LANDASAN
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
By: Evi Muzaiyidah
Bukhori
(Mahasiswi PBA UIN
Maliki Malang)
A. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung
terus-menerus dari generasi ke generasi. Pendidikan merupakan kegiatan antar
manusia, yaitu oleh manusia dan untuk manusia. Upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan
diselenggarakan sesuai dengan pandangan hidup dan latar sosial-kebudayaan
setiap masyarakat tertentu. Oleh karena itu, pendidikan
diselenggarakan berlandaskan filsafat hidup serta berlandaskan sosiokultural
setiap masyarakat.
Selain landasan sosiokultural diatas,
terdapat pula landasan psikologis. Landasan psikologis ini erat kaitannya dalam
setiap upaya pendidikan, utamanya pengajaran. Landasan psikologis akan
membekali tenaga kependidikan dengan pemahaman perkembangan peserta didik dan
cara-cara belajarnya.
B. PEMBAHASAN
Pendidikan
selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis
merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Pada umumnya landasan psikologis dari pendidikan tersebut terutama
tertuju pada pemahaman manusia, khususnya tentang proses perkembangan dan
proses belajar. (Umar Tirtaraharja, 2005:14)
1. Pengertian
Psikologi dan Peranannya dalam Pendidikan
Psikologi berasal dari kata psyche
dan logos. Artinya ilmu pengetahuan tentang jiwa, yakni ilmu pengetahuan
yang mempelajari peristwa-peristiwa jiwa, perbuatan-perbuatan jiwa, gejala
jiwa, dan fungsi jiwa. Zahara Idris menyatakan psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari aktivitas manusia dalam hubungannya dengan
lingkungannya atau ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku, perbuatan
lahir batin manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya. (Zahara Idris,
1992:61)
Selanjutnya,
kegiatan belajar belajar terjadi dalam pergaulan antara pendidik dan peserta
didik. Peserta didik mempunyai aspek jiwa raga yang selalu
mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pemahaman peserta didik utamanya yang
berkaitan dengan aspek kejiwaan, merupakan salah satu kunci keberhasilan
pendidikan. Supaya pendidik dapat melaksanakan pendidikan dengan sebaik-baiknya
dan dapat mengerti pertumbuhan fisik dan perkembangan fisik peserta didik,
serta dapat memahami perbedaan tingkah laku, sikap, minat, perhatian, perasaan
dan keadaan, serta kemampuan peserta didik, maka hendaklah pendidik mempelajari
psikologi.
Jadi, psikologi pendidikan adalah
ilmu kejiwaan, agar pendidik dapat mengetahui pertumbuhan, perkembangan, dan
perbedaan peserta didik yang satu dengan yang lain. Ruang lingkup psikologi pendidikan meliputi perilaku
belajar siswa, peristiwa yang terjadi dalam proses belajar siswa, dan situasi
belajar siswa. Serta hal yang perlu diambil dalam psikologi pendidikan yakni
proses perkembangan siswa, cara belajar siswa, cara menghubungkan mengajar dan
belajar, dan pengambilan keputusan untuk mengelola proses belajar mengajar.
Dalam mengkaji psikologi pendidikan diperlukan beberapa metode, yaitu melalui
eksperimen, kuesioner, studi kasus, penyelidikan kinis, maupun observasi
naturalistik.
Hasil
kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang
pendidikan. Misalnya pengetahuan tentang aspek-aspek
pribadi, urutan, dan ciri-ciri pertumbuhan setiap aspek, serta cara-cara paling
tepat untuk mengembangkannya. Oleh karena itu, psikologi menyajikan sejumlah
informasi tentang kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi. Individu
mempunyai bakat, kemampuan, minat, kekuatan, dan tempo serta irama perkembangan
yang berbeda satu dengan yang lain. Sangat sukar diharapkan sama, terlebih
apabila mempunyai pengalaman yang berbeda. Sebagai implikasinya, pendidik tidak
mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik sekalipun mereka
memiliki beberapa kesamaan.
Kajian psikologi yang erat
hubungannya dengan pendidikan adalah yang berkaitan dengan kecerdasan umum
(intelejensi) ataupun kecerdasan dalam bidang tertentu (bakat) banyak
dipengaruhi oleh kemampuan potensial. Namun kemampuan potensional itu hanya
akan aktual apabila dikembangkan dalam
situasi yang kondusif. Kecerdasan aktual terbentuk karena adanya pengalaman
tertentu. Dengan demikian
semakin baik kondisi-kondisi yang dimiliki individu, akan meningkat kecerdasan
individu untuk memperoleh pengalaman tertentu. Dan dalam perkembangannya,
diharapkan siswa mempunyai hasil pengajaran berupa kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotorik yang baik.
2. Pertumbuhan
dan Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis
Peserta didik selalu ada dalam proses
perubahan, baik karena pertumbuhan maupun karena perkembangan. Pertumbuhan
terutama karena pengaruh faktor internal sebagai akibat pematang dan proses
pendewasaan, sedangkan perkembangan merupakan suatu rentetan perubahan
yang bersifat menyeluruh karena pengaruh
lingkungan. Sebagai contoh pertumbuhan adalah dorongan untuk berbicara karena kematangan
organ bicara pada usia 1-2 tahun, sedangkan penggunaan bahasa tertentu dalam
berbicara tergantung pada lingkungannya sebagai akibat perkembangan. Kedua hal
tersebut sebenarnya hanya dapat disebut sebagai tumbuh-kembang. Tumbuh-kembang manusia itu dipengaruhi
oleh berbagai faktor, yakni faktor keturunan (hereditas), faktor lingkungan,
dan faktor sosial budaya di luar
lingkungan keluarga (Umar Tirtaraharjo, 2005:108).
Perkembangan
pada jiwa anak didik pun terbagi menjadi dua. Yaitu perkembangan struktual dan
perkembangan fungsional. Perkembangan struktural merupakan perkembangan pada
aspek fisik dan bersifat transitorik. Sedangkan perkembangan fungsional
berkisar pada fungsi organ dan didapat dari proses belajar serta bersifat
permanen. Perkembangan sendiri terdiri dari beberapa fase. Yaitu stadium
sensori motorik (0-18 atau 24 bulan), stadium pra-operasional (kurang lebih 18
bulan-7 tahun), stadium operasional kongkret (7-11 tahun), dan stadium operasi
formal (mulai 11 tahun). (Zahara Idris, 1992:65)
Lingkungan memberikan pengaruh yang besar
sekali terhadap pembentukan sifat kepribadian, seperti sifat jujur, gembira,
dan dapat dipercaya. Selain lingkungan memberikan pengaruh terhadap
kepercayaan, nilai, dan sikap. Supaya pertumbuhan dan perkembangan dapat
berlangsung secara wajar dan optimal, maka pendidikan yang memegang peran
utama. Oleh karena itu, pendidik hendaklah mengetahui tugas-tugas,
fase-fase perkembangan, dan hukum-hukum
dasar perkembangan kejiwaan peserta didik, agar pendidikan berhasil, sehingga
layanan pendidikan dapat diberikan secar wajar dan tepat untuk masing-masing
paserta didik.
Salah satu prinsip perkembangan
kepribadian ialah bahwa perkembangan kepribadian mencakup aspek behaviorial
maupun aspek motivasional. Dengan perkembangan kepribadian, bukan hanya
perubahan tingkah laku yang tampak, tetapi juga perubahan dari yang mendorong
tingkah laku itu. Kepribadian itu selalu
selalu diartikan sebagai sistem psikofisik, sehingga perkembangan kepribadian
haruslah dipandang sebagai perkembangan sistem psikofisik tersebut. Oleh
karena itu, cara menyikapi dan
memberlakukan siswa haruslah sebagai manusia dalam proses perkembangan
kepribadiaanya, yang akan beraksi dengan keutuhan pribadinya. Wawasan tersebut
berpangkat pada pandangan bahwa kepribadian itu memiliki struktur yang utuh dan
dinamis.
Prinsip kedua dari perkembangan
kepribadian adalah bahwa kepribadian mengalami perkembangan yang terus-menerus
dan tidak terputus, meskipun pada suatu periode tertentu akan mengalami
perkembangan yang cepat dibandingkan dengan periode yang lainnya. Disamping itu, hasil perkembangan
pada periode tertentu akan menjadi landasan bagi perkembangan periode
berikutnya. Dalam hubungan dengan prinsip ini, perlu ditekankan lagi tentang
pentingnya periode lima
tahun pertama dari hidup manusia. Hal ini membuktikan pentingnya pendidikan
informal di keluarga dan pendidikan
prasekolah. Sedangkan bagi guru di sekolah, hal ini berarti bahwa demi
pemahanan kepribadian siswa tertentu diperlukan kerja sama yang erat dengan orang tua siswa yang
bersangkutan atas dasar hasil perkembangan yang telah terjadi di keluarga.
Dalam pembentukan “konsep diri” anak,
yang akan disoroti secara khusus adalah yang berkaitan dengan faktor yang
berhubungan dengan sekolah. Perlu ditekankan bahwa sesudah keluarga, sekolah
merupakan lembaga yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan
kepribadian anak, termasuk pembentukan konsep diri.
Karena anak telah memiliki gambaran
tentang konsep diri serta pola tingkah laku pada waktu memasuki sekolah, maka
persoalan pertama yang dihadapi adalah apakah anak dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang baru itu, karena hasil penyesuaian diri itu (berhasil atau gagal) akan mempengaruhi
perkembangan kepribadiannya, terutama tentang
konsep diri.
Oleh karena itu, diperlukan bantuan
dan bimbingan guru untuk memperlancar proses penyesuaian diri anak dengan
situasi sekolah. Selanjutnya, reaksi sirkulasi itu berlaku juga terhadap
prestasi akademik dan non-akademik dari siswa. Sikap siswa terhadap sekolahnya
akan mempengaruhi baik prestasi akademik maupun non-akademik. Sedangkan
prestasi tersebut akan ikut mempengaruhi penilaian guru, teman sekelas dan
orang tuanya terhadap diri siswa, dan penilaian itu pada gilirannya kelak akan
mempengaruhi persepsi, konsepsi, dan sikap siswa tentang konsep dirinya.
Apabila reaksi sirkulasi tersebut berada pada arah yang tepat, maka akan
berpengaruh positif bagi perkembangan siswa, tetapi hal sebaliknya dapat pula
terjadi. Dalam kedua kemungkinan tersebut, terutama untuk kemungkinan gagalnya
reaksi sirkulasi, diperlukan komunikasi antar pribadi yang terbuka dan saling
mempercayai antar guru dengan siswa. Guru harus berusaha menciptakan iklim
emosional di kelasnya sedemikian rupa sehingga terjadi komunikasi terbuka, baik
antar guru dan siswa maupun antar siswa. Bahkan lebih jauh lagi, guru harus bisa mampu menempatkan diri dalam
lingkungna hubungan intim, menjadi sasaran imitasi dan identifikasi dari
siswanya. Dengan demikian, guru akan dapat membantu
siswanya memahami dirinya secara tepat serta dapat menerima dirinya dengan
sewajarnya.
C. KESIMPULAN
Diantara
hal-hal yang mempengaruhi hasil dari proses belajar siswa adalah kematangan,
pengalaman atau kontak dengan lingkungan, pengalaman sosial, dan equilibration
atau keseimbangan antara perolehan pengajaran dan pengaplikasian hasil dari
proses belajar.
Sebagai
seorang pendidik, seyogyanya mengetahui landasan psikologis pendidikan karena
landasan ini akan membekali tenaga kependidikan dengan pemahaman perkembangan
peserta didik dan cara-cara belajarnya. Landasan ini berkaitan erat dengan
landasan iptek yang akan membekali tenaga kependidikan tentang sumber bahan
ajaran yang dapat membekali tenaga kependidikan suatu pegangan dalam mewujudkan
keseimbangan dan keselarasan yang dinamis antara pengembangan jati diri peserta
didik dan penguasaan iptek tersebut. Sehingga hasil belajar dan mengajar pun
akan diperoleh secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Idris, Zahara dan Jamal, Lisma. 1992. Pengantar
Pendidikan. Jakarta :Grasindo
Tirtaraharjo, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta :Rineka Putra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar