Menulislah sesuai kemampuanmu

Selasa, 24 Maret 2015

MACAM – MACAM EVALUASI


MACAM – MACAM EVALUASI

By: Evi Muzaiyidah Bukhori
(Mahasiswi PBA UIN Maliki Malang)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Aktivitas belajar perlu diadakan evaluasi, hal ini penting karena dengan evaluasi kita dapat mengetahui apakah tujuan belajar yang telah ditetapkan dapat tercapai atau tidak. Melalui eavaluasi dapat diketahui kemajuan-kemajuan belajar yang dialami oleh anak, dapat ditetapkan keputusan penting mengenai apa yang telah diperoleh dan diketahui anak serta dapat merencanakan apa yang seharusnya dilakukan pada tahap berikutnya.
 Evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan berkesinambungan. Oleh karena itu macam-macamnya pun banyak mulai yang sederhana sampai yang paling kompleks. Evaluasi yang sempurna tidak hanya berobjekkan pada aspek kecerdasan tetapi mencakup seluruh pribadi anak dalam seluruh situasi pendidikan yang dialaminya.

1.2 Rumusan Masalah
a.       Apa saja macam-macam evaluasi?
b.      Apa saja indikator prestasi belajar?
c.       Apakah yang dimaksud dengan evaluasi kognitif, afektif, dan psikomotorik?

1.3  Tujuan
a.       Untuk mengetahui macam-macam evaluasi
b.      Untuk mengetahui indikator prestasi belajar
c.       Untuk memahami evaluasi kognitif, afektif, psikomotorik

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Macam-Macam Evaluasi
Pada prinsipnya, evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan berkesinambungan. Oleh karena itu, macam-macamnya pun banyak mulai yang sederhana sampai yang paling kompleks. Diantara macam-macam evaluasi tersebut adalah sebagai berikut:

       A. Pre-test dan Post-test
Kegitan pretest dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian materi baru. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi saraf pengetahuan siswa mengenai materi yang akan disajikan. Evaluasi ini seringkali berlangsung singkat dan tidak memerlukan instrumen tertulis.
Post test adalah kebalikan dari pre test, yakni kegiatan evaluasi yang dilaksanakan guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan.

      B. Evaluasi Prasyarat
Evaluasi jenis ini sangat mirip dengan pretest. Tujuannya adalah untuk mengetahui penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan. Contoh: evaluasi penguasaan penjumlahan bilangan sebelum memulai pelajaran perkalian bilangan.

C. Evaluasi Diagnostik
Evaluasi jenis ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa. Evaluasi jenis ini dititikberatkan pada bahasan tertentu yang dipandang telah membuat siswa mendapat kesulitan.





D. Evaluas Formatif
Evaluasi jenis ini kurang lebih sama dengan ulangan yang dilakukan pada setiap akhir penyajian suatu pelajaran atau modul. Tujuannya adalah untuk memperoleh umpan balik yamg mirip dengan evaluasi diagnostik, yakni untuk mendiagnosis kesulitan-kesulitan belajar siswa. Hasil diagnosis tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan rekayasa pengajaran remedial (perbaikan).

E. Evaluasi Sumatif
Ragam penilaian sumatif dapat dianggap sebagai ulangan umum yang dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran. Evaluasi ini lazim dilakukan pada akhir semester atau akhir tahun ajaran. Hasilnya dijadikan bahan laporan resmi mengenai kinerja akademik siswa dan bahan penentu naik atau tidaknya siswa ke kelas yang lebih tinggi.

F. Ujian Akhir Nasional (UAN)/ UN
Ujian Akhir Nasional ( UAN ) yang dulu disebut EBTANAS ( Evaluasi Belajar tahap akhir Nasional ) pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif dalam arti sebagai alat penentu kanaikan status siswa. Namun UAN dirancang untuk siswa yang telah menduduki kelas tertinggi pada suatu jenjang pendidikan yakni sejak SD/MI dan seterusnya.

G. Evaluasi Penempatan
Evaluasi jenis ini digunakan untuk mengetahui kemampuan setiap siswa, sehingga guru dapat menempatkan siswa dalam situasi yang tepat baginya. Penempatan yang dimaksud dapat berupa sebagai berikut:
1.         Penempatan siswa dalam kelompok kerja
2.         Penempatan siswa dalam kelas, siswa yang memerlukan perhatian lebih besar dalam                  belajar ditempatkan di depan, misalnya siswa yang kurang baik pendengarannya. Atau siswa yang  rabun dekat maka ditempatkan di belakang.
3.         Penempatan siswa dalam kepanitiaan di sekolah
4.         Menempatkan siswa dalam program pengajaran tertentu, misalnya memilih program pengajaran atau keterampilan yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
2.2. INDIKATOR PRESTASI BELAJAR
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan anak dalam mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran, maka dapat kita perhatikan berdasarkan indikator atau kondisi yang telah berhasil dicapai oleh anak didik. Indikator prestasi belajar anak didik dapat kita lihat berdasarkan beberapa hal berikut, yaitu:
  • Berubahnya kompetensi kognitif anak didik
Aspek kognitif adalah terkait dengan pengetahuan mengenai beberapa konsep terkait dengan kebutuhan hidup. Indikasi keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran dapat dilihat dari peningkatan kompetensi kognitif ini. Semakin bagus peningkatannya, berarti semakin berhasil proses pendidikan dan pembelajarannya.
  • Berubahnya kompetensi afektif anak didik
Aspek afektif adalah aspek yang terkait dengan nilai sikap yang ada di dalam diri anak didik. Kompetensi afektif ini merupakan indikator keberhasilan bagi proses pendidikan dan pembelajaran. Dengan memperhatikan tingkat perubahan yang terjadi pada kompetensi afektif ini, maka kita mengatuhi tingkat keberhasilan proses.
  • Berubahnya kompetensi psikomotor anak didik
Aspek psikomotor adalah aspek yang terkait dengan kompetensi keterampilan anak didik. Bagaimana tingkat perubahan anak didik setelah mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran menunjukkan pada kita tingkat keberhasilannya. Aspek psikomotor sangat penting dalam proses pendidikan dan pembelajaran sebab aspek ini merupakan salah satu indikator prestasi belajar anak didik. Semakin bagus tingkat perubahan keterampilan anak didik, berarti semakin berhasil proses pendidikan dan pembelajaran yang diikutinya.
Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur. Selanjutnya agar lebih mudah dalam memahami hubungan antara jenis-jenis belajar dengan indikator-indikatornya,




Berikut ini sebuah tabel yang disarikan dari tabel jenis, indikator, dan cara evaluasi prestasi (Muhibbin Syah, 2008: 151).
Ranah/Jenis Prestasi
Indikator
Cara Evaluasi
A.     Ranah cipta (Kognitif)


1.      Pengamatan
1.      Dapat menunjukkan
2.      Dapat membandingkan
3.      Dapat menghubungkan
1.      Tes lisan
2.      Tes tertulis
3.      Observasi
2.      Ingatan
1.      Dapat menyebutkan
2.      Dapat menunjukkan kembali
1.      Tes lisan
2.      Tes tertulis
3.      Observasi
3.      Pemahaman

1.      Dapat menjelaskan
2.      Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri
1.      Tes lisan
2.      Tes trtulis
4.    Penerapan
1.      Dapat memberikan contoh
2.      Dapat menggunakan secara tepat
1.      Tes tertulis
2.      Pemberian tugas
3.      Observasi
5.     Analisis(pemeriksaan dan pemilahan secara teliti)
1.      Dapat menguraikan
2.      Dapat mengklasifikasikan/memilah-milah
1.      Tes tertulis
2.      Pemberian tugas
6.    Sintesis (membuat paduan baru dan utuh)
1.      Dapat menghubungkan
2.      Dapat menyimpulkan
3.      Dapat menggeneralisasikan(memembuat prinsip umum)
1.      Tes tertulis
2.      Pemberian tugas

B.     Ranah Rasa(Afektif)


1.      Penerimaan
1.      Menunjukkan sikap menerima
2.      Menunjukkan sikap menolak
1.      Tes Tertulis
2.      Tes skala sikap
3.      Observasi
2.      Sambutan
1.      Kesediaan berpartisipasi/terlibat
2.      Kesediaan memanfaatkan
1.      Tes skala sikap
2.      Pemberian tugas
3.      Observasi
3.    Apresiasi(Sikap menghargai)
1.      Menganggap penting dan manfaat
2.      Menganggap indah dan harmonis
3.      Menggumi
1.      Tes skala penilaian/sikap
2.      Pemberian tugas
3.      Observasi
4.      Internalisasi(Pendalaman)
1.      Mengakui dan meyakini
2.      Mengingkari
1.      Tes skala sikap
2.      Pemberian tugas ekspresif (yang menyatakan sikap)dan proyektif  (yang menyatakan perkiraan/ramalan)
3.      Observasi
       5. Karakterisasi(penghayatan)
1.   Melembagakan atau meniadakan
2.   Menjelmakan dalam pribadi dan prilaku sehari-hari

