Menulislah sesuai kemampuanmu

Senin, 23 Maret 2015

MACAM-MACAM TES OBJEKTIF


MACAM-MACAM TES OBJEKTIF

By : Evi Muzaiyidah Bukhori
(Mahasiswi PBA UIN Maliki Malang)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tes tertulis termasuk dalam kelompok tes verbal, ialah tes yang soal dan jawaban yang diberikan  oleh siswa berupa bahasa tulisan. Kelebihantes ini dapat mengukur kemampuan sejumlah besar peserta didik dalam tempat yang terpisah dalam waktu yang sama.
Dalam tes tulis, peserta didik relatif memiliki kebebasan untuk menjawab soal, sebab tidak banyak pengaruh kehadiran pribadi pendidik dalam soal tersebut, sehingga secara psikologi peserta didik lebih bebas tidak terikat.
Tes tulis secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
Ø  Tes Subyektif (tes uraian)
Ø  Tes Obyektif (tes terstruktur)

Yaitu tes tulis yang itemnya dapat dijawab dengan memilih jawaban yang sudah tersedia, sehingga peserta didik dapat menampilkan keseragaman data, baik bagi yang menjawab benar maupun mereka yang menjawab salah. Kesamaan data inilah yang memungkinkan adanya keseragaman analisis, sehingga subyektifitas pendidik rendah, sebab unsur subyektifnya sulit berpengaruh dalam menentukan skor jawaban.[1]
Dalam makalah ini batasan yang akan kami paparkan adalah tes objektif serta macam-macam test objektif, karena menurut anilisis penulis, tes objektif lebih praktis dan petunjuk-petunjuknya lebih mudah dipahami serta penilaiannyapun mudah dilakukan.





1.2  Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan tes objektif hasil belajar?
2.      Apa saja macam-macam tes objektif?
3.      Apa saja kebaikan dan kelemahan dari tes objektif?
4.      Syarat apa sajakah yang harus dipenuhi dalam penyusunan tes objektif?


1.3  Tujuan Masalah
1.      Memahami apa  yang dimaksud dengan tes objektif hasil belajar
2.      Mengetahui apa saja macam-macam tes objektif
3.      Mengetahui apa saja kebaikan dan kelemahan dari tes objektif
4.      Mengetahui syarat – syarat yang harus dipenuhi dalam penyusunan tes objektif















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tes Objektif
Tes berasal dari bahasa latin testum yang berarti alat untuk mengukur tanah. Dalam bahasa Perancis kuno, kata tes berarti ukuran yang dapat dipergunakan untuk membedakan antara emas dan perak serta logam lainnya. Sedangkan Sumadi Suryabrata, mengartikan tes sebagai “ pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan, yang mendasarkan harus bagaimana testee menjawab pertanyaan-pertanyaan atau melakukan perintah-perintah itu, penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara membandingkan dengan standar atau testee lainnya”. (Sumadi Suryabrata, 1984:22)
Sedangkan tes objektif adalah suatu tes yang tersusun dimana setiap pertanyaan tes disediakan alternatif jawaban yang dapat dipilih atau tes tulis yang itemnya dapat dijawab dengan memilih jawaban yang sudah tersedia; sehingga peserta didik menampilkan keseragaman data, baik bagi yang menjawab benar maupun yang menjawab salah. Kesamaan data inilah yang memungkinkan adanya kesergaman analisis, sehingga subyektifitas pendidik rendah, sebab unsur subyektifnya sulit berpengaruh dalam menentukan skor jawaban. Tes objektif dibentuk seperti apapun dan dinilai oleh siapapun akan menghasilkan skor yang sama.[2]
Soal-soal bentuk objektif banyak digunakan dalam menilai hasil belajar. Hal ini disebabkan antara lain oleh luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudahnya menilai jawaban yang diberikan.

2.2 Kebaikan dan kelemahan tes objektif
a)      Kebaikan tes objektif
1.      Dapat digunakan untuk menilai pelajaran yang banyak atau scope yang luas
2.      Bagi yang dites, menjawabnya dapat bebas dab terpimpin (jawaban tersedia)
3.      Dapat dinilai secara objektif
4.      Memaksa siswa untuk belajar baik-baik karena sukar untuk berbuat spekulasi terhadap bagian mana dari seluruh pelajaran yang harus dipelajari.[3]
5.      Pemberian nilai dan cara menilai test objektif lebih cepat dan mudah karena tidak menuntut keahlian khusus dari si pemberi nilai.[4]
6.      Objekti test tidak memperdulikan penguasaan bahasa, sehingga mudah dilaksanakan.

b)      Kelemahan tes objektif
1.      Kurang memberi kesempatan untuk menyatakan isi hati kecakapan.
2.      Memungkinkan adanya kesempatan coba-coba dalam menjawab.
3.      Menyusun tes tidak mudah, memerlukan ketelitian dan waktu yang agak lama.
4.      Kurang ekonomis karena memakan biaya dan kertas yang banyak dibanding tes essay.[5]


2.3 Syarat-syarat menyusun tes objektif
a)      Syarat-syarat umum
1.      Ada petunjuk mengerjakan
2.      Petunjuk mengerjakan diusahakan tidak terlalu panjang, yang penting jelas
3.      Hindarkan dari pertanyaan yang memiliki lebih dari satu pengertian
4.      Gramatika atau bahasanya baik
5.      Jangan menyusun item langsung menjiplak dari buku karena siswa akan cenderung menghafal jawabannya
6.      Jangan sampai ada item yang mempermudah tapi menyulitkan yang lain
7.      Urutan-urutan jawaban yang benar salah janganlah menurut suatu pola (B,B,S,S)
8.      Janganlah item yang satu bergantung pada item yang lain atau item terdahulu


b)      Syarat-syarat khusus
Syarat-syarat khusus akan dibahas dalam pembagian atau macam-macam tes
objektif secara keseluruhan
2.4  Macam-macam Tes Objektif
1.      Completion test (tes melengkapi)
Tes completion adalah merupakan salah satu bentuk tes jawaban bebas, dimana butir-butir soalnya berupa satu kalimat dimana bagian-bagian tertentu yang dianggaap penting dikosongkan. Kepada testee diminta untuk mengisi bagian-bagian yang ditiadakan. (Stanley, and Kenneth, 1978: 221)
Adapun beberapa petunjuk penyusunannya adalah sebagai berikut[6]:
a.       Hindarkan dari pernyataan yang tidak jelas
b.      Jangan menghilangkan kata-kata kunci terlalu banyak
c.       Hilangkan kata-kata yang mengandung arti penting
d.      Hindarkan dari munculnya indikator jawaban yang bisa dibaca
e.       Jawaban terdiri dari satu kata
f.       Jangan membuang kata terdepan dari suatu kalimat
g.      Besar kolom yang dikosongkan sama
h.      Disediakan kolom jawaban untuk mempermudah skoring
i.        Sediakan kunci tentang semua kemungkinan jawaban
j.        Meskipun dalam satu kalimat ada lebih dari satu isian hendaknya skoring tetap berdasarkan jumlah isian
Kelebihan Completion test yaitu :
·         Sangat mudah dalam penyusunannya.
·         Lebih menghemat tempat ( menghemat kertas ).
·         Persyaratan komprehensif dapat dipenuhi oleh test model ini.
·         Digunakan untuk mengukur berbagai taraf kompetensi dan tidak sekedar mengungkap taraf pengenalan atau hafalan saja.

Kelemahan Completion test yaitu :
·         Lebih cenderung mengungkap daya ingat atau aspek hafalan saja.
·         Butir- butir item dari test model ini kurang relevan untuk diajukan.
·         Seringkali tester kurang berhati-hati dalam menyusun kalimat dalam soal.[7]


CONTOH:
محمد يذهب {..............} المدرسة
{.............} فاطمة من الجامعة
يصلي أحمد في {................}

2.      Fill in (mengisi titik dalam kalimat yang dikosongkan)
Tes isian terdiri dari kalimat yang dihilangkan (diberi titik-titik). Bagian yang dihilangkan ini yang diisi oleh peserta tes merupakan pengertian yang diminta agar pernyataan yang dibuat menjadi pernyataan yang benar.bahasa dalam fill in hendaknya jelas, yang dihilangkan tidak hanya satu kata, jawaban merupakan kata-kata pendek, dan jumlah jawaban harus tertentu.[8]

3.      True-false (benar-salah)
Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (stetement). Stetement tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai masing-masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu betul menurut pendapatnya dan melingkari huruf Sjika pernyataannya salah. Bentuk benar salah ada 2 macam yaitu:
1)      Dengan pembetulan (with correction): siswa diminta membetulkan bila ia memilih jawaban salah
2)      Tanpa pembetulan (without correction): siswa hanya diminta untuk melingkari jawaban B atau S

Petunjuk penyusunan tes benar – salah adalah sebagai berikut:
Ø  Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk memprmudah mengerjakan dan menilai (scoring).
Ø  Usahakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab B sama dengan butir soal yang harus dijawab S. Dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur misalnya: B-S-B-S-B-S atau SS-BB-SS-BB-SS.
Ø  Hindari item yang masih bisa diperdebatkan.
Contoh: B-S. Kekayaan lebih penting dari pada kepandaian.
Ø  Hindarilah pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan buku.[9]
Ø  Hindarkan penggunaan kalimat yang sekedar bertujuan untuk menjebak peserta didik.
Ø  Hindarkan penggunaan kalimat, atau ilustrasi yang tidak dikenal oleh peserta didik.
Ø  Hindarkan penggunaan kalimat yang memiliki arti ganda.
Ø  Hindarkan penggunaan kalimat yang panjang dengan struktur yang rumit, sebab hal ini akan menimbulkan kecenderungan kepada peserta didik untuk menganggap benar.
Ø  Gunakanlah kalimat yang sikat tetapi padat isi.[10]

·  Kelebihan Tes Benar Salah
  • Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak memakan tempat yang banyak
  • Mudah dalam penyusunannya
  • Petunjuk mengerjakannya mudah dimengerti
  • Dapat digunakan berkali-kali
  • Objektif
·  Kelemahan Tes Benar Salah
  • Mudah ditebak
  • Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan kemungkinan benar atau salah
  • Hanya dapat mengungkapkan daya ingat dan pengenalan kembali

CONTOH TES BENAR-SALAH
1)      Penyakit malaria dijangkitkan oleh nyamuk Anopheles                           (B - S)
2)      Nahwu adalah ilmu yang membahas kata sebelum masuk pada kalimat (B - S)

4.      Multiple choice (pilihan ganda)
Pengertian bentuk tes tersebut adalah “ tes pilihan ganda merupakan tes obyektif dimana masing-masing item disediakan lebih dari dua kemungkinan jawaban, dan hanya satu dari pilihan-pilihan tersebut yang benar atau yang paling benar. (Noeng Muhajir, 1981:81).
Adapun petunjuk umum  untuk menyusun tes yang berbentuk multiple choice ini adalah sebagai berikut:
Ø  Hendaknya antara pernyataan dalam soal dengan alternatif jawaban terdapat kesesuaian.
Ø  Kalimat pada tiap-tiap butir soal hendaknya dapat disusun dengan singkat dan jelas.
Ø  Soal hendaknya disusun menggunakan bahasa yang mudah difahami.
Ø  Alternatif jawaban hendaknya disusun dalam kalimat yang panjang pendeknya relatif sama, sehingga tidak menimbulkan dugaan bahwa kalimat yang panjang adalah jawaban yang benar.
Ø  Gunakan perintah “ manakah alternatif jawaban yang paling baik”; atau “ pilihlah jawaban yang lebih baik dari yang lain ” , apabila lebih dari satu jawaban yang benar.
Ø  Jangan menggunakan alternatif jawaban yang tumpang tindih, maupun menggunakan kata-kata sinonim.
Ø  Setiap butur pertanyaan hendaknya hanya mengandung satu masalah, meskipun masalah itu agak kompleks.[11]
Ø  Hindarkan pengulangan suara atau pengulangan kata pada kalimat pokok dialternatif-alternatifnya, karena anak akan cenderung memilih alternatif yang mengandung pengulangan tersebut. Hal ini disebabkan karena dapat diduga itulah jawaban yang benar.

KEBAIKAN MULTIPLE CHOICE
1)      Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar materi yang diajarkan
2)      Jawaban siswa dapat dikoreksi dengan mudah dan cepat menggunakan kunci jawaban
3)      Jawaban sudah pasti benar atau salah sehingga penilaian bisa objektif
KELEMAHAN MULTIPLE CHOICE
1)      Kemungkinan untuk melakukan tebakan masih cukup besar
2)      Proses berpikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata
CONTOH:
يدرس أحمد اللغة العربية. أين الفاعل في هذه الجملة ؟
أ‌.         اللغة
ب‌.     يدرس
ج‌.      أحمد
د‌.        العربية
Cara penulisan seperti diatas adalah lebih baik daripada pilihan jawaban disusun ke samping.[12]

5.      Matching (menjodohkan)
Matching test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokan, memasangkan atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawabnya yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas murid adalah: mencari dan menempatkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaannya.
Contoh:
“ pasangkanlah pertanyaan yang ada pada lajur kiri dengan yang ada pada lajur kanan dengan cara menempatkan huruf yang terdapat di muka pernyataan lajur kiri pada titik-titik yang disediakan pada lajur kanan”.

a)      Transmigrasi ...........             1. Masuknya penduduk dari negara lain
b)      Imigrasi ...................          2. Pindahnya penduduk ke negara lain
c)      Emigrasi ..................             3. Pindahnya penduduk dari desa ke kota

Petunjuk-petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menyusun bentuk matching adalah:
Ø  Seri pertanyaan-pertanyaan dalam matching test hendaknya tidak lebih dari sepuluh soal (item). Sebab pertanyaan-pertanyaan yang pendek itu akan membingungkan murid. Juga kemungkinan akan mengurangi homogenitas antara item-item itu. Jika itemnya cukup banyak, lebih baik dijadikan dua seri.
Ø  Jumlah jawaban yang harus dipilih, harus lebih banyak dari pada jumlah soalnya (kurang lebih 1 ½ kali). Dengan demikian murid dihadapkan kepada banyak pilihan, yang semuanya mempunyai kemungkinan benarnya, sehingga murid terpaksa lebih mempergunakan fikirannya.
Ø  Antara item-item yang tergabung dalam satu seri matching testharus merupakan pengertian-pengertian yang benar-benar homogen.[13]
Ø  Statemen yang menjadi soal, diletakkan di sebelah kiri dengan diberi nomor, sedangkan jawaban diletakkan di sebelah kanan dengan menggunakan abjad.
Ø  Dalam membuat petunjuk, jelaskan dasar yang digunakan untuk menjodohkan. Dalam soal menjodohkan yang bersifat sederhana, dasar menjodohkan mungkin sudah jelas.
Ø  Jangan penjodohan sempurna satu lawan satu. Satu jawaban mungkin dapat dijodohkan dengan lebih satu statemen. Adakalanya baik memasukkan jawaban yang tidak ada pasangannya.
Adapun kebaikan dan kelemahan matching test adalah sebagai berikut[14]:
KEBAIKAN MATCHING TEST
1)      Penilaian dapat dilakukan dengan cepat dan objektif
2)      Tepat digunakan untuk mengukur kemampuan bagaimana mengidentifikasi antara dua hal yang saling berhubungan
3)      Dapat mengukur ruang lingkup pokok bahasan atau subpokok bahasan yang lebih luas

KELEMAHAN MATCHING TEST
1)      Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan hafalan
2)      Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mengukur hal-hal yang saling berhubungan

6.      Short answer test (tes jawaban singkat)
Bentuk soal jaawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai banar atau salah. Ada dua bentuk soal jawaban singkat yaitu bentuk pertanyaan langsung dan bentuk pertanyaan tidak lengkap.
Beberapa petunjuk khusus dalam penyusunan tes ini antara lain dijelaskan oleh Stanley, sebagai berikut:
a.       Menggunakan kalimat tanya
b.      Pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga jawaban yang muncul dapat disampaikan sesingkat mungkin, kalau perlu hanya dijawab dengan satu kata
c.       Disediakan kolom jawaban kalau memang lembar jawaban ingin dijadikan satu dengan lembar soal
d.      Hindarkan susunan kalimat yang sama dalam buku teks
e.       Hanya ada satu kemungkinan jawaban yang benar. (Stanley, and Kanneth 1978:220-221)
KEBAIKAN TES JAWABAN SINGKAT:
1)      Menyusun soal relatif mudah
2)      Kecil kemungkinan siswa menjawan dengan menebak
3)      Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan tepat
4)      Hasil penelitian cukup objektif
KELEMAHAN TES JAWABAN SINGKAT:
1)      Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi
2)      Memerlukan waktu agak lama dalam penilaian meski tidak selama tes essay
3)      Menyulitkan pemeriksaan apabila jawaban siswa membingungkan pemeriksa.[15]

Contoh dari tes ini sebagai berikut:
1)      Khalifah yang memprakarsai untuk menulis hadits adalah.............
2)      Sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits adalah..............
3)      Khalifatur rasul kedua adalah...................

7.      Rearrangement exercise (latihan menyusun kembali)
Rearrangement exercise adalah bentuk tes berupa rangkaian kalimat utuh dan benar, kemudian diceraikan secara tidak beraturan, sehingga bentuk aslinya sulit dikenali, peserta didik diminta menyusun kembali sesuai dengan urutan yang benar.
Tes bentuk inidapat mengukur kemampuan logik atau logical squence peserta didik. Bentuk tes ini banyak digunakan untuk mata pelajaran bahasa. Kesulitannya adalah dalam menentukan topik bahasan yang memiliki homogenitas yang cukup baik.
Contoh soal rearrangement exercise:
محمد ـــــــــ  إلى ـــــــــ  يذهب ـــــــــ  المدرسة
السوق ـــــــ  يبيع ــــــــ  في ـــــــ البائع ـــــــ  البيضاء
خرج  ـــــــ  الإدارة ـــــــ  المدرسين ـــــــ  من












BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1)      Tes objektif adalah suatu tes yang tersusun dimana setiap pertanyaan tes disediakan alternatif jawaban yang dapat dipilih atau tes tulis yang itemnya dapat dijawab dengan memilih jawaban yang sudah tersedia
2)      Kebaikan tes objektif
a.       Dapat digunakan untuk menilai pelajaran yang banyak atau scope yang luas
b.      Bagi yang dites, menjawabnya dapat bebas dab terpimpin (jawaban tersedia)
c.       Dapat dinilai secara objektif
d.      Memaksa siswa untuk belajar baik-baik karena sukar untuk berbuat spekulasi terhadap bagian mana dari seluruh pelajaran yang harus dipelajari
3)      Kelemahan tes objektif
a.       Kurang memberi kesempatan untuk menyatakan isi hati kecakapan
b.      Memungkinkan adanya kesempatan coba-coba dalam menjawab
c.       Menyusun tes tidak mudah, memerlukan ketelitian dan waktu yang agak lama
d.      Kurang ekonomis karena memakan biaya dan kertas yang banyak dibanding tes essay
4)      Macam-macam tes objektif adalah sebagai berikut:
a.       Completion test
b.      Fill in
c.       True-false
d.      Multiple choice
e.       Matching test
f.       Short Answer test
g.      Rearrangement test
5)      Setiap sesuatu pasti memiliki kebaikan dan kelemahan, begitu juga dengan semua macam tes objektif ini masing-masing memiliki kebaikan dan kelemahan. Masing-masing tes juga memiliki cara penyusunan yang berbeda-beda tergantung cara penilaiannya.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1989. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara
Hamalik, Oemar. 1989. Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan. Bandung: Mandar maju
Nurkancana, Wayan. Sumartana. 1983. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
Purwanto, Ngalim. 2002. Prinsip-prinsip dan teknik Evaluasi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Thoha, Chabib. 1991. Teknik Evaluasi Penilaian. Jakarta: Rajawali















[1]M. Chabib Thoha. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Rajawali pers. 1991 hal: 54-55
[2]Ibid. Hal: 55
[3]Ngalim Purwanto. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.2002. hal: 39
[4]www.sunjarifreconsultant.blogspot.com_ diakses pada Kamis, 10 Nopember 2011, 07.30 WIB
[5]ibid. Hal:39
[6]Chabib Thoha. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: rajawali. 1991.hal: 67-68
[7]www.sunjarifreconsultant.blogspot.com_ diakses pada Kamis, 10 Nopember 2011, 07.30 WIB
[8]Ibid. Hal: 40
[9]Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bina Aksara. 1989 hal: 166
[10]M. Chabib Thoha. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Rajawali pers. 1991 hal: 70
[11]Ibid. hal: 72-73
[12]Suhaimi  Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. 1989. Hal: 169
[13]Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. 1989 hal: 172-173
[14]Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006. Hal:47
[15] Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006. Hal:44-45

Tidak ada komentar:

Posting Komentar