DIAGNOSIS DAN
ALTERNATIF KESULITAN BELAJAR
By: Evi Muzaiyidah
Bukhori
(Mahasiswi PBA UIN
Maliki Malang)
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap siswa pada prinsipnya berhak
memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik (academic performance) yang
memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu
memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, latar belakang keluarga,
kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang
siswa dengan siswa lainnya.
Sementara itu, penyelenggaraan
pendidikan di sekolah-sekolah kita pada umumnya hanya ditujukan kepada para
siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang berkemampuan lebih atau
yang berkemampuan kurang tidak dihiraukan. Dengan demikian, siswa-siswa yang yang
berkategori di luar rata- rata itu (sangat pintar dan sangat bodoh) tidak
mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya.
Dari sini kemudian timbullah apa yang disebut kesulitan belajar (learning
difficulty) rendah, kesulitan belajar juga dapat dialami oleh siswa yang
berkemampuan tinggi. Selain itu, kesulitan belajar juga dapat dialami oleh
siswa yang berkemampuan rata-rata (normal) disebabkan beberapa factor tertentu
yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan.
Dengan demikian perlu adanya cara
mengetehui dan mengatasi permasalahan/ kesulitan yang dihadapi siswa, agar
proses dan hasil yang didapat sesuai dengan tujuan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan
diatas, maka dapat diambil beberapa rumusan masalah sesbagai berikut:
1. Bagaimana cara mendiagnosis kesulitan
belajar?
2. Bagaimana alternatif pemecahan kesulitan
belajar?
C. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui cara mendiagnosis kesulitan
belajar.
2. Mengetahui alternatif pemecahan
kesulitan belajar.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Diagnosis Kesulitan Belajar
Mengatasi kesulitan belajar,
tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor kesulitan belajar. Oleh karena itu
mencari sumber penyebab utama dan sumber-sumber penyebab penyerta lainnya,
adalah menjadi mutlak adanya dalam rangka mengatasi kesulitan belajar.[1]
Dan kesulitan belajar tersebut dapat di ketahui dari
menurunnya kinerja akademik dan munculnya misbehavior siswa, baik yang
berkapasitas tinggi maupun yang berkapasitas rendah,karena factor intern siswa
dan ekstern siswa.[2]
Diagnosis, merupakan istilah teknis (terminology) yang
kita adobsi dari bidang medis. Menurut thorndike dan hagen diagnosis dapat di
artikan sebagai:
1.
Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit apa yang di alami
seseorang dengan melalui pengujian dan studi menurut gejaja-gejalanya
2.
Studi yang seksama terhadap fakta tentang sesuatu hal untuk menemukan
karakterristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial
3.
Keputusan yang di capai setelah dilakukan sesuatu studi yang seksama atas
gejal-gejal atau fakta atau suatu hal
Dari ketiga pengertian tersebut di atas, dapat kita
maklumi bahwa di dalam konsep diagnosis, secara implisip telah tersimpul pula
konsep roknosisnya. Dengan demikian, di dalam pekerjaan diagnostik bukan hanya
sekedar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari
suatu kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu
upaya untuk meramalkan (predicting) kemungkinan dan menyarankan tindakan
pemecahannya.[3]
Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan
belajar siswa, guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan
identifikasi (upaya mengenali gejala)
terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang
melanda siswa tersebut. Upaya seperti ini
disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan jenis penyakit yaitu jenis
kesulitan belajar siswa.[4]
Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur
yang terdiri atas langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada
ditemukannya kesulitan belajar jenis tertentu yang dialami siswa. Prosedur
seperti ini dikenal sebagai diagnostik kesulitan belajar.[5]
Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat
disentuh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener dan Senf
( 1982) sebagaimana yang dikutip Wardani (1991) sebagai berikut:
1. Melakukan observasi kelas untuk melihat
perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran
2. Memeriksa penglihatan dan pendengaran
siswa, khususnya yang diduka mengalami kesulitan belajar
3. Mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal
ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar
4. Memberikan tes diagnostik bidang
kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami
siswa.
5. Memberikan tes kemampuan intelegensi
(IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan[6]
Secara umum, langkah-langkah terdebut di atas dapat
dilakukan dengan mudah oleh guru kecuali lagkah ke-5 (tes IQ). Untuk keperluan
tes IQ, guru dan orangtua siswa dapat berhubungan langsung dengan klinik
psikologi. Dalam hal ini, yang perlu dicatat
siswa apabila siswa yang mengalami kesulitan belajar itu ber-IQ jauh dibawah
nol (tuna grahita), orangua hendaknya mengirimkan siswa tersebut ke lembaga
pendidikan khusus anak-anak tuna grahita (sekolah luar biasa), karena lembaga/
sekolah biasa tidak menyediakan tenaga pendidik dan kemudahan belajar khusus
untuk anak-anak abnormal. Selanjutnya, para siswa yang nyata-nyata menunjukkan
kelainan perilaku (misbehavior ) berat seperti perilaku agresif yang berpotensi
antisosial atau kecanduan narkotika, harus diperlakukan secara khusus pula,
umpamanya dimasukkan ke lembaga pemasyarakatan anak- anak atau ke pesantern
khusus pecandu narkotika.[7]
Adapun untuk mengatasi kesulitan belajar
siswa mengidap sindrom disleksia (ketidakmampuan belajar membaca), disgrafia
(ketidakmampuan belajar menulis), diskalkulia (ketidakmampuan belajar
matematika), guru dan orangtua sangat dianjurkan untuk memanfaatkan support
teacher (guru pendukung).Guru khusus ini biasanya bertugas menangani para siswa
mengidap sindrom-sindrom tadi di samping melakukan remedial teaching
(pengajaran perbaikan).[8]
Perlu
diketahui juga, awalnya banyak pendapat yang menyatakan keberhasilan anak dan
pendidikan anak sangat tergantung pada IQ (intelligence quotient). Namun
memasuki dekade 90-an pendapat itu mulai berubah. Daniel Goleman mengungkapkan
bahwa keberhasilan anak sangat tergantung pada kecerdasan emosional (emotional
intelligence) yang dimiliki. Jadi IQ bukanlah satu satunya yang
mempengaruhi keberhasilan anak, masih ada emotional intelligence yang
juga perlu diperhatikan.
Ini adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam
memotivasi, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan
menunda kepuasaan serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional
tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah
kepuasaan, dan mengatur suasana hati.
B. Alternatif Pemecahan Kesulitan Belajar
Perlu di ketahui bahwa Anak yang mengalami kesulitan belajar adalah
anak yang memiliki ganguan satu atau lebih dari proses dasar yang
mencakup pemahaman penggunaan bahasa lisan atau tulisan, gangguan tersebut
mungkin menampakkan diri dalam bentuk kemampuan yang tidak sempurna dalam
mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau menghitung.
Dan batasan tersebut meliputi kondisi-kondisi seperti gangguan perceptual, luka
pada otak, diseleksia dan afasia perkembangan. Dalam kegiatan pembelajaran di
sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka
ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya dengan lancar dan
berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa
yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan.
Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh hambatan-hambatan tertentu
untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun
fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang
dicapainya berada di bawah semestinya.
Dari sedikit
penjelasan diatas, dirasakan bahwa orangtua perlu mengetahui bentuk kesulitan
belajar yang dialami oleh putra/puteri mereka agar lebih mengerti bentuk
kesulitan yang putera/puteri mereka hadapi. Banyak orangtua yang juga bertanya
dan bingung tentang pendidikan dan prestasi belajar anak, baik di sekolah
maupun dirumah.
Banyak
cara / alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar
siswanya. Akan tetapi, sebelunm pilihan tertentu diambil, guru sangat
diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai
berikut:
1. Menganalisis hasil diagnosis, yaitu
menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk
memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi
siswa.
2. Mengidentifikasi dan menentukan bidang
kecakapan tertentu yang memerlukan kebaikan.
3. Menyusun progam perbaikan, khususnya
progam remedial teaching (pengajaran perbaikan).
4. Melaksanakan progam perbaikan yang telah
tersusun.[9]
a. Menganalisis hasil diagnosis
Data
dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan belajar tadi
perlu dianalisis sedemikian rupa, sehingga jenis kesuliatan khusus yang dialami
siswa yang berprestasi rendah itu dapat diketahui secara pasti. [10]
b. Menentukan kecakapan bidang permasalahan
Berdasarkan
hasil analisis, guru diharapkan dapat menentukan bidang kecakapan tertentu yang
dianggap bermasalah dan memerlukan perbaikan. Bidang-bidang kecakapan bemasalah
ini dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu:
1. bidang kecakapan bemasalah yang dapat
ditangani oleh guru sendiri
2. bidang kecakapan bemasalah yang dapat
ditangani oleh guru dan bantuan orangtua
3. bidang kecakapan bemasalah yang tidak
dapat ditangani baik oleh guru maupun orangtua
Bidang kecakapan yang tidak bisa
ditangani atau terlalu sulit untuk ditangani baik oleh guru maupun orangtua
seperti kasus tuna grahita (lemah mental) dan kecanduan narkotika. Mereka yang
termasuk dalam lingkup dua macam lingkup yang bermasalah beratini dipandang
tidak berketrampilan (unskilled people). Oleh karenanya, para siswa yang
mengalami kedua kesulitan belajar yang berat tersebut tidak hanya memiliki
pendidikan khusus, tetapi juga memerlukan perawatan khusus.
c. Menyusun progam perbaikan
Dalam
hal menyusun progam pengajaran perbaikan (remedial teaching), sebelumnya guru
perlu menetapkan hal-hal sebagai berikut:
1. Tujuan remedial teaching
2. Materi remedial teaching
3. Metode remedial teaching
4. Alokasi waktu remedial teaching
5. Evaluasi kemajuan siswa setelah
mengikuti progam remedial teaching[11]
d. Melaksanakan progam perbaikan
Pada
prinsipnya, progam remedial teaching itu lebih cepat dilaksanakan tentu saja
akan lebih baik. Tempat penyelenggaraannya bisa di mana saja, asal tempat itu
memungkinkan siswa klien (siswa yang memerlukan bantuan)mengkonsentrasikan
perhatiannya terhahap proses remedial teaching tersebut. Namun patut
dipertimbangkan guru pembimbing oleh kemungkinan digunakannya ruang Bimbingan
dan Penyuluhan yang tersedia disekolah dalam rangka mendayagunakan ruang BP
tersebut.[12]
Selanjutnya,
untuk memperluas wawasan pengetahuan mengenai alternatif-alternatif pemecahan
masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan mempelajari buku-buku
khusus mengenai bimbingan dan penyuluhan. Selain itu, guru juga dianjurkan
untuk mempertimbangkan penggunaan model-model mengajar yang dianggap sesuai
sebagai alternatif lain atau pendukung cara memecahkan masalah kesulitan
belajar siswa. [13]
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Berdasarkan apa yang dipaparkan diatas,
dapat dinyatakan bahwa diagnosis kesulitan belajar memerlukan perencanaan yang
matang, yang memerlukan waktu, tenaga, dan juga biaya. Oleh karena itu,
diagnosis kesulitan belajar siswa harus diperhatikan dalam lembaga pendidikan.
2. Alternatif yang dapat diambil guru dalam
mengatasi kesulitan belajar siswanya terdiri dari beberapa langkah penting yaitu:
1) Menganalisis hasil diagnosis.
2) Mengidentifikasi dan menentukan bidang
kecakapan tertentu yang memerlukan kebaikan.
3) Menyusun progam perbaikan, khususnya
progam remedial teaching (pengajaran perbaikan).
4) Melaksanakan progam perbaikan yang telah
tersusun.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta. PT Rineka Cipta
Ma’mun, Abin
Syamsuddin. 2005. Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajara Modul. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi
Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
http://www.diagnosis
kesulitan belajar.com
[2] Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. 1995.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal. 175
[3] H.Abin Syamsyuddin Makmun. Psikologi Kependidikan.2005. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya. Hal.307
[4] Ibid. Hal .174
[5] Ibid. Hal. 175
[6] Ibid. Hal. 175
[7] Ibid. Hal. 175
[8] Ibid. Hal. 175
[9] Ibid. Hal. 176
[10] Ibid. Hal. 176
[11] Ibid. Hal. 177
[12] Ibid. Hal. 178
[13] Ibid. Hal. 179
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
BalasHapusDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny