berpendapat bahwa respon manusia pada hal tertentu merupakan responnya
terhadap stimulun dari luar. Individu merespon pada sebuah hasil. Respon yang
meningkatkan kemampuan akan diteruskan dan diulangi, sedang respon yang tidak
memperkuat akan berhenti dan tidak diulangi. Ketika tidak ada nilai respon yang
membawa pengalaman yang berkembang/bergerak serta membawa nilai positif bagi
individu maka kesalahan yang diulang pada respon bertambah di masa depan.
Sebaliknya, benar jika nilai dari respon jelek dan negative maka secara
prospektif respon akan…. Dan individu akan menghindarinya di masa depan.
Perbedaan pelaku stimulun dalam memberi respon yang diinginkan menurut para individu selama banyaknya
penguatan yang … pada respon itu, dan pada efek yang ditinggalkan serta pada
hubungan penguatan dengan respon.
Dari teori
Skinner bahwa penghargaan adalah penguatan yang bertujuan untuk kontinuisi efek
respon yang positif bagi individu. Tetapi apa yang dimaksud penguatan bagi
individu terkadang tidak seperti itu menurut individu lainnya.
Skinner
berpegang pada gaya/metode modifikasi respon organisasi dalam teori penguatan,
yang diringkas dalam dasar2 di bawah ini:
1.
Para
individu merespon dengan cara yang mereka anggap mampu merealisasikan maksud
seseorang
2.
Respon
manusia bisa … dari segi penguasaan/pengontrolan dengan hasil dan penghargaan
Kritik yang
terpenting pada teori ini adalah bahwa respon manusia terbatas sebelum stimulun
dari luar dan pengabaian posisi kebutuhan internal dan nilai2 individu dan
orientasinya pada fungsi motivasi.
8. TEORI KEADILAN
Teori ini membahas
seputar hunbungan antara kepuasan fungsional bagi individu dan keadilan. Teori
berasumsi bahwa tingkat perasaan pelaku terhadap keadilan yang dihasilkan dari
kemampuan dan hasil dari pekerjaannya menentukan besarnya tingkat perasaannya
terhadap kepuasan atas stimulun saat pelaksaan dan pencapaiannya.
Teori yang
dikembangkan oleh Stacey Adams ini di… pada tahun 1963 bahwa individu mengukur
tingkat keadilan berdasarkan kerelatifannya pada usaha yang telah dikorbankan
untuk pekerjaannya kepada hasil yang diperoleh dengan hal itu untuk …. Maka
jika nilai perbandingan adil dan seimbang yang saling berkaitan, menjadi se
menjadi sebuah nilai yaitu perasaan individu dengan kepuasan, adapun jika
sebaliknya maka nilainya adalah perasaan seseorang tanpa kepuasaan dari
tindakannya.
Teori keadilan
mencakup tiga langkah dasar, yaitu : penilaian, perbandingan, dan respon.
Penilaian mencakup perbandingan dari dalam (keahlian seseorang, pendidikan,
skill, ukuran usaha yang diberikan pada tindakan..) dan dari luar (hasil materi,
perkembangan, …, kelebihan, kemampuan, dan penghargaan dll)
Adapun respon
adalah suatu usaha mengetahui hubungan antara penilaian dan perbandingan, maka
ketika seseorang mengetahui bahwa suatu keadaan/posisi … dengan keadilan maka
akan merespon dengan positif. Kebalikan dari itu, jika merasakan posisi yang
tidak adil maka dia akan melakukan keseimbangan antara 2 hubungan. Usaha ini
untuk mengembalikan keadilan yang digunakan untuk menjelaskan stimulun
tindakan, efek stimulun maju mundur dengan kadar keadilan yang diketahui. Teori
ini menyarankan cara untuk mengembalikan keadilan sebagaimana di bawah ini:
1.
Meminimalisir/mengurangi
usaha yang diberikan untuk suatu tindakan
2.
Menuntut
kenaikan gaji
3.
Perubahan
pendapatan orang lain yag telah melakukan perbandingan
4.
Berpindah
dari pekerjaan lain dalam organisasi
5.
Meninggalkan
pekerjaan
Dan reservasi
teori ini , manusia cenderung untuk melebih-lebihkan usaha yang mereka
korbankan, dan melebih-lebihkan hasil yang diperoleh oleh orang lain. Hal itu
berasal dari kecenderungan individu untuk merasakan ketidakadilan. Sebaliknya,
keunggulan teori ini karena berkaitan dengan kelompok dan dampaknya, serta
pemahaman individu dan persepsi orang lain, serta mengajak untuk menemukan cara
dan sarana yang berbeda yang membuat individu
merasakan keadilan. Hal ini juga khusus pada stimulus keuangan yang dianggap
member kemudahan pengukurannya dan merasakannya, memahami pentingnya dan
kaitannya dengan keadilan.
MOTIVASI PARA PENGELOLA
Dikhususkan
dalam memotivasi/stimulasi para bawahan dan mengabaikan stimulasi para
pengelola, Arch Pulton menspesifikasikan beberapa metode untuk memotivasi para
pengelola sebaagaimana yang tercakup di bawah ini:
1.
Tantangan
kerja
Para pengelola memiliki keinginan
yang kuat untuk menggunakan dan mengembangkan kemampuan mereka serta merangkap
tugas, tanggung jawab dan wewenang mereka dengan kemampuan tersebut, dan
juga/sbg tmbhn kebutuhan pengembangan pekerjaan dan tugas mereka. Sebagaimana
para pengelola ingin memperoleh informasi tentang saluran gizi/nutrisi yang
gunakan untk mengetahui hasil dari tugas yang mereka kerjakan.
2.
Status
Dengan pemberian status, tempat
kerja yang mewah dan hal-hal yang terkait dengan hak n keistimewaan pekerjaan
seperti jabatan, tmpt/ukuran kantor, posisi kantor, perlengkapan kantor seperti
alat2 n perkakas, sekertaris dll.
3.
Dorongan
untuk menjadi pemimpin
Kebutuhan individu untuk menjadi
pemimpin di antara rekan kerja.
4.
Kompetisi
Persaingan yang positif untuk
mendapatkan hasil dan penghargaan organisasi seperti peningkatan, apresiasi dan
penghargaan.
5.
Pemberian
intensif tunai
Stimulus tunai memberikan pengaruh
yang kuat, bukan karena kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan psikologi saja,
tetapi juga karena kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan tinggi seperti
kemasyhuran, kekuatan, penghargaan dan kehormatan. Hal itu berdasarkan pada
pemberian intensif uang yang merupakan indeks untuk kesuksesan dan kemajuan
para pemimpin dalam mencapai n melaksanakan tujuan.
Akhirnya, kajian tentang motivasu
dan stimulasi manusia dijelaskan sebagaimana di bawah ini:
1.
Tema
motivasi dan stimulasi manusia dipengaruhi oleh nilai-nilai, kondisi dan budaya
individu dan masyarakat. juga dipengaruhi oleh lingkungan internal dan
eksternal untuk bekerja, dan dengan peradaban masyarakat dan organisasinya. Hal
ini berbeda dari setiap individu dengan lainnya, begitu pula berdbeda dari
masyrakat satu dengan lainnya, dan berbeda dari lingkungan kerja dengan
lainnya, oleh karena itu teori yang sebelumnya yang diterapkan di suatu
masyarakat tidak bisa diterapkan di masyarakat lainnya, dan teori ini juga
tidak bisa dianggap lebih baik dari teori lainnya.
2.
Adanya
stimulasi untuk permasalahan organisasi disebabkan oleh berbagai kebutuhan
individu dan lainnya dari waktu ke waktu. Kemustahilan/ tidak mungkin sebuah
organisasi untuk memenuhi semua kebutuhan karyawannya. Dari sisi lain, kami
menemukan bahwa sebuah organisasi memiliki kebutuhan tertentu untuk mencapai
tujuannya bagi para pekerja, dan hal ini mencaakup kebutuhan para individu
serta organisasi.
ORGANISASI LINGKUNGAN
1. PENGERTIAN LINGKUNGAN
Lingkungan adalah “aspek yang mencakup
pengaruh dan hubungan interkasi antar suatu individu dengan lainnya, atau
segala sesuatu yang ada di sekeliling manusia (atau organisasi) dari kebiasaan,
dan sekumpulan manusia dan peraturan berorganisasi dan hubungan kemanusiaan. Bisa
juga didefinisikan bahwa lingkungan adalah segala sesuatu yang mempunyai sistem
peraturan, lingkungan juga diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan
peraturan-peraturan dan kebiasaan masyarakat, ekonomi, teknologi, politik, dan faktor-faktor
lain di luar organisasi. Selain hal-hal tersebut, lingkungan juga dapar
diartikan sebagai faktor-faktor yang ada dalam organisasi yang mempunyai
hubungan dengan kegiatan operasional dalam suatu organisasi. Faktor-faktor
tersebut meliputi aspek politik, ekonomi, teknologi, sosial dan budaya, serta
kemanusiaan yang mempengaruhi berjalannya suatu sistem.
Lingkungan organisasi secara umum
dapat diartikan sebagai sesuatu yang tidak berhingga (infinite) dan
mencakup seluruh elemen yang terdapat di luar suatu organisasi. Dalam
kenyataannya, tidak semua elemen lingkungan tersebut berpengaruh secara
langsung terhadap organisasi. Karena itu, definisi sebelumna bias dipersempit.
Untuk keperluan analisis, lingkngan bisa diartikan sebagai seluruh elemen yang
terdapat di luar batas-batas organisasi, yang mempunyai potensi untuk
mempengaruhi bagian ataupun organisasi secara keseluruhan.
Adapun arti lain dari lingkungan
organisasi adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi kelangsungan,
eksistensi, keberadaan, dll yang menyangkut organisasi baik dari dalam maupun
dari luar.
2. URGENSI MENGENALI LINGKUNGAN DALAM MANAJEMEN
Pentingnya lingkungan eksternal dapat
dilihat dari minimnya sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan
organisasi ke depan. Seorang manajer harus mengetahui pengaruh-pengaruh serta
unsur-unsur eksternal daru suatu organisasi, yaitu faktor lingkungan tertentu,
dimana lingkungan tersebut memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap berjalannya
manajerial suatu organisasi. Dan kita tidak mungkin bisa memahami perkembangan
suatu organisasi dengan baik, kecuali dengan mengenal lingkungan yang
mengelilinginya.
Sebagai suatu sistem, organisasi
akan berinteraksi dengan lingkungannya. Apabila ingin hidup dan bertahan, maka
organisasi tersebut harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Kegagalan menyesuaikan diri terhadap lingkungan akan berakibat fatal.
Organisasi tersebut akan mati.
3. JENIS-JENIS LINGKUNGAN
Ada banyak
cara atau metode untuk mengklasifikasi lingkungan yang berhubungan erat dengan
organisasi sebagai suatu sistem terbuka.
Metode-metode yang sering terpakai
diantaranya:
a. Lingkungan Umum dan Khusus (General and Specific Environment)
Lingkungan umum adalah suatu wilayah geografis yang merupakan tempat
dimana beroperasinya semua sistem, yang meliputi nilai-nilai budaya, sosial,
kondisi politik, undang-undang, sumber daya ekonomi dan kondisi pendidikan dan
teknologi, juga hal-hal yang berkaitan dengan cuaca, iklim, dan lain
sebagainya.
Adapun yang disebut dengan lingkungan
khusus adalah: segala sesuatu yang terdapat dalam suatu sistem yang tersusun
pada sebuah organisasi tertentu dan mempunyai hubungan yang jelas antar
peraturan dan aspek-aspek lain yang berpengaruh secara langsung terhadap suatu organisasi
tersebut. Dan yang termasuk dalam lingkup ini adalah sistem pengolahan,
distributor dan lembaga atau organisasi
pemerintahan terkait, juga para pesaing yang berinteraksi dengan organisasi
tersebut.
b. Lingkungan Eksternal dan Internal
(External and Internal Environment)
Lingkungan eksternal adalah segala aspek yang terletak di luar
organisasi dan mengelilinginya, serta mempengaruhi suatu organisasi tersebut,
seperti lingkungan ekonomi, sosial, politik, hukum dll.
Sedangkan lingkungan internal adalah sega sesuatu yang berada di dalam
organisasi dan mempunyai pengaruh secara langsung terhadap organisasi tersebut.
Misalnya hal-hal yang berhubungan dengan aspek teknis dan kinerja
bisnis prosedural dalam
organisasi, seperti metode penerapan kerja, teknik yang digunakan dalam sistem organisasi
formal dan informal, kelompok kerja formal maupun informal, pola komunikasi dan
gaya kepemimpinan, sistem upah dan keterampilan yang bermacam-macam, serta
filsafat manajerial.
c. Lingkungan Stabil dan Tidak Stabil
(Stable and Unstable Environment)
Yang menjadi dasar pengklasifikasian lingkungan ini adalah gerakan atau
tingkat stabilitas dan konsistensi suatu lingkungan tertentu. Lingkungan yang
stabil (tidak bergerak), cenderung relatif stabil dalam bidang perencanaan dan
pelaksanaan. Perubahan lingkungan dapat menyebabkan
lingkungan tidak stabil. Dimana perubahan ini terjadi sangat cepat seperti
halnya perubahan cuaca dan berkembangnya teknologi baru yang dengan cepat digunakan
dalam proses produksi, atau bisa juga perubahan cepat dalam strategi persaingan
suatu organisasi dan campur tangan dari pemerintah, terutama beberapa
intervensi (campur tangan) yang tidak terduga. Namun ada pula kategori ketiga
dalam pengklasidikasian ini, yaitu lingkungan normal, yang terletak pada
pertengan dua jenis lingkungan di atas.
d. (Actual and Perceived Environment)
e. (Total and Entermediate Environment)
f. (Placid-Randomized and Placid-Clustered Environment)
g. (Disturbed and Turbulent Environment)
4. KOMPONEN-KOMPONEN LINGKUNGAN
Terdapat sejumlah elemen yang mempengaruhi lingkungan
organisasi dalam upayanya selama berproses dan berusaha untuk mencapai tujuan
dari organisasi tersebut. Namun, untuk mencapai tujuan itu, pastilah terdapat
hambatan dan kendala yang dihadapi. Suatu organisasi yang baik pasti siap untuk
mengatasi serta menghadapi perubahan dari luar organisasi ini, karena
organisasi yang kuat justru bisa
memanfaatkan faktor perubahan dari luar itu untuk menjadikan organisasinya
lebih berkembang secara berkelanjutan, dibandingkan dengan organisasi lain yang
kurang mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Elemen-elemen
lingkungan ini memberikan pengaruh yang penting bagi pencapaian tujuan
organisasi. Masing-masing elemen tersebut saling berinteraksi satu sama lain:
a. Lingkungan Budaya
Lingkungan budaya disefinisikan sebagai kumpulan dari keyakinan, tradisi
dan adat istiadat yang tertanam dalam suatu masyarakat yang berhubungan dengan
pola perilaku yang berbeda-beda. Budaya masyarakat mempengaruhi pengambilan
keputusan tertentu dalam pemerintahan, begitu juga dalam berbagai kegiatan
organisasi.
Nilai-nilai kepribadian yang
diterapkan oleh seorang manajer dalam masyarakat mempengaruhi kepiawaiannya
dalam menghadapi pertentangan serta perbedaan pada metode pemecahan masalah (solving
problem) karena disebabkan oleh lingkungan budaya yang berbeda. Perbedaan
nilai-nilai tersebut yang pada akhirnya akan menjadikan seorang manajer mampu
untuk mencari solusi yang tepat untuk mengatasi setiap masalah yang
berbeda-beda.
Pengertian nilai budaya yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah segala
sesuatu yang diyakini oleh masyarakat tertentu yang mereka jadikan sebagai
patokan untuk mengatur dirinya sendiri. Bisa juga dikatakan bahwa nilai-nilai
budaya adalah sekumpulan hukum yang tertulis maupun tidak tertulis dalam suatu
masyarakat yang akan mempengaruhi tingkah laku masyarakat, mulai dari tatanan
terkecil, yaitu keluarga maupun lembaga social lainnya, dimana nilai-nilai
tersebut akan menentukan pola pikir dan perilaku dalam bermasyarakat. Misalnya
kebenaran, kejujuran, keberanian dan kesetaraan merupakan contoh nilai-nilai
budaya yang harus dikembangkan dalam bermasyarakat. Nilai-nilai tersebut
mungkin bernilai positif atau juga negatif .
Identifikasi nilai-nilai
yang berlaku dalam suatu masyarakat sangat penting untuk membantu dalam
memahami perilaku organisasi dan karyawan dalam satu organisasi.
Budaya itu dapat menentukan bagaimana cara
memperlakukan perorangan maupun organisasi. Yang terpenting dalam hal ini
adalah untuk mencari nilai-nilai dan kebiasaan yang mempengaruhi perilaku
seseorang dalam suatu komunitas tertentu, misalnya kinerja dan prestasi,
disiplin waktu, kemandirian, dan menyatakan diri, dan kecenderungan untuk
pembaruan terhadap kinerja dan prestasi, dll. Hal ini dapat menggambarkan
tingkat kemajuan suatu kebudayaan untuk menjadikannya unsur budaya utama di
dalam masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan hasil observasi pada tabel (1) di bawah ini.
شكل رقم (1)
استمرارية الثقاف
Kontinuitas budaya
عناصر اللغة
Unsur-unsur Bahasa
|
تقليدية متخلفة
Konvensional
|
متقدمة أو متطورة
Modern / Berkembang
|
كمية التعليم الرسمي
Pembelajaran Formal
|
قليلة
Sedikit
|
كثيرة
Banyak
|
عدد العاملين بالمصانع
Jumlah pekerja di pabrik
|
قليلة
Sedikit
|
كثيرة
Banyak
|
الإتجاه نحو اكتساب خبرات جديدة
Mengadopsi Budaya yang baik
|
سلبي (رفض)
Negatif
|
إيجابي (قبول)
Positif
|
الإعتقاد في العلم
Keyakinan dalam ilmu
|
سلبي
Negatif
|
حيوي ومتفائل
Penting & Optimis
|
مستوى الأهداف التي يرغب فيها الأفراد
Tujuan Individu
|
منخفضة وقليلة
Rendah & Sedikit
|
مرتفعة وكثيرة
Tinggi & Banyak
|
المعرفة في الوقت والتخطيط
Mengetahui waktu dan langkah-langkah
|
غير مهمة
Tidak penting
|
مهمة
Penting
|
أحداث وأخبار
Informasi & Berita
|
محدودة بالنطاق المحلي
Lingkup terbatas dari lokal
|
مهتم بالأخبار القومية والعاملية
Tertarik pada Berita Nasional & Internasional
|
جغرافية
Geografis
|
إتجاه نحو الريف
Di daerah pedesaan
|
اتجاه نحو الهدف
Berorientasikan tujuan
|
Perbedaan sosial dan
budaya antara perubahan konvensional dan modern bukan berarti memperbolehkan
manajer untuk menggunakan metode tradisional atau meninggalkan prinsip-prinsip
ilmiah yang juga tidak digunakan di negara-negara berkembang, karena hal
tersebut tidak memiliki alasan ilmiah dalam pengelolaan dan pemeliharaan tenaga
kerja. Namun harus disesuaikan dengan prinsip-prinsip dan budaya yang berlaku
dalam masyarakat.
b. Lingkungan Sosial
Struktur sosial
masyarakat mempengaruhi sistem hubungan sosial dalam organisasi. Pola interaksi
sosial ini berawal dari hubungan individu dalam keluarga, yang selanjutnya akan
mempengaruhinya dalam berinteraksi di masyarakat. Hubungan sosial ini diatur
oleh sistem keluarga, khususnya di bidang loyalitas, perilaku dan hubungan. Lingkungan sosial memiliki
pengaruh yang sangat besar dalam pembetukan kepribadian seseorang.
Lingkungan sosial adalah tempat
dimana berlangsungnya interaksi antara masyarakat dengan lingkungan. Sikap
masyarakat terhadap lingkungan sosial dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial yang
terkandung dalam masyarakat itu sendiri. Jika nilai sosial tentang lingkungan
berubah/terjadi pergeseran, maka sikap masyarakat terhadap lingkungan juga akan
berubah/bergeser. Itulah sebabnya masyarakat dan nilai sosial selalu terlihat
dinamis dan tidak bisa dipisahkan, terlepas dari baik dan buruknya lingkungan
sosial.
c. Lingkungan Ekonomi
Lingkungan ekonomi sangat mempengaruhi berbagai faktor dalam perubahan
kinerja suatu organisasi. Misalnya kelangkaan bahan baku, tidak maksimalnya distribusi karena faktor ekonomi pastia akan memberikan pengaruh
positif maupun negatif dalam suatu organisasi.
Kontribusi sumber daya alam, sebagai bahan baku produksi dipengaruhi
oleh faktor geografis. Seorang manajer selalu berusaha untuk mengikuti permintaan pasar yang disesuaikan dengan
tingkat daya beli konsumen, sejauh mana harga produk atau jasa bisa dipasarkan,
tentunya hal ini berkaitan erat dengan kemampuan konsumen, sehingga masyarakat
bisa menjangkaunya. Semakin
banyak indikator positif yang dapat mendukung ditambahnya produksi, maka jumlah produktifitas
ditingkatkan, begitu pula sebaliknya. Di sisi lainhal ini juga dipengaruhi oleh
perubahan selera konsumen, inflasi dan faktor persaingan dalam pengelolaan
organisasi, serta
tingkat pertumbuhan dan ekspansi.
d. Lingkungan Politik dan Hukum
Aturan-aturan hukum dan filosofis yang berhubungan dengan kekuatan
politik dan ekonomi berdampak pada keputusan manajerial berbagai organisasi resmi di suatu negara. Hal ini menunjukkan
bahwa ada hubungan erat antara lingkungan politik, hukum, sosial dan budaya dalam suatu organisasi. Seperti Negara yang
memberikan pengaruh secara global dan menyeluruh terhadap setiap keputusan yang
akan diterapkan oleh suatu organisasi.
e. Lingkungan Teknologi
.Penerapan teknologi sangat penting untuk mengetahui
suatu sistem secara ilmiah. Teknologi
dalam hal ini merupakan fenomena sosial dalam suatu kelompok yang adaptif,
dimana masyarakat tersebut mampu menggunakan teknologi sebagai alat untuk
mengontrol variabel lingkungan mereka.
Hal ini dilakukan untuk mencapai kepuasan kebutuhan manusia dan juga
diwujudkan dalam bentuk penemuan-penemuan dan inovasi barang dan jasa, serta sarana
dan proses. Teknologi ini dipandang sebagai variabel structural yang berdampak
langsung terhadap hubungan yang terjalin antar individu dalam suatu organisasi,
baik berupa alat-alat sederhana atau
kompleks. Hal ini juga sangat mempengaruhi sistem komunikasi dan kapasitas
individu dan self-moral, serta dalam lingkup pengawasan. Perkembangan teknologi
juga berpengaruh pada keputusan manajerial dalam suatu organisasi, khususnya
yang berkaitan dengan perencanaan, organisasi dan tindak lanjut.
f. Lingkungan Etika/Moral
Lingkungan moral yang dimaksud dalam pembahasan ini difokuskan pada
tindakan kemanusiaan yang ditafsirkan sebagai tindaka benar atau salah, baik
atau buruk, diterima atau ditolak, dalam suatu tataran masyarakat. Hal ini
ditentukan oleh standar etika atau aturan dan norma-norma yang diterima dalam
masyarakat tertentu. Lingkungan etika ini juga sering digabungkan antara
standar etika dengan aspek legislatif atau hokum yang berlaku. Hal ini
tergantung pada legislator dalam komunitas tertentu yang terkandung dalam
undang-undang dan peraturan formal. Namun, karena kurangnya kejelasan standar
etika di daerah tertentu, maka menyebabkan kurangnya aspek-aspek ilmiah dalam
memandang suatu hukum.
5. KETERKAITAN ANTARA LINGKUNGAN DAN ORGANISASI
Keterkaitan
antara lingkungan dan lembaga merupakan sebuah keterkaitan dalam bentuk
hubungan timbal balik. Ketergantungan antara keduanya dapat digambarkan dengan
metode yang ditampakkan maupun yang diajukan pada waktu atau keadaan yang baik
ataupun buruk. Da apabila sebuah lembaga dapat beradaptasi dengan
lingkungannya, atau bekerja berdasarkan pada perubahan yang terjadi pada
beberapa individu yang pokok, maka ia akan dapat bertahan dan berkembang,
kemudian ia akan memiliki kemampuan yang mumpuni dalam lingkungan tersebut.
1.
Pengaruh
lingkungan terhadap sebuah lembaga
Dalam sebuah lembaga terdapat berbagai faktor atau keadaan yang
dapat dipengaruhi oleh keberadaan lingkungan, yaitu melalui dua metode berikut:
a.
Faktor-faktor
yang ada dalam sebuah lingkungan memaksa atau meletakkan batasan-batasan
tertentu pada sebuah lembaga.
b.
Keadaan
yang terjadi pada suatu lingkungan dapat memberikan waktu dan bidang-bidang
yang bermacam-macam kepada lembaga untuk menghadapi berbagai tantangan yang
ada, maka sebuah lingkungan terkadang membatasi perilaku sebuah lembaga.
Contohnya: Sebuah pabrik yang beroprasi biasanya memiliki suara mesin yang
gaduh dan menyebabkan ketidaknyamanan, sehingga jika ditanggapi dengan kritis
hendaknya pabrik tersebut memilih area yang sepi dan tenang sebagai tempat
bekerja. Maka, beberapa penduduk dapat mengajukan keluhannya kepada pihak yang
berwajib, guna mendapatkan ketetapan yang sesuai, yaitu memindahkan area kerja
ke area lain yang jauh dari pemukiman penduduk, atau memindahkan lokasi kerja
yang ada sekarang ke tempat yang lebih bising, sehingga tidak mengganggu lingkungan.
Dalam keadaan tertentu, lingkungan luar dapat memberikan paksaan
untuk memberikan batasan tertentu terhadap pekerjaan yang digeluti oleh suatu
lembaga, kemudian menunjukkan berbagai sumber pokok dan unsur-unsurnya guna
mengekang keadaan lembaga tersebut, sehingga akan terjadi ketidakpastian dan
permusuhan yang dapat memicu adanya konflik serta menyebabkan kerugian terhadap
lembaga tersebut.
Oleh sebab itu, dibutuhkan adanya seorang manajer yang dapat
mengukur standar tertentu dengan tujuan untuk mengontrol lingkungan ekonomi,
sosial dan budaya yang ada. Sehingga, demi mencapai tujuan tersebut dibutuhkan
adanya kecakapan administratif dalam bidang pengambilan keputusan, perencaan,
prediksi kedepan, kontinuitas pekerjaan, inovasi, kreativitas yang sesuai dengan
tujuan pengembangan kegiatan kelembagaan, sehingga dapat menempatkan posisi
lembaga di posisi yang paling strategis.
Disamping itu, lingkungan luar juga mempengaruhi berbagai
kondisi dan bidang-bidang tertentu
secara kontinu, sehingga keberadaan seorang manajer dapat menjadi pengontril,
penuntut fleksibilitas, penentu proses adaptasi, penuntut keberlangsungan suatu
lembaga pada lingkungan tertentu, dsb. Dengan begitu, akan tampak
batasan-batasan terendah demi tercapainya tujuan yang sesuai dengan karakteristik
adiminstratif yang benar.
Perlu diingat, bahwa keadaan yang terjadi serta berbagai faktor
luar yang tidak pasti dapat menimpa sebuah lembaga, sehingga diperlukan adanya
strategi dan suatu bentuk struktur lembaga yang sistematis. Sebab, berdasarkan
analisis yang dilakukan akan muncul berbagai konversi yang dapat memicu suatu
organisasi tingkat atas untuk melakukan pengambilan tindakan secara otomatis
pada keadaan dan lingkungan tertent, sebab pengambilan keputusan yang paling
tepat harus diutamakan pada kondisi yang tidak menentu. Dan hal-hal tersebut
terjadi karena tidka adanya validitas lembaga yang mumpuni, dan dapat
dipergunakan untuk menstabilkan keadaan manajemen lembaga guna mencapai puncak
manajemen dan memprediksi berbagai variabel pokok yang memiliki keterkaitan.
Dan
sebuah lembaga yang belum mumpuni tidak mampu untuk menghadapi berbagai
tuntutan lingkungan yang cepat berubah dan memiliki kekuragan kemampuan dalam
mengatur manajemen lembaga yang mampu memprediksi berbagai perubahan-perubahan
yang urgen dan berkaitan dengan urusan kelembagaan, serta membutuhkan respon
pada waktu yang sesuai. Dan seorang observer dapat mengetahui tinggkatan
deentralisasi dan otorisasi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan
dan memberikan konfirmasi terhadap pekerjaan, perecanaan dan menambahkan
berbagai sisi yang berkaitan dengan pekerjaan dan dapat mendukung kedudukan
lembaga tersebut.
2.
Pengaruh
lembaga terhadap lingkungannya
Pengaruh
suatu lembaga terhadap lingkungannya tidak kalah peting dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh
lingkungan terhadap suatu lembaga. Pengaruh yang terjadi antara kedua belah
pihak saling bergantian, dan memiliki pengaruh yang kontinu. Sebab, setiap
barang, layanan dan uang dapat menjadi pengaruh ekstrenal yang perlu
diperhatikan seorang manajer guna mempengaruhi lingkungan sekitar, sehingga
dapat menciptakan keadaan baru dan keseimbangan antara lembaga dengan
lingkungan. Akhir-akhir ini, terdapat perhatian khusus terhadap sebuah pendapat
yang menyatakan bahwa pengaruh dapat menempati tempat terdepan dalam
kantor-kantor manajemen, budaya modern serta terdapat ketertarikan terhadap
berbagai isu yang menyoroti perilaku sistematis serta isu tentang polusi yang
disebabkan terhadap lingkungan sekitar.
6.
STRATEGI-STRATEGI LEMBAGA DALAM BERINTERAKSI DENGAN LINGKUNGAN
Respon yang
diberikan oleh sebuah lembaga terhadap lingkungannya dapat melalui dua metode,
yaitu:
1.
Adaptasi
terhadap lingkungan, yaitu upaya lembaga untuk beradaptasi dengan menyesuaikan
diri dengan kebijakan manajemen sesuai dengan keadaan lingkungannya.
2.
Upaya
untuk merubah lingkungan, serta beradaptasi untuk menyesuaikan dengan
tujuan-tujuan pokok yang benar.
Sebuah lembaga
yang mengikuti metode lainnya memerankan peranan penting dan jelas dalam
mempengaruhi lingkungan sekitarnya, dan terdapat berbagai metode yang mungkin
digunakan oleh sebuah lembaga guna beradaptasi dengan lingkungan luar, guna
memenuhi tuntutan lembaga. Dan sebuah lembaga dapat menggunakan sebuah metode
atau lebih, sesuai dengan keadaan yang dihadapinya. Adapun berbagai metode atau
strategi yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
a.
Model
Penarikan (The Withdrawal Model)
Suatu lingkungan terkadang menarik suatu lembaga, sehingga lembaga
tersebut bekerja secara totalitas atau parsial terhadap lingkungan. Dan pada
kasus bekerja secara totalitas, maka suatu lembaga dapat lenyap dan melebur
dalam lingkungan tersebut.
b.
Ketahanan
Selektif (Selective Imperviousnee)
Berdasarkan stimulus yang ada, sebuah metode yang diambil dapat
memberikan batasan-batasan terhadap suatu lingkungan, sehingga terdapat
berbagai kegiatan yang dapat dijalankan dalam lingkungan, serta dapat
mempengaruhi secara langsung terhadap lingkungannya. Akan tetapi, diperlukan
adanya kewaspadaan, sebab suatu lembaga dapat menurunkan pengambilan manfaat
dari waktu tertentu di suatu lingkungan.
c.
Kemampuan
Beradaptasi (Adaptiveness)
Dalam kasus ini, sebuah lembaga dapat beradaptasi dengan
lingkungannya melalui sebuah interaksi, akan tetapi metode ini terkadang
mendatangkan resiko tersendiri, contoh: suatu lembaga selalu mengalami
perunagan secara kontinu, sehingga sebuah lembaga harus dapat menyesuaikan diri
dengan berbagai perubahan dari berbagai sisinya. Sehingga, sebuah lembaga dapat
menurunkan kerelatifan stabilitas lembaga guna menjalankan tugas serta
kewajiban dengan baik.
d.
Tindakan
yang diambil untuk Beradaptasi (Action - Adaptation)
Sebuah lembaga dapat mendatangkan pengaruh bagi lingkungannya,
sehingga dibutuhkan adanya eksploitasi waktu yang tersedia demi menciptakan
adanya situasi yang stabil. Contoh: sebuah lembaga dapat melakukan riset
terhadap keadaan pasar di lingkungan sekitarnya, sehingga dapat mencapai
kepuasan para konsumen. Dan dengan adanya adaptasi dari lembaga tersebut, maka
tuntutan dan harapan para konsumen terhadap produksi dapat terpenuhi.
e.
Keterlibatan
Anggota Luar (Involvement of Outside Members)
Keadaan tertentu dapat memicu keterlibatan beberapa individu dari
luar sebuah lembaga untuk ikut campur dalam dewan manajemen, seperti
keterlibatan beberapa perwakilan bank dalam sebuah dewan administrasi guna
mendapatkan pinjaman dari instansi bank tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar