Menulislah sesuai kemampuanmu

Selasa, 24 Maret 2015

LANDASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN

                                         LANDASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN

By: Evi Muzaiyidah Bukhori
(Mahasiswi PBA UIN Maliki Malang)


A.  PENDAHULUAN
Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus-menerus dari generasi ke generasi. Pendidikan merupakan kegiatan antar manusia, yaitu oleh manusia dan untuk manusia. Upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan diselenggarakan sesuai dengan pandangan hidup dan latar sosial-kebudayaan setiap masyarakat tertentu. Oleh karena itu, pendidikan diselenggarakan berlandaskan filsafat hidup serta berlandaskan sosiokultural setiap masyarakat.
Selain landasan sosiokultural diatas, terdapat pula landasan psikologis. Landasan psikologis ini erat kaitannya dalam setiap upaya pendidikan, utamanya pengajaran. Landasan psikologis akan membekali tenaga kependidikan dengan pemahaman perkembangan peserta didik dan cara-cara belajarnya.

B.   PEMBAHASAN

Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Pada umumnya landasan psikologis dari pendidikan tersebut terutama tertuju pada pemahaman manusia, khususnya tentang proses perkembangan dan proses belajar. (Umar Tirtaraharja, 2005:14)

1.  Pengertian Psikologi dan Peranannya dalam Pendidikan
Psikologi berasal dari kata psyche dan logos. Artinya ilmu pengetahuan tentang jiwa, yakni ilmu pengetahuan yang mempelajari peristwa-peristiwa jiwa, perbuatan-perbuatan jiwa, gejala jiwa, dan fungsi jiwa. Zahara Idris menyatakan psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya atau ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku, perbuatan lahir batin manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya. (Zahara Idris, 1992:61)
Selanjutnya, kegiatan belajar belajar terjadi dalam pergaulan antara pendidik dan peserta didik. Peserta didik mempunyai aspek jiwa raga yang selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pemahaman peserta didik utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan, merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Supaya pendidik dapat melaksanakan pendidikan dengan sebaik-baiknya dan dapat mengerti pertumbuhan fisik dan perkembangan fisik peserta didik, serta dapat memahami perbedaan tingkah laku, sikap, minat, perhatian, perasaan dan keadaan, serta kemampuan peserta didik, maka hendaklah pendidik mempelajari psikologi.
Jadi, psikologi pendidikan adalah ilmu kejiwaan, agar pendidik dapat mengetahui pertumbuhan, perkembangan, dan perbedaan peserta didik yang satu dengan yang lain. Ruang lingkup psikologi pendidikan meliputi perilaku belajar siswa, peristiwa yang terjadi dalam proses belajar siswa, dan situasi belajar siswa. Serta hal yang perlu diambil dalam psikologi pendidikan yakni proses perkembangan siswa, cara belajar siswa, cara menghubungkan mengajar dan belajar, dan pengambilan keputusan untuk mengelola proses belajar mengajar. Dalam mengkaji psikologi pendidikan diperlukan beberapa metode, yaitu melalui eksperimen, kuesioner, studi kasus, penyelidikan kinis, maupun observasi naturalistik.
Hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan. Misalnya pengetahuan tentang aspek-aspek pribadi, urutan, dan ciri-ciri pertumbuhan setiap aspek, serta cara-cara paling tepat untuk mengembangkannya. Oleh karena itu, psikologi menyajikan sejumlah informasi tentang kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta gejala-gejala  yang berkaitan dengan aspek pribadi. Individu mempunyai bakat, kemampuan, minat, kekuatan, dan tempo serta irama perkembangan yang berbeda satu dengan yang lain. Sangat sukar diharapkan sama, terlebih apabila mempunyai pengalaman yang berbeda. Sebagai implikasinya, pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik sekalipun mereka memiliki beberapa kesamaan.
Kajian psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan adalah yang berkaitan dengan kecerdasan umum (intelejensi) ataupun kecerdasan dalam bidang tertentu (bakat) banyak dipengaruhi oleh kemampuan potensial. Namun kemampuan potensional itu hanya akan  aktual apabila dikembangkan dalam situasi yang kondusif. Kecerdasan aktual terbentuk karena adanya pengalaman tertentu. Dengan demikian semakin baik kondisi-kondisi yang dimiliki individu, akan meningkat kecerdasan individu untuk memperoleh pengalaman tertentu. Dan dalam perkembangannya, diharapkan siswa mempunyai hasil pengajaran berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik yang baik.

2.  Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis
Peserta didik selalu ada dalam proses perubahan, baik karena pertumbuhan maupun karena perkembangan. Pertumbuhan terutama karena pengaruh faktor internal sebagai akibat pematang dan proses pendewasaan, sedangkan perkembangan merupakan suatu rentetan perubahan yang  bersifat menyeluruh karena pengaruh lingkungan. Sebagai contoh pertumbuhan adalah dorongan untuk berbicara karena kematangan organ bicara pada usia 1-2 tahun, sedangkan penggunaan bahasa tertentu dalam berbicara tergantung pada lingkungannya sebagai akibat perkembangan. Kedua hal tersebut sebenarnya hanya dapat disebut sebagai tumbuh-kembang. Tumbuh-kembang manusia itu dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni faktor keturunan (hereditas), faktor lingkungan, dan  faktor sosial budaya di luar lingkungan keluarga (Umar Tirtaraharjo, 2005:108).
Perkembangan pada jiwa anak didik pun terbagi menjadi dua. Yaitu perkembangan struktual dan perkembangan fungsional. Perkembangan struktural merupakan perkembangan pada aspek fisik dan bersifat transitorik. Sedangkan perkembangan fungsional berkisar pada fungsi organ dan didapat dari proses belajar serta bersifat permanen. Perkembangan sendiri terdiri dari beberapa fase. Yaitu stadium sensori motorik (0-18 atau 24 bulan), stadium pra-operasional (kurang lebih 18 bulan-7 tahun), stadium operasional kongkret (7-11 tahun), dan stadium operasi formal (mulai 11 tahun). (Zahara Idris, 1992:65)
Lingkungan memberikan pengaruh yang besar sekali terhadap pembentukan sifat kepribadian, seperti sifat jujur, gembira, dan dapat dipercaya. Selain lingkungan memberikan pengaruh terhadap kepercayaan, nilai, dan sikap. Supaya pertumbuhan dan perkembangan dapat berlangsung secara wajar dan optimal, maka pendidikan yang memegang peran utama. Oleh karena itu, pendidik hendaklah mengetahui tugas-tugas, fase-fase  perkembangan, dan hukum-hukum dasar perkembangan kejiwaan peserta didik, agar pendidikan berhasil, sehingga layanan pendidikan dapat diberikan secar wajar dan tepat untuk masing-masing paserta didik.
Salah satu prinsip perkembangan kepribadian ialah bahwa perkembangan kepribadian mencakup aspek behaviorial maupun aspek motivasional. Dengan perkembangan kepribadian, bukan hanya perubahan tingkah laku yang tampak, tetapi juga perubahan dari yang mendorong tingkah laku  itu. Kepribadian itu selalu selalu diartikan sebagai sistem psikofisik, sehingga perkembangan kepribadian haruslah dipandang sebagai perkembangan sistem psikofisik tersebut. Oleh karena  itu, cara menyikapi dan memberlakukan siswa haruslah sebagai manusia dalam proses perkembangan kepribadiaanya, yang akan beraksi dengan keutuhan pribadinya. Wawasan tersebut berpangkat pada pandangan bahwa kepribadian itu memiliki struktur yang utuh dan dinamis.
Prinsip kedua dari perkembangan kepribadian adalah bahwa kepribadian mengalami perkembangan yang terus-menerus dan tidak terputus, meskipun pada suatu periode tertentu akan mengalami perkembangan yang cepat dibandingkan dengan periode yang  lainnya. Disamping itu, hasil perkembangan pada periode tertentu akan menjadi landasan bagi perkembangan periode berikutnya. Dalam hubungan dengan prinsip ini, perlu ditekankan lagi tentang pentingnya periode lima tahun pertama dari hidup manusia. Hal ini membuktikan pentingnya pendidikan informal di keluarga dan pendidikan  prasekolah. Sedangkan bagi guru di sekolah, hal ini berarti bahwa demi pemahanan kepribadian siswa tertentu diperlukan kerja sama  yang erat dengan orang tua siswa yang bersangkutan atas dasar hasil perkembangan yang telah terjadi di keluarga.
Dalam pembentukan “konsep diri” anak, yang akan disoroti secara khusus adalah yang berkaitan dengan faktor yang berhubungan dengan sekolah. Perlu ditekankan bahwa sesudah keluarga, sekolah merupakan lembaga yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan kepribadian anak, termasuk pembentukan konsep diri.
Karena anak telah memiliki gambaran tentang konsep diri serta pola tingkah laku pada waktu memasuki sekolah, maka persoalan pertama yang dihadapi adalah apakah anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru itu, karena hasil penyesuaian diri  itu (berhasil atau gagal) akan mempengaruhi perkembangan kepribadiannya, terutama tentang  konsep diri.
Oleh karena itu, diperlukan bantuan dan bimbingan guru untuk memperlancar proses penyesuaian diri anak dengan situasi sekolah. Selanjutnya, reaksi sirkulasi itu berlaku juga terhadap prestasi akademik dan non-akademik dari siswa. Sikap siswa terhadap sekolahnya akan mempengaruhi baik prestasi akademik maupun non-akademik. Sedangkan prestasi tersebut akan ikut mempengaruhi penilaian guru, teman sekelas dan orang tuanya terhadap diri siswa, dan penilaian itu pada gilirannya kelak akan mempengaruhi persepsi, konsepsi, dan sikap siswa tentang konsep dirinya. Apabila reaksi sirkulasi tersebut berada pada arah yang tepat, maka akan berpengaruh positif bagi perkembangan siswa, tetapi hal sebaliknya dapat pula terjadi. Dalam kedua kemungkinan tersebut, terutama untuk kemungkinan gagalnya reaksi sirkulasi, diperlukan komunikasi antar pribadi yang terbuka dan saling mempercayai antar guru dengan siswa. Guru harus berusaha menciptakan iklim emosional di kelasnya sedemikian rupa sehingga terjadi komunikasi terbuka, baik antar guru dan siswa maupun antar siswa. Bahkan lebih jauh lagi, guru harus bisa mampu menempatkan diri dalam lingkungna hubungan intim, menjadi sasaran imitasi dan identifikasi dari siswanya. Dengan demikian, guru akan dapat membantu siswanya memahami dirinya secara tepat serta dapat menerima dirinya dengan sewajarnya.

C.   KESIMPULAN

Diantara hal-hal yang mempengaruhi hasil dari proses belajar siswa adalah kematangan, pengalaman atau kontak dengan lingkungan, pengalaman sosial, dan equilibration atau keseimbangan antara perolehan pengajaran dan pengaplikasian hasil dari proses belajar.
Sebagai seorang pendidik, seyogyanya mengetahui landasan psikologis pendidikan karena landasan ini akan membekali tenaga kependidikan dengan pemahaman perkembangan peserta didik dan cara-cara belajarnya. Landasan ini berkaitan erat dengan landasan iptek yang akan membekali tenaga kependidikan tentang sumber bahan ajaran yang dapat membekali tenaga kependidikan suatu pegangan dalam mewujudkan keseimbangan dan keselarasan yang dinamis antara pengembangan jati diri peserta didik dan penguasaan iptek tersebut. Sehingga hasil belajar dan mengajar pun akan diperoleh secara optimal.


DAFTAR PUSTAKA

Idris, Zahara dan Jamal, Lisma. 1992. Pengantar Pendidikan. Jakarta:Grasindo
Tirtaraharjo, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta:Rineka Putra


Tidak ada komentar:

Posting Komentar