 1.     Pemberian  tugas ekspresif dan proyektif
2.     Observasi

C.Ranah Karsa(Psikomotor)


1.     Keterampilan bergrak dan bertindak
1.   Mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya.
1.  Observasi
2.  Tes tindakan
2.      Kecakapan ekspresi verbal dan nonverbal
1.   Mengucapkan
2.   Membuat mimik dan gerakan jasmani

1.  Tes lisan
2.  Observasi
3.  Tes tindakan


2.3 Evaluasi Prestasi Kognitif, Afektif, Dan Psikomotor
A. Evaluasi Prestasi Kognitif
Mengukur keberhasilan siswa yang berdimensi kognitif (ranah cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes  tertulis maupun tes lisan dan perbuatan. Karena semakin membengkaknya jumlah siswa di sekolah-sekolah, tes lisan dan perbuatan hampir tak pernah digunakan lagi. Alasan lain mengapa tes lisan khususnya kurang mendapat perhatian ialah karena pelaksanaannya yang face to face(berhadapan langsung).
Dampak negatif yang tak jarang muncul akibat tes yang face to face itu, ialah sikap dan perlakuan yang subjektif dan kurang adil, sehingga soal yang diajukan pun tingkat kesukarannya berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Di satu pihak ada siswa yang diberi soal yag mudah dan terarah (sesuai dengan topik) sedangkan di pihak lain adapula siswa yang ditanyai masalah yang sukar  bahkan terkadang tidak relevan dengan topik.
Untuk mengatasi masalah subjektifitas itu, semua jenis tes tetuis baik yang berbentuk subjektif maupun yang berbentuk objektif (kecuali tes B-S), seyogianya dipakai sebaik-baiknya oleh para guru. Namun demikian,apabila anda enghendaki informasi yang lebih akurat mengenai kemampuan kognitif siswa, selain tes B-S, tes pilihan berganda sebaiknya tidak digunakan. Sebagai gantinya, anda sangat dianjurkan untuk menggunakkan tes pencocokan (matchig test), tes isian, dan tes esai. Khusus untuk mengukur kemampuan analisis dan sintesis siswa, anda lebih dianjurkan untuk menggunakan tes esai, karena tes ini adalh satu-satunya ragam instrumen evaluasi yang paling tepat untuk mengevaluasi dua jenis kemampuan akal siswa tadi. 
B. Evaluasi Prestasi Afektif
Dalam merencanakan penyusunan instrumen tes prestasi siswa yang berdimensi afektif (ranah rasa) jenis-jenis prestasi internalisasi dan karakterisasi seyogyanya mendapat perhatian khusus. Alasannya, karena kedua jenis prestasi ranah rasa itulah yang lebih banyak mengendalikan sikap dan perbuatan siswa.
Salah satu bentuk tes ranah rasa yang populer adalah “skala likert”. Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernytaan dan diikuti oleh lima respon yang menunjukan tingkatan. Misalnya:
SS        = Sangat setuju
S          =  Setuju
TB       = Tidak berpendapat
TS       =  Tidak setuju
STS     =  Sangat tidak setuju
Skala ini bertujuan untuk mengidentifikasi kecendrungan sikap orang (Reber, 1988). Bentuk skala ini menampung pendapat yang mencerminkan sikap sangat setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Rentang skala ini diberi skor 1sampai 5 atau 1 sampai 7 bergantung kebutuhan dengan catatan skor-skor itu dapat mencerminkan sikap-sikap mulai sangat “ya” sampai “sangat tidak”. Perlu pula dicatat, untuk memudahkan identifikasi jenis kecendrungan afeksi siswa yang representatif, item-item skala sikap sebaiknya dilengkapi identitas sikap yang meliputi: doktrin, komitmen, penghayatan, wawasan.
Hal lain yang perlu diingat guru yang hendak menggunakan skala sikap ialah bahwa dalam evaluasi ranah rasa yang dicari bukan benar atau salah, melainkan sikap atau kecendrungan setuju atau tidak setuju. Jadi, tidak sama dengan evaluasi ranah cipta yang secara prinsipal bertujuan mengngkapkan kemampuan akal dengan batasan salah dan benar.
Bagaimana cara mengetahui hasil atau prestasi ranah rasa yang diukur denga skala-skala sikap diatas? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita dapat menemukan jawabannya dengan mempelajari buku-buku khusus mengenai evaluasi dan statistik pendidikan. Dari buku itu kita akan tahu bagaimana cara mengolah, menganalisis, dan menafsirkan serta menyimpulkan data hasil evaluasi ranah rasa para siswa.  
C.     Evaluasi Prestasi Psikomotor
Pengukuran ranah psikomotorik dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan. Namun demikian biasanya pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus. Misalnya: penampilan dalam penggunaan termometer diukur mulai dari pengetahuan mengenai alat tersebut, pemahaman tentang alat dan penggunaannya (aplikasi), kemudian baru cara menggunakannya dalam bentuk ketrampilan.
Cara yang dipandang tepat untuk mengevaluasi keberhasilan belajar yang berdimensi ranmah psikomotor (ranah karsa) adalah observasi. Observasi dalam hal ini, dapat diartikan sebagai jenis tes mangenai peristiwa, tingkah laku, atau fenomena lain, dengan pengamatan langsung. Guru yang hendak melakukan observasi perilaku psikomotor siswa-siswanya sayogyanya mempersiapkan langkah-langkah yang cermat dan sistematis menurut pedoman yang terdapat dalam lembar format observasi yang sebelumnya telah disediakan, baik oleh sekolah maupun oleh guru itu sendiri.




BAB III
KESIMPULAN
3.1  KESIMPULAN

v  Diantara macam-macam evaluasi prestasi belajar adalah sebagai berikut:
A.     Pre-test dan Post-test
Kegitan pretest dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian materi baru. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi saraf pengetahuan siswa mengenai materi yang akan disajikan.
Post test adalah kebalikan dari pre test, yakni kegiatan evaluasi yang dilaksanakan guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan.

B.     Evaluasi Prasyarat
Evaluasi jenis ini sangat mirip dengan pretest. Tujuannya adalah untuk mengetahui penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan. Contoh: evaluasi penguasaan penjumlahan bilangan sebelum memulai pelajaran perkalian bilangan.

C.     Evaluasi Diagnostik
Evaluasi jenis ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa. Evaluasi jenis ini dititikberatkan pada bahasan tertentu yang dipandang telah membuat siswa mendapat kesulitan.

D.     Evaluasi Formatif
Evaluasi jenis ini tujuannya adalah untuk memperoleh umpan balik yamg mirip dengan evaluasi diagnostik, yakni untuk mendiagnosis kesulitan-kesulitan belajar siswa. Hasil diagnosis tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan rekayasa pengajaran remedial (perbaikan)

E.     Evaluasi Sumatif
Evaluasi ini lazim dilakukan pada akhir semester atau akhir tahun ajaran. Hasilnya dijadikan bahan laporan resmi mengenai kinerja akademik siswa dan bahan penentu naik atau tidaknya siswa ke kelas yang lebih tinggi.

F.      Ujian Akhir Nasional (UAN)/ UN
UAN dirancang untuk siswa yang telah menduduki kelas tertinggi pada suatu jenjang pendidikan yakni sejak SD/MI dan seterusnya.

G.    Evaluasi Penempatan
Evaluasi jenis ini digunakan untuk mengetahui kemampuan setiap siswa, sehingga guru dapat menempatkan siswa dalam situasi yang tepat baginya.

v  Indikator prestasi belajar anak didik dapat kita lihat berdasarkan beberapa hal berikut, yaitu:
  • Berubahnya kompetensi kognitif anak didik
  • Berubahnya kompetensi afektif anak didik
·         Berubahnya kompetensi psikomotor anak didik

v  Evaluasi prestasi kognitif
Mengukur keberhasilan siswa yang berdimensi kognitif (ranah cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes  tertulis maupun tes lisan dan perbuatan
v  Evaluasi prestasi afektif
Dalam merencanakan penyusunan instrumen tes prestasi siswa yang berdimensi afektif (ranah rasa) jenis-jenis prestasi internalisasi dan karakterisasi seyogyanya mendapat perhatian khusus. Alasannya, karena kedua jenis prestasi ranah rasa itulah yang lebih banyak mengendalikan sikap dan perbuatan siswa
v  Evaluasi prestasi psikomotor
Pengukuran ranah psikomotorik dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan. Namun demikian biasanya pengukuran ranah ini disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus.
Cara yang dipandang tepat untuk mengevaluasi keberhasilan belajar yang berdimensi ranmah psikomotor (ranah karsa) adalah observasi

3.2 DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung:PT Remaja Rosdakarya
Slameco (tanpa tahun). Evaluasi Pendidikan. Salatiga:Bina Aksara
Arikunto, Suharsimi 1993. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara
http//:www.canboyz.com, akses 02 Des 2010
http//:pbacirebon.blogspot.coms, akses 02 Des 2010


1 komentar